@birdladydrin: #duet with @alaskaraptorcenter SHE GOT ME! #birdladydrin #birdsoftiktok #eagle #alaskaraptorcenter #fyp #foryou #Sing2gether #VansCheckerboardDay

BirdLadyDrin 🐦
BirdLadyDrin 🐦
Open In TikTok:
Region: US
Friday 19 November 2021 22:06:07 GMT
9205
1031
13
4

Music

Download

Comments

alaskaraptorcenter
RaptorOrg :
luckily for us, Spirit is very gentle 😁
2021-11-19 22:08:20
11
sombra1614
Sombra Blanca #1614 :
🥰🥰I’ve had the pleasure of feeding several different hawks and owls, osprey like this
2021-11-20 05:17:03
2
quackquack12345678
quack :
rude seagull
2021-11-19 22:31:00
1
lauraughleigh
UghLeigh :
so beautiful. and the bird is nice too
2021-11-19 23:45:36
1
dusty.j.ossuary
Dusty’s Ossuary :
So expressive!
2021-11-20 05:20:31
0
tamzinwheatley
Tami Wheatley819 :
🦅
2021-11-22 06:42:23
0
pai_polar
Isaac Lynn :
My favourite part is their majestic cry.. 😁 (I couldn't find the sarcasm font) No disrespect Spirit.
2021-11-25 01:42:11
0
69phantom
deelop69 :
Your so silly 😜 I love it
2021-12-11 21:18:52
0
crjh3
Crjh :
@kay__brat 🥰
2022-02-16 23:59:33
0
dragonwing09
dragonwing :
the face at the end😂🤣😂🤣😂🤣😂👍🕶️🖖
2022-02-25 18:58:05
0
To see more videos from user @birdladydrin, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Sembilan tahun. Sekali lagi, sembilan TAHUN. Bukan sembilan bulan yang bisa disapu waktu. Bukan sembilan minggu yang bisa dikalahkan logika. Ini sembilan tahun. Waktu yang cukup untuk tumbuh, berubah, dan bahkan menyembuhkan. Tapi justru menjadi liang dimana seluruh jiwaku tenggelam perlahan-lahan. Sembilan tahun aku mencintaimu, dengan debar yang selalu kupelihara. Sembilan tahun aku meyakinkan diriku bahwa kesetiaan akan selalu menemukan jalannya. Aku tidak mencintaimu dengan cara setengah, Pra. Aku mencintaimu dengan seluruh hidupku. Dengan setiap mimpi yang kubuat, selalu ada kamu di dalamnya. Dengan setiap doa yang kupanjatkan, namama selalu kutitipkan di antara harap-harap kecil yang bahkan tuhan sudah hafal nadanya. Aku mencintaimu bukan karena kamu sempurna, tapi karena aku percaya kamu bisa menjadi rumah. Tapi kenyataannya, kamu adalah badai yang datang saat aku mulai membangun ulang pondasi. Kamu adalah gempa yang mengguncang hidupku ketika aku baru saja percaya bahwa semuanya bisa kembali tenang. Di tahun ke-sembilan, ketika aku pikir semuanya akan mengarah pada kebahagiaan, kamu justru menghancurkanku, berkali-kali. Bukan perlahan, bukan dengan isyarat yang samar, tapi dengan cara paling telanjang. Tanpa penjelasan, tanpa rasa bersalah. Semuanya datang darimu.  Tahun terakhir itu, membunuh semua hal yang kubangun selama bertahun-tahun. Aku tak punya lagi kenangan yang bisa kukenang dengan tenang. Tak ada lagi tempat di dalam diri yang bisa kusebut aman. Semua runtuh. Hatiku, harga diriku, bahkan kepercayaanku terhadap cinta-semuanya runtuh karena kamu. Kamu pergi dan meninggalkan aku sebagai reruntuhan dari versi diriku yang paling utuh.  Lucunya, aku tetap diam. Aku tetap menulis namamu. Aku tetap menoleh ke arah yang sama. Tapi kali ini, tidak lagi untuk berharap kamu kembali. Melainkan untuk melihat dengan mata kepalaku sendiri, seberapa jauh kamu sanggup berjalan tanpa menoleh sedikit pun-tanpa pernah menoleh kepadaku. Sembilan tahun, Aku mencintaimu di setiap denyut nadi. Di setiap hembusan nafas─di setiap pengorbanan yang aku berikan. Tapi ternyata, semua itu tidak pernah cukup untukmu. Dan sekarang,  Sembilan tahun. Cukup. Aku tak ingin lagi hancur dengan cara yang sama. nb:@Hi, Its nara
Sembilan tahun. Sekali lagi, sembilan TAHUN. Bukan sembilan bulan yang bisa disapu waktu. Bukan sembilan minggu yang bisa dikalahkan logika. Ini sembilan tahun. Waktu yang cukup untuk tumbuh, berubah, dan bahkan menyembuhkan. Tapi justru menjadi liang dimana seluruh jiwaku tenggelam perlahan-lahan. Sembilan tahun aku mencintaimu, dengan debar yang selalu kupelihara. Sembilan tahun aku meyakinkan diriku bahwa kesetiaan akan selalu menemukan jalannya. Aku tidak mencintaimu dengan cara setengah, Pra. Aku mencintaimu dengan seluruh hidupku. Dengan setiap mimpi yang kubuat, selalu ada kamu di dalamnya. Dengan setiap doa yang kupanjatkan, namama selalu kutitipkan di antara harap-harap kecil yang bahkan tuhan sudah hafal nadanya. Aku mencintaimu bukan karena kamu sempurna, tapi karena aku percaya kamu bisa menjadi rumah. Tapi kenyataannya, kamu adalah badai yang datang saat aku mulai membangun ulang pondasi. Kamu adalah gempa yang mengguncang hidupku ketika aku baru saja percaya bahwa semuanya bisa kembali tenang. Di tahun ke-sembilan, ketika aku pikir semuanya akan mengarah pada kebahagiaan, kamu justru menghancurkanku, berkali-kali. Bukan perlahan, bukan dengan isyarat yang samar, tapi dengan cara paling telanjang. Tanpa penjelasan, tanpa rasa bersalah. Semuanya datang darimu. Tahun terakhir itu, membunuh semua hal yang kubangun selama bertahun-tahun. Aku tak punya lagi kenangan yang bisa kukenang dengan tenang. Tak ada lagi tempat di dalam diri yang bisa kusebut aman. Semua runtuh. Hatiku, harga diriku, bahkan kepercayaanku terhadap cinta-semuanya runtuh karena kamu. Kamu pergi dan meninggalkan aku sebagai reruntuhan dari versi diriku yang paling utuh. Lucunya, aku tetap diam. Aku tetap menulis namamu. Aku tetap menoleh ke arah yang sama. Tapi kali ini, tidak lagi untuk berharap kamu kembali. Melainkan untuk melihat dengan mata kepalaku sendiri, seberapa jauh kamu sanggup berjalan tanpa menoleh sedikit pun-tanpa pernah menoleh kepadaku. Sembilan tahun, Aku mencintaimu di setiap denyut nadi. Di setiap hembusan nafas─di setiap pengorbanan yang aku berikan. Tapi ternyata, semua itu tidak pernah cukup untukmu. Dan sekarang, Sembilan tahun. Cukup. Aku tak ingin lagi hancur dengan cara yang sama. nb:@Hi, Its nara

About