@itsgiselleguerrero: 31 weeks & 5 days Tired and hurting #fyp #fypシ #makeuplook #31weekspregnant #parati #sahmlife #sahmlife #makeup #grwm #grwmroutine #grwmmakeup #nesting #tired #pregnancyjourney

Giselle Guerrero | MAMA Life
Giselle Guerrero | MAMA Life
Open In TikTok:
Region: US
Tuesday 11 July 2023 19:58:50 GMT
274
51
1
0

Music

Download

Comments

cr0ss3y3d
kaya ;) :
ooo what is that setting spray moma 😝
2023-07-12 05:27:45
0
To see more videos from user @itsgiselleguerrero, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Pada masa Hindia Belanda, Kendal dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil kopi yang cukup diminati pasar. Salah satu keunggulan kopi Kendal terletak pada proses fermentasi yang dilakukan secara teliti oleh para pengolah setempat. Fermentasi ini bukan sekadar tahapan teknis, melainkan bagian dari pengetahuan lokal yang diwariskan dan menghasilkan cita rasa khas. Sayangnya, budaya fermentasi kopi tersebut kini dapat dikatakan punah, meski kebun kopi di Kendal masih banyak dijumpai. Hilangnya tradisi fermentasi ini menunjukkan bagaimana pengetahuan lokal bisa terkikis oleh perubahan sistem produksi dan regulasi kolonial. Dalam arsip surat kabar berbahasa Jawa pada masa kolonial juga tercatat praktik bernama serem peteng, yakni pengolahan tebu secara diam-diam menjadi cairan manis, arak, atau gula tanpa izin resmi. Aktivitas ini dianggap ilegal karena merugikan pabrik gula kolonial dan pelakunya dapat dipidana. Dari sini muncul dugaan bahwa fermentasi kopi pun menghadapi situasi serupa: praktik yang dilakukan di luar pabrik atau jalur resmi bisa dianggap melanggar aturan. Dengan demikian, fermentasi kopi yang dilakukan secara mandiri oleh pekerja atau petani mungkin juga masuk ke dalam kategori aktivitas ilegal pada masa itu. Kisah punahnya fermentasi kopi di Kendal memperlihatkan bagaimana kolonialisme tidak hanya menguasai tanah dan hasil panen, tetapi juga mengendalikan cara masyarakat mengolahnya. Ironisnya, ketika dunia kopi modern kini kembali merayakan fermentasi sebagai tren, Kendal justru kehilangan jejak budayanya sendiri. Mengingat kembali sejarah ini penting, agar warisan pengetahuan lokal tidak sekadar menjadi catatan masa lalu, tetapi bisa menjadi inspirasi bagi kebangkitan kopi Kendal di masa depan.
Pada masa Hindia Belanda, Kendal dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil kopi yang cukup diminati pasar. Salah satu keunggulan kopi Kendal terletak pada proses fermentasi yang dilakukan secara teliti oleh para pengolah setempat. Fermentasi ini bukan sekadar tahapan teknis, melainkan bagian dari pengetahuan lokal yang diwariskan dan menghasilkan cita rasa khas. Sayangnya, budaya fermentasi kopi tersebut kini dapat dikatakan punah, meski kebun kopi di Kendal masih banyak dijumpai. Hilangnya tradisi fermentasi ini menunjukkan bagaimana pengetahuan lokal bisa terkikis oleh perubahan sistem produksi dan regulasi kolonial. Dalam arsip surat kabar berbahasa Jawa pada masa kolonial juga tercatat praktik bernama serem peteng, yakni pengolahan tebu secara diam-diam menjadi cairan manis, arak, atau gula tanpa izin resmi. Aktivitas ini dianggap ilegal karena merugikan pabrik gula kolonial dan pelakunya dapat dipidana. Dari sini muncul dugaan bahwa fermentasi kopi pun menghadapi situasi serupa: praktik yang dilakukan di luar pabrik atau jalur resmi bisa dianggap melanggar aturan. Dengan demikian, fermentasi kopi yang dilakukan secara mandiri oleh pekerja atau petani mungkin juga masuk ke dalam kategori aktivitas ilegal pada masa itu. Kisah punahnya fermentasi kopi di Kendal memperlihatkan bagaimana kolonialisme tidak hanya menguasai tanah dan hasil panen, tetapi juga mengendalikan cara masyarakat mengolahnya. Ironisnya, ketika dunia kopi modern kini kembali merayakan fermentasi sebagai tren, Kendal justru kehilangan jejak budayanya sendiri. Mengingat kembali sejarah ini penting, agar warisan pengetahuan lokal tidak sekadar menjadi catatan masa lalu, tetapi bisa menjadi inspirasi bagi kebangkitan kopi Kendal di masa depan.

About