@muhammadrahm4n_13: #masamba #masukberanda

R💫
R💫
Open In TikTok:
Region: ID
Monday 22 April 2024 14:12:55 GMT
72144
3402
121
247

Music

Download

Comments

To see more videos from user @muhammadrahm4n_13, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Di ujung utara Pulau Kalimantan, sebuah perairan kaya minyak dan gas bernama Blok Ambalat menjadi salah satu titik panas geopolitik yang sempat membuat hubungan Indonesia–Malaysia memanas. Sejak konflik memuncak pada Maret 2005, TNI Angkatan Laut bergerak cepat. Komando siaga tempur tingkat I langsung diberlakukan. Tidak main-main, puluhan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) kala itu dikerahkan—termasuk korvet, frigat, dan kapal cepat rudal—siap menjaga kedaulatan di batas negeri. Ketegangan kian terasa saat kapal milik Malaysia disebut beberapa kali masuk ke wilayah ZEE Indonesia di sekitar Ambalat. Bahkan, sempat terjadi insiden saling bayang di laut—kapal perang dari kedua negara hanya berjarak ratusan meter saja. Pada tahun 2015, TNI AL mengonfirmasi penyiagaan tiga kapal perang secara aktif di wilayah Ambalat. Langkah ini sebagai bentuk penegasan bahwa Indonesia tidak akan lengah atas klaim sepihak maupun aktivitas ilegal di perairan strategis tersebut. Namun, kini pertanyaannya: Apakah kapal-kapal perang itu masih disiagakan? Hingga Agustus 2025, tidak ditemukan pernyataan resmi terbaru dari TNI AL mengenai keberlanjutan siaga tempur di Ambalat. Meski begitu, pengawasan perbatasan laut tetap menjadi prioritas. Operasi rutin, patroli gabungan, hingga pemanfaatan teknologi satelit tetap dijalankan untuk memastikan tak ada pelanggaran kedaulatan. Ambalat, meski tampak tenang di permukaan, masih menyimpan bara yang bisa menyala kapan saja. Dan Indonesia, dengan seluruh kekuatan maritimnya, harus tetap waspada menjaga gerbang utara nusantara itu.
Di ujung utara Pulau Kalimantan, sebuah perairan kaya minyak dan gas bernama Blok Ambalat menjadi salah satu titik panas geopolitik yang sempat membuat hubungan Indonesia–Malaysia memanas. Sejak konflik memuncak pada Maret 2005, TNI Angkatan Laut bergerak cepat. Komando siaga tempur tingkat I langsung diberlakukan. Tidak main-main, puluhan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) kala itu dikerahkan—termasuk korvet, frigat, dan kapal cepat rudal—siap menjaga kedaulatan di batas negeri. Ketegangan kian terasa saat kapal milik Malaysia disebut beberapa kali masuk ke wilayah ZEE Indonesia di sekitar Ambalat. Bahkan, sempat terjadi insiden saling bayang di laut—kapal perang dari kedua negara hanya berjarak ratusan meter saja. Pada tahun 2015, TNI AL mengonfirmasi penyiagaan tiga kapal perang secara aktif di wilayah Ambalat. Langkah ini sebagai bentuk penegasan bahwa Indonesia tidak akan lengah atas klaim sepihak maupun aktivitas ilegal di perairan strategis tersebut. Namun, kini pertanyaannya: Apakah kapal-kapal perang itu masih disiagakan? Hingga Agustus 2025, tidak ditemukan pernyataan resmi terbaru dari TNI AL mengenai keberlanjutan siaga tempur di Ambalat. Meski begitu, pengawasan perbatasan laut tetap menjadi prioritas. Operasi rutin, patroli gabungan, hingga pemanfaatan teknologi satelit tetap dijalankan untuk memastikan tak ada pelanggaran kedaulatan. Ambalat, meski tampak tenang di permukaan, masih menyimpan bara yang bisa menyala kapan saja. Dan Indonesia, dengan seluruh kekuatan maritimnya, harus tetap waspada menjaga gerbang utara nusantara itu.

About