@erizal776: Kuli bangunan, putus sekolah, dari keluarga kurang mampu, ibunya bekerja sebagai ART, ayahnya juga kuli dan kawin lagi, ditangkap, dituduh otak pembunuhan, diancam hukuman mati, lalu dites psikologi, entah apa hasilnya? Yang tidak ke tidak saja. Tes psikologi dua hari pula, entah buat apa? Masih sehat dan bisa bertahan hidup saja dia, itu sudah hebat sekali. Kalau stres dan gila pun, mungkin masih wajar. 8 tahun hidupnya pastilah bak sebuah teror psikologis yang dahsyat. Rumah gubuknya di tengah hutan digeledah, dia tak berada di rumah dengan sangkaan pembunuhan dan pemerkosaan. Mengerikan. Mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Entah bagaimana dia menjalani hidup hari ini dan ke depan. Bandingkan dengan seorang polwan yang membakar hidup-hidup suaminya yang juga seorang polisi, karena judi online dan uang belanja. Ini dia menghidupi keluarganya hanya dengan mengangkat batu dan semen. Lebih baik melepaskan 1000 orang bersalah daripada memenjarakan 1 orang yang tak bersalah. Itu omong kosong saja. Hidup memang tak adil. Tes psikologi yang juga jelas-jelas tak adil. Hanya karena kesaksian-kesaksian orang yang tak jelas, yang di kemudian hari malah dicabut. Sungguh tega. Itu yang saya katakan sebelumnya, pundak-pundak mereka terlalu kuat untuk memikul beban yang seharusnya tak dia pikul. Tapi itulah takdir. Ilmu pasrah dan terima nasibnya terlalu mendalam. Makanya sanggup memikul beban yang jauh lebih berat. Banyak orang, dari kita² ini, takkan sanggup. Hidupnya juga tak akan lebih baik bila nanti dibebaskan. Kita harus bisa belajar dari mereka. Merekalah inti dari bangsa besar dan kuat ini, sebetulnya.

E R I Z A L

Open In TikTok:

Region: ID

Tuesday 11 June 2024 01:49:19 GMT