@kanomprang_25: #หนังสั้น #ป้าข้างบ้าน #คําพูดโดนใจ #tiktok #🔥

kanomprang_25
kanomprang_25
Open In TikTok:
Region: TH
Monday 24 June 2024 14:52:41 GMT
475843
37028
135
1396

Music

Download

Comments

deenanaa23
DeeNaa 🅰️ :
🤣🤣🤣Liked 👍🏻👍🏻❤️😊
2024-07-05 05:45:40
0
thanidazapoung
🕉️thanida 429🕉️ :
จริงมันยุคไหนแล้วถูกต้อง
2024-06-24 23:28:58
231
somchaipiran
สมพร ไพศรี :
ยูริพูดเก่งมาก
2024-06-25 02:44:40
44
ghakkapantabsan
Ghakkapan Tabsan :
เชื่อในความหวังในความคิดของตัวเองไม่ต้องทำให้ใครเดือดร้อนพอตัวของเราเพราะชีวิตเป็นของเราแค่นั้นพอ🥰🥰🥰
2024-06-24 23:34:21
45
jimjang2
Jim Jang :
สวยเลือกได้ค่า😁🤗🥰
2024-06-25 02:29:02
31
ploy79130
ploy79130 :
สอนให้เค้ารู้จักหาเงินสร้างอนาคตเท่านั้นพอชีวิตของเค้าค่ะ🥰
2024-06-25 01:32:31
9
polaton18
ชินจัง :
คนนี้เล่นเป็นยูริ ในเรื่องแนนโน๊ะนี่หว่า
2024-06-25 07:20:15
8
wara2567
เช้าก็ปัง เย็นก็ปิ้ง :
จบครบในคำเดียว😂
2024-07-07 04:37:36
1
da.da1407
DA AND DEE SHOP :
จริง สมัยนี้เลย
2024-07-05 01:32:17
1
pimphech
p.pimm 🦚3659 🦚9789 :
5555555👍👍👍
2024-06-26 02:05:30
3
atee69
ATEE :
เสียงแม่ค่ะ ดังมากกกก🥺
2024-06-28 05:15:07
2
chakrit_roket
chakrit Roket :
จริงไหม😅😅
2024-06-27 05:25:17
2
peetatee
พี่ตาตี่ สุนทรีการเงิน :
เฉียบ สวนแบบฉ่ำ
2024-06-25 01:50:51
2
faradah.wtn
AprilKitchen:น้ำแข็งไสญี่ปุ่น :
มาบอกแบบนี้กับครอบครัวชั้นที!!!🤣
2024-06-28 02:39:56
1
phanuwat250
PNW :
ไหว้ก่อนพูดด้วย😂😂
2024-06-27 10:16:37
1
user766277749
🐛🐛ป้า ชุดา🐛🐛 :
👏👏👏 เฉียบ 👏👏👏
2024-06-25 22:13:07
1
nanthachakla888
Nanthachakla888 :
จริงงงงงง
2024-06-25 13:47:24
1
tukkae2465
tukkae 2465 :
เลิศ😅😅
2024-06-25 12:57:30
1
phaerw.1952
หนูเเพรว เฮฮา :
จริง เริ่ดมาก
2024-06-25 11:57:35
1
sabay1456
สบาย...สบายตา :
ถูกต้องแล้วค่ะ
2024-06-25 06:11:00
1
su.supannee8
su😊 supannee ❤️ :
❤️❤️❤️ถูกต้อง
2024-06-25 02:35:18
1
user8094154273786
@พี่หมูอู๊ดอู๊ดพารวย :
เยี่ยม👍👍👍
2024-06-25 01:31:26
1
virgolove27
ใบหญ้าบนกองฟาง :
ฝากด้วยนะคะ
2024-06-25 01:22:37
1
sriroratoomvihan
gungun :
คำเดียวจบค่ะ🤭🤭🤭
2024-07-07 11:48:12
0
namo733773
user9210894211117 :
เฉียบบบบบบบบ😂😂😂
2024-07-05 06:52:59
0
To see more videos from user @kanomprang_25, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

RASULULLAH MENUNGGU KITA DI TELAGA ALKAUTSAR Rasulullah ﷺ bersabda: “Aku menunggu kalian di al Haudh, telaga. Siapa yang mendatanginya, dia akan minum airnya. Dan siapa yang minum airnya, tidak akan haus selamanya” (HR. Bukhari) Cinta Rasulullah kepada para umatnya terus mengalir. Tak terbatas sekat dunia atau pun akhirat. Bahkan di saat menjelang Rasulullah wafat, kedalamannya tetap meliputi. Ketika peluh telah membasahi pelepah kurma yang menjadi alas, bertanya Rasulullah kepada Jibril, ”Apa hakku di hadapan Allah?” Jibril menjawab, ”Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti kedatanganmu.” Namun perkataan itu tidaklah menenangkan Rasulullah. Manusia mulia itu bertanya kembali, ”Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” Itulah wujud cintanya. Cinta itu tak pernah pudar. Ketika Malaikat Maut melakukan tugasnya dengan lembut, nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. Beliau kemudian berujar perlahan, ”Jibril betapa sakit sakratul maut ini. Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.” Saat itu sewaktu Ali R.A. mendekati Rasulullah, terdengar ucapan lirih, ”Ummati..ummati..ummati..umatku..umatku..umatku”. Menjelang wafatnya Rasulullah tetap memanggil. Bukan kepada istrinya, Aisyah, atau putrinya, Fathimah. Tetapi kepada kita, umatnya. Cinta itu membawa manusia tersejukkan karenanya. Manusia agung itu telah tiada. Setelah dua puluh tiga tahun menebar cahaya Islam dengan penuh cinta dan kasih sayang untuk menyelamatkan kita. Kepergiannya membuat seisi dunia menangis. Bukan hanya para sahabat yang begitu sangat mencintainya, tapi mimbar dan tongkat yang selalu menemaninya saat berkhutbah pun ikut berguncang hebat tanda keduanya sedang berduka. Cinta Rasulullah kepada para umatnya terus mengalir. Meskipun telah tiada, namun kecintaan sang Nabi kepada kita umatnya tiada akan pernah henti. Cinta pada umatnya tidak bergeming. Karena kecintaan pada umatnya, Sang Nabi selalu mendoakan keselamatan dan menangisi penderitaan yang menimpa umatnya. “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (QS At-Taubah: 128) Cinta pada umatnya, sejak mula hingga akhir. Di dunia ini, kemarin, dan esok, entah berapa banyak umatnya yang menyambut cinta itu. Seperti seorang hamba sahaya bernama Tsauban, yang amat menyayangi dan merindukan Rasulullah. Sehari tidak berjumpa Nabi, ia rasakan seperti setahun. Kalau boleh, ia hendak bersama Nabi setiap masa. Jika tidak bertemu Rasulullah, Tsauban bersedih, murung dan kerap menangis. Rasulullah juga demikian terhadap Tsauban. Baginda mengetahui betapa hebat kasih sayang Tsauban terhadap dirinya. Suatu hari Tsauban berjumpa Rasulullah. Katanya, ”Ya Rasulullah, saya sebenarnya tidak sakit, saya sangat sedih jika berpisah dan tidak bertemu denganmu walau sekejap. Jika dapat bertemu, barulah hati ini lega dan bergembira. Jika memikirkan akhirat, saya bertambah cemas, takut tidak dapat bersama denganmu. Kedudukanmu sudah tentu di syurga yang tinggi, sedangkan saya belum tentu kemungkinan di syurga paling bawah atau tidak dimasukkan ke dalam syurga langsung. Ketika itu saya tidak bersua denganmu lagi.” Setelah peristiwa itu, turunlah wahyu kepada Rasulullah, “Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul (Nabi Muhammad), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada’, dan orang-orang soleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An-Nisa: 69)
RASULULLAH MENUNGGU KITA DI TELAGA ALKAUTSAR Rasulullah ﷺ bersabda: “Aku menunggu kalian di al Haudh, telaga. Siapa yang mendatanginya, dia akan minum airnya. Dan siapa yang minum airnya, tidak akan haus selamanya” (HR. Bukhari) Cinta Rasulullah kepada para umatnya terus mengalir. Tak terbatas sekat dunia atau pun akhirat. Bahkan di saat menjelang Rasulullah wafat, kedalamannya tetap meliputi. Ketika peluh telah membasahi pelepah kurma yang menjadi alas, bertanya Rasulullah kepada Jibril, ”Apa hakku di hadapan Allah?” Jibril menjawab, ”Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti kedatanganmu.” Namun perkataan itu tidaklah menenangkan Rasulullah. Manusia mulia itu bertanya kembali, ”Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” Itulah wujud cintanya. Cinta itu tak pernah pudar. Ketika Malaikat Maut melakukan tugasnya dengan lembut, nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. Beliau kemudian berujar perlahan, ”Jibril betapa sakit sakratul maut ini. Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.” Saat itu sewaktu Ali R.A. mendekati Rasulullah, terdengar ucapan lirih, ”Ummati..ummati..ummati..umatku..umatku..umatku”. Menjelang wafatnya Rasulullah tetap memanggil. Bukan kepada istrinya, Aisyah, atau putrinya, Fathimah. Tetapi kepada kita, umatnya. Cinta itu membawa manusia tersejukkan karenanya. Manusia agung itu telah tiada. Setelah dua puluh tiga tahun menebar cahaya Islam dengan penuh cinta dan kasih sayang untuk menyelamatkan kita. Kepergiannya membuat seisi dunia menangis. Bukan hanya para sahabat yang begitu sangat mencintainya, tapi mimbar dan tongkat yang selalu menemaninya saat berkhutbah pun ikut berguncang hebat tanda keduanya sedang berduka. Cinta Rasulullah kepada para umatnya terus mengalir. Meskipun telah tiada, namun kecintaan sang Nabi kepada kita umatnya tiada akan pernah henti. Cinta pada umatnya tidak bergeming. Karena kecintaan pada umatnya, Sang Nabi selalu mendoakan keselamatan dan menangisi penderitaan yang menimpa umatnya. “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (QS At-Taubah: 128) Cinta pada umatnya, sejak mula hingga akhir. Di dunia ini, kemarin, dan esok, entah berapa banyak umatnya yang menyambut cinta itu. Seperti seorang hamba sahaya bernama Tsauban, yang amat menyayangi dan merindukan Rasulullah. Sehari tidak berjumpa Nabi, ia rasakan seperti setahun. Kalau boleh, ia hendak bersama Nabi setiap masa. Jika tidak bertemu Rasulullah, Tsauban bersedih, murung dan kerap menangis. Rasulullah juga demikian terhadap Tsauban. Baginda mengetahui betapa hebat kasih sayang Tsauban terhadap dirinya. Suatu hari Tsauban berjumpa Rasulullah. Katanya, ”Ya Rasulullah, saya sebenarnya tidak sakit, saya sangat sedih jika berpisah dan tidak bertemu denganmu walau sekejap. Jika dapat bertemu, barulah hati ini lega dan bergembira. Jika memikirkan akhirat, saya bertambah cemas, takut tidak dapat bersama denganmu. Kedudukanmu sudah tentu di syurga yang tinggi, sedangkan saya belum tentu kemungkinan di syurga paling bawah atau tidak dimasukkan ke dalam syurga langsung. Ketika itu saya tidak bersua denganmu lagi.” Setelah peristiwa itu, turunlah wahyu kepada Rasulullah, “Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul (Nabi Muhammad), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada’, dan orang-orang soleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An-Nisa: 69)

About