@sheikho.87: الحزن واليأس في كل مكان مررنا بالكثير الكثير لكن ما أراه الآن مختلف تماما لعل الفرج قادم فهناك قوة خارقة اسمها اليقين بالله نتخطى بها أزماتنا، ونستمر في الدعاء حتى لو كانت كل الأبواب مغلقة وكانت كل الأسباب توحي بعكس ما نتمنى لكننا على يقين أن الله سيصلح كل شي في الوقت المناسب، ولأننا نؤمن بالله وتدبيره فاطمئن لنا رب يعلم حالنا ..... ثقة مطلقة برب رحیم...#🙏 #CapCut

"Sheikho"
Open In TikTok:
Region: TR
Wednesday 10 July 2024 19:06:31 GMT
5599
327
3
40

Music

Download

Comments

asiralmutayam
🍃أسير😌 الحب 🍃 :
ونعم بالله 🌹
2024-07-20 01:46:07
0
sunnni8
Wedad Twijiri :
ونعم بالله
2024-07-15 10:35:03
0
gheribinissaf
🇹🇳 Inssaf🇮🇹 :
❤❤❤
2024-07-10 19:24:27
1
To see more videos from user @sheikho.87, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Meskipun 20 hari lagi menjelang pendaftaran Pilkada serentak dibuka, arah Pilkada Jakarta sudah mulai terlihat. Anies Baswedan, yang jauh-jauh hari sudah menyatakan maju Pilkada Jakarta, tak lama setelah dinyatakan kalah Pilpres, terlihat bukannya makin mudah, tapi justru makin kesulitan, mencari atau mengais ngais kendaraan politik untuk maju Pilkada. PKB, NasDem, PKS, termasuk PDIP, yang disebut-sebut bakal mengusung Anies Baswedan, belum satupun yang benar² akan mengusung. Kecenderungannya justru menarik dukungan dengan berbagai alasan. PKB malah pakai alasan untuk kebaikan Jakarta dan Indonesia. Enak didengar, tapi agak lain. Apa Anies tak baik buat Jakarta dan Indonesia? NasDem pakai alasan surat rekomendasi yang tak harus sampai ke meja KPU. Tergantung kesepakatan dewa-dewa. Dewa 19, celetukan Anies, di tempat berbeda. PKS pakai alasan wakilnya harus kader PKS, yakni Sohibul Iman. Alasan yang lebih masuk akal dibanding yang lain. Apalagi sudah sejak awal dipakai PKS, yang menunjukkan sejak awal juga, tak sreg terus²an memberikan cek kosong buat Anies. PDIP memang belum terdengar benar² akan mengusung Anies, tapi pintu buat Anies sejak awal sudah dibuka. Alasan belum diterima oleh internal sendiri, terutama dari akar rumput, kerap dipakai. Tapi sebetulnya elit pun juga belum menerima. Ahok tegas² menolak, meski sudah diklaim Anies sangat dekat, tapi cepat² ditepis Ahok kedekatan yang diklaim Anies itu. Kebiasaan Anies merapat ke elit paling puncak untuk tujuan politiknya, mulai disadari banyak elit itu sendiri alias terbongkar. Merapat ke SBY lalu melawan SBY. Merapat ke Jokowi lalu melawan Jokowi. Merapat ke Prabowo lalu melawan ke Prabowo. Merapat ke Megawati, baru saja mengklaim dekat dengan Ahok, langsung ditepis Ahok. Ahok tak memaafkan Anies, bagaimana bisa sampai ke Megawati? Kalau partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju sudah tak ada yang mau mendukung Anies. Jangankan mendukung, mendekat pun tidak. Rencana Anies ingin menemui semua Ketum parpol, termasuk Prabowo, tak satupun yang berhasil atau mau bertemu Anies. Istilah Dahnil Anzar Simanjuntak, Staf Khususnya Prabowo, Anies sedang berburu jabatan. Karena itu tak satupun yang mau bertemu Anies. Coki sudah terbuka. Jangan ya dek ya. Malah ada kecenderungan, ini saya pakai kata kencenderungan, partai-partai di luar Koalisi Indonesia Maju yang hendak masuk ke dalam pemerintahan, disuruh memilih antara Anies atau Prabowo. Kalau memilih Anies silahkan berada di luar pemerintahan, begitu sebaliknya. Ini seperti Pilpres yang dipercepat. Tak usah menunggu 2029, saat ini saja pemilihannya. Otomatis, partai-partai seperti PKB, NasDem, dan PKS, mulai berpikir ulang. Kalau PDIP, agaknya sudah direlakan berada di luar pemerintahan. Kendati Prabowo tetap ingin PDIP juga ikut di dalam pemerintahan, tapi PDIP yang agaknya ingin berada di luar. Disuruh memilih antara Prabowo dan Anies, tentu saja partai-partai saat ini lebih memilih Prabowo. Apalah kekuatan politik Anies, selain kata-kata yang dirangkai, kadang dibolak-balik. Bahkan, bukan mustahil tak hanya partai-partai yang berencana mengusung Anies saja yang disuruh memilih antara Anies dan Prabowo, tokoh sekelas Habib Rizieq pun mungkin juga begitu. Tentu tak akan seterang itu kalimatnya, tapi kira-kira begitulah. Agaknya dari senyuman Habib Rizieq, lebih memilih bersama Prabowo daripada Anies Baswedan. Jadi, kalaupun nanti Pilkada Jakarta Lawan kotak kosong, situasi Jakarta tetap kondusif seperti biasanya. Menurut saya Anies harus cepat-cepat melakukan evaluasi secara menyeluruh. Apakah akan tetap lanjut mencalonkan diri dengan konsekuensi tak dapat kendaraan politik atau mundur lebih dulu sebelum pendaftaran KPU dibuka? Menarik juga kalau Anies bergabung dengan PDIP memilih melawan atau beroposisi sejak awal ini. Mengetahui kapan harus memulai dan kapan harus berhenti, ini barangkali di antara tanda yang dimiliki oleh orang cerdas dan bijaksana.
Meskipun 20 hari lagi menjelang pendaftaran Pilkada serentak dibuka, arah Pilkada Jakarta sudah mulai terlihat. Anies Baswedan, yang jauh-jauh hari sudah menyatakan maju Pilkada Jakarta, tak lama setelah dinyatakan kalah Pilpres, terlihat bukannya makin mudah, tapi justru makin kesulitan, mencari atau mengais ngais kendaraan politik untuk maju Pilkada. PKB, NasDem, PKS, termasuk PDIP, yang disebut-sebut bakal mengusung Anies Baswedan, belum satupun yang benar² akan mengusung. Kecenderungannya justru menarik dukungan dengan berbagai alasan. PKB malah pakai alasan untuk kebaikan Jakarta dan Indonesia. Enak didengar, tapi agak lain. Apa Anies tak baik buat Jakarta dan Indonesia? NasDem pakai alasan surat rekomendasi yang tak harus sampai ke meja KPU. Tergantung kesepakatan dewa-dewa. Dewa 19, celetukan Anies, di tempat berbeda. PKS pakai alasan wakilnya harus kader PKS, yakni Sohibul Iman. Alasan yang lebih masuk akal dibanding yang lain. Apalagi sudah sejak awal dipakai PKS, yang menunjukkan sejak awal juga, tak sreg terus²an memberikan cek kosong buat Anies. PDIP memang belum terdengar benar² akan mengusung Anies, tapi pintu buat Anies sejak awal sudah dibuka. Alasan belum diterima oleh internal sendiri, terutama dari akar rumput, kerap dipakai. Tapi sebetulnya elit pun juga belum menerima. Ahok tegas² menolak, meski sudah diklaim Anies sangat dekat, tapi cepat² ditepis Ahok kedekatan yang diklaim Anies itu. Kebiasaan Anies merapat ke elit paling puncak untuk tujuan politiknya, mulai disadari banyak elit itu sendiri alias terbongkar. Merapat ke SBY lalu melawan SBY. Merapat ke Jokowi lalu melawan Jokowi. Merapat ke Prabowo lalu melawan ke Prabowo. Merapat ke Megawati, baru saja mengklaim dekat dengan Ahok, langsung ditepis Ahok. Ahok tak memaafkan Anies, bagaimana bisa sampai ke Megawati? Kalau partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju sudah tak ada yang mau mendukung Anies. Jangankan mendukung, mendekat pun tidak. Rencana Anies ingin menemui semua Ketum parpol, termasuk Prabowo, tak satupun yang berhasil atau mau bertemu Anies. Istilah Dahnil Anzar Simanjuntak, Staf Khususnya Prabowo, Anies sedang berburu jabatan. Karena itu tak satupun yang mau bertemu Anies. Coki sudah terbuka. Jangan ya dek ya. Malah ada kecenderungan, ini saya pakai kata kencenderungan, partai-partai di luar Koalisi Indonesia Maju yang hendak masuk ke dalam pemerintahan, disuruh memilih antara Anies atau Prabowo. Kalau memilih Anies silahkan berada di luar pemerintahan, begitu sebaliknya. Ini seperti Pilpres yang dipercepat. Tak usah menunggu 2029, saat ini saja pemilihannya. Otomatis, partai-partai seperti PKB, NasDem, dan PKS, mulai berpikir ulang. Kalau PDIP, agaknya sudah direlakan berada di luar pemerintahan. Kendati Prabowo tetap ingin PDIP juga ikut di dalam pemerintahan, tapi PDIP yang agaknya ingin berada di luar. Disuruh memilih antara Prabowo dan Anies, tentu saja partai-partai saat ini lebih memilih Prabowo. Apalah kekuatan politik Anies, selain kata-kata yang dirangkai, kadang dibolak-balik. Bahkan, bukan mustahil tak hanya partai-partai yang berencana mengusung Anies saja yang disuruh memilih antara Anies dan Prabowo, tokoh sekelas Habib Rizieq pun mungkin juga begitu. Tentu tak akan seterang itu kalimatnya, tapi kira-kira begitulah. Agaknya dari senyuman Habib Rizieq, lebih memilih bersama Prabowo daripada Anies Baswedan. Jadi, kalaupun nanti Pilkada Jakarta Lawan kotak kosong, situasi Jakarta tetap kondusif seperti biasanya. Menurut saya Anies harus cepat-cepat melakukan evaluasi secara menyeluruh. Apakah akan tetap lanjut mencalonkan diri dengan konsekuensi tak dapat kendaraan politik atau mundur lebih dulu sebelum pendaftaran KPU dibuka? Menarik juga kalau Anies bergabung dengan PDIP memilih melawan atau beroposisi sejak awal ini. Mengetahui kapan harus memulai dan kapan harus berhenti, ini barangkali di antara tanda yang dimiliki oleh orang cerdas dan bijaksana.

About