@.11___7: #CapCut ياكثر ماشلت في قلبي عليك وياكثر ماقلت ماسامح خطاك .... #CapCut #تصميماتي #اغاني #نانسي #نانسي_عجرم #ياكثر_ماشلت_في_قلبي_عليك❤️ # 🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

صُـمـْـْْـْتـٌـٌٌـ آلَهّدٍوٌء
صُـمـْـْْـْتـٌـٌٌـ آلَهّدٍوٌء
Open In TikTok:
Region: LB
Friday 02 August 2024 10:27:52 GMT
93014
1941
70
1009

Music

Download

Comments

user61756178069248
عامرالجبوري :
اي اني موجود حبيبتي
2025-08-10 16:24:40
0
lool499
Lool ❤️ :
ما
2025-04-22 16:20:51
0
rehab.mohamed76
Rehab Mohamed :
💐💐💐
2024-08-11 18:07:40
1
osama.albari0
Osama Albari :
😁
2025-08-28 07:51:32
0
user77195948555090
محمود الرواد :
🥰🥰🥰
2025-08-27 22:23:00
0
user81309614224335
اوس علاء :
♥️
2025-07-28 14:51:35
0
serine.ma.princes
Serine ma princesse :
😁
2025-07-18 01:38:46
0
ansans6793
الحمدلله :
♥️♥️
2025-07-13 09:13:59
0
ahlamhalouma389
ahlem halouma :
🥰
2025-07-12 22:23:14
0
dyk5f7cqqsrh
ملاك محمد :
😁
2025-07-10 15:17:24
0
alialkhareeb
Ali🇮🇶 :
💐
2025-07-01 13:15:00
0
user4122002238102
ماران سكر ولوز :
🌹
2025-06-16 08:45:07
0
hindyahya45
Hindyahya :
🥰🥰🥰
2025-06-12 23:44:30
0
user87662438241335
مقاتل ابن المغاوير 🔥☺️ :
🌹
2025-06-11 21:36:17
0
aneen.7
'أنِين ࿐ :
😁
2025-06-10 12:48:11
0
aneen.7
'أنِين ࿐ :
🥰
2025-06-10 12:48:02
0
aneen.7
'أنِين ࿐ :
😁
2025-06-10 12:48:03
0
aneen.7
'أنِين ࿐ :
😁
2025-06-10 12:48:05
0
aneen.7
'أنِين ࿐ :
🥰
2025-06-10 12:48:05
0
aneen.7
'أنِين ࿐ :
😁
2025-06-10 12:48:08
0
aneen.7
'أنِين ࿐ :
🥰
2025-06-10 12:48:04
0
aneen.7
'أنِين ࿐ :
🥰
2025-06-10 12:48:08
0
aneen.7
'أنِين ࿐ :
😁
2025-06-10 12:48:07
0
To see more videos from user @.11___7, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

#POV Di depan banyak orang, dia hanya menyebutmu sebagai teman. Tapi saat berdua, dia berubah menjadi koala yang nggak mau lepas. Itulah pacarmu, Xu Minghao.  “Hao, tungguin aku!” teriakmu sambil berlari kecil menyusulnya di lorong. Nafasmu sudah setengah habis, tapi cowok itu tetap berjalan santai, seakan sengaja membiarkanmu kerepotan.  Minghao menoleh sebentar, wajahnya adem seperti biasa. Tanpa ekspresi berlebihan, ia hanya melirik ke arah dua orang temannya yang berjalan bersamanya, lalu dengan nada ringan ia berkata, “Oh, itu temen gua.”  Langkahmu langsung berhenti di tempat. Rasanya seperti ditabrak mobil mendadak, kaget, kesal, sekaligus nggak percaya.  “Temen?!” serumu begitu berhasil menyusul, nada suaramu meninggi sampai membuat beberapa kepala menoleh. Kamu sendiri kaget dengan seberapa kencang nada protesmu barusan.  Minghao menoleh ke arahmu, dan alih-alih panik, dia malah terkekeh santai. Tangan panjangnya cepat terulur, mencolek hidungmu sekali, singkat, tapi cukup untuk membuat wajahmu panas.  “Iya, temen. Temen yang bawelnya minta ampun,” katanya ringan, seolah sedang menyebut fakta ilmiah yang tak terbantahkan.  Kamu mendengus keras. “Bawel?!” bibirmu gemetar ingin membalas, tapi kata-kata seolah macet di tenggorokan. Apalagi saat matanya dengan jelas melirikmu dari ekor mata, tatapan nakal penuh kode yang hanya kamu yang bisa baca. Tatapan itu seolah memberitahu, 'sabar sebentar, nanti juga kamu tahu.' Hati kecilmu menjerit. Ingin marah, ingin membanting tas di depannya, tapi juga tahu kalau Minghao memang sengaja. Cowok itu pintar sekali menggiring emosi, membuat kamu terlihat seperti orang yang terlalu dramatis, sementara dia tetap adem seakan nggak ada yang salah.  Begitu kalian sampai di tempat sepi, jauh dari keramaian lorong dan teman-temannya, Minghao langsung berubah. Sama sekali berbeda dengan sikap dingin dan santai barusan. Tanpa memberi aba-aba, dia meraih tanganmu, jemarinya menjalin begitu erat sampai kamu tak punya ruang untuk menarik diri.  “Akhirnya cuma ada kita,” gumamnya rendah, wajahnya mendekat, menempel ke bahumu seolah itu posisi paling nyaman di dunia.  Kamu menoleh cepat, wajahmu masih diselimuti rasa kesal. “Kamu tadi bilang aku temen di depan semua orang!” sergahmu, nadamu meninggi, masih tak percaya.  Alih-alih merasa bersalah, cowok itu malah terkekeh kecil. Suaranya renyah, santai, membua kamu semakin geram karena jelas-jelas dia tidak merasa bersalah. “Ya biar aja. Mereka nggak perlu tau. Aku cuma mau kamu buat aku aja, bukan jadi bahan gosip orang lain.”  Kamu memutar bola mata, ingin melepas genggaman tangannya, tapi Minghao sudah lebih dulu menarikmu mendekat. Dalam sekali gerakan, lengannya melingkar ke pinggangmu, menempel erat seperti magnet yang tak mau dilepaskan.  “Lepas, panas tau, Hao!” gerutumu sambil berusaha mendorong bahunya. Tapi tentu saja, doronganmu sama sekali tidak mengubah posisinya.  “Enggak mau,” jawabnya cepat, manja, dan keras kepala. Suaranya turun jadi bisikan yang justru membuat telingamu panas. “Aku kan pacar kamu, masa gak boleh peluk.”  “Kamu tuh aneh banget,” katamu, berusaha menahan senyum karena ekspresinya benar-benar seperti anak kecil yang takut mainannya direbut.  “Aneh? Kalau sayang kamu disebut aneh, ya udah, aku rela jadi aneh.” Ucapannya meluncur tanpa jeda, membuatmu seketika terdiam. Dia menunduk sedikit, dagunya bertumpu di pundakmu, suaranya terdengar lebih lembut. “Aku nggak peduli orang lain mau mikir apa. Aku nggak butuh mereka tau siapa kamu buat aku. Yang penting kamu tau.”  Kamu terdiam beberapa detik, antara masih kesal karena disebut 'teman' di depan orang banyak, dan juga luluh karena sikapnya sekarang. Apalagi genggamannya semakin erat, seolah dia takut kamu benar-benar pergi kalau dia melepas.  “Udah deh, jangan ngambek lagi,” bisiknya, nadanya setengah merayu. Lalu, tanpa malu-malu, dia mencubit pipimu pelan. “Kalo kamu ngambek, aku jadi pengen peluk lebih lama.”  (lajutan dikomen ya seng🫰🏻) #the8 #minghao #seventeen #fyp
#POV Di depan banyak orang, dia hanya menyebutmu sebagai teman. Tapi saat berdua, dia berubah menjadi koala yang nggak mau lepas. Itulah pacarmu, Xu Minghao. “Hao, tungguin aku!” teriakmu sambil berlari kecil menyusulnya di lorong. Nafasmu sudah setengah habis, tapi cowok itu tetap berjalan santai, seakan sengaja membiarkanmu kerepotan. Minghao menoleh sebentar, wajahnya adem seperti biasa. Tanpa ekspresi berlebihan, ia hanya melirik ke arah dua orang temannya yang berjalan bersamanya, lalu dengan nada ringan ia berkata, “Oh, itu temen gua.” Langkahmu langsung berhenti di tempat. Rasanya seperti ditabrak mobil mendadak, kaget, kesal, sekaligus nggak percaya. “Temen?!” serumu begitu berhasil menyusul, nada suaramu meninggi sampai membuat beberapa kepala menoleh. Kamu sendiri kaget dengan seberapa kencang nada protesmu barusan. Minghao menoleh ke arahmu, dan alih-alih panik, dia malah terkekeh santai. Tangan panjangnya cepat terulur, mencolek hidungmu sekali, singkat, tapi cukup untuk membuat wajahmu panas. “Iya, temen. Temen yang bawelnya minta ampun,” katanya ringan, seolah sedang menyebut fakta ilmiah yang tak terbantahkan. Kamu mendengus keras. “Bawel?!” bibirmu gemetar ingin membalas, tapi kata-kata seolah macet di tenggorokan. Apalagi saat matanya dengan jelas melirikmu dari ekor mata, tatapan nakal penuh kode yang hanya kamu yang bisa baca. Tatapan itu seolah memberitahu, 'sabar sebentar, nanti juga kamu tahu.' Hati kecilmu menjerit. Ingin marah, ingin membanting tas di depannya, tapi juga tahu kalau Minghao memang sengaja. Cowok itu pintar sekali menggiring emosi, membuat kamu terlihat seperti orang yang terlalu dramatis, sementara dia tetap adem seakan nggak ada yang salah. Begitu kalian sampai di tempat sepi, jauh dari keramaian lorong dan teman-temannya, Minghao langsung berubah. Sama sekali berbeda dengan sikap dingin dan santai barusan. Tanpa memberi aba-aba, dia meraih tanganmu, jemarinya menjalin begitu erat sampai kamu tak punya ruang untuk menarik diri. “Akhirnya cuma ada kita,” gumamnya rendah, wajahnya mendekat, menempel ke bahumu seolah itu posisi paling nyaman di dunia. Kamu menoleh cepat, wajahmu masih diselimuti rasa kesal. “Kamu tadi bilang aku temen di depan semua orang!” sergahmu, nadamu meninggi, masih tak percaya. Alih-alih merasa bersalah, cowok itu malah terkekeh kecil. Suaranya renyah, santai, membua kamu semakin geram karena jelas-jelas dia tidak merasa bersalah. “Ya biar aja. Mereka nggak perlu tau. Aku cuma mau kamu buat aku aja, bukan jadi bahan gosip orang lain.” Kamu memutar bola mata, ingin melepas genggaman tangannya, tapi Minghao sudah lebih dulu menarikmu mendekat. Dalam sekali gerakan, lengannya melingkar ke pinggangmu, menempel erat seperti magnet yang tak mau dilepaskan. “Lepas, panas tau, Hao!” gerutumu sambil berusaha mendorong bahunya. Tapi tentu saja, doronganmu sama sekali tidak mengubah posisinya. “Enggak mau,” jawabnya cepat, manja, dan keras kepala. Suaranya turun jadi bisikan yang justru membuat telingamu panas. “Aku kan pacar kamu, masa gak boleh peluk.” “Kamu tuh aneh banget,” katamu, berusaha menahan senyum karena ekspresinya benar-benar seperti anak kecil yang takut mainannya direbut. “Aneh? Kalau sayang kamu disebut aneh, ya udah, aku rela jadi aneh.” Ucapannya meluncur tanpa jeda, membuatmu seketika terdiam. Dia menunduk sedikit, dagunya bertumpu di pundakmu, suaranya terdengar lebih lembut. “Aku nggak peduli orang lain mau mikir apa. Aku nggak butuh mereka tau siapa kamu buat aku. Yang penting kamu tau.” Kamu terdiam beberapa detik, antara masih kesal karena disebut 'teman' di depan orang banyak, dan juga luluh karena sikapnya sekarang. Apalagi genggamannya semakin erat, seolah dia takut kamu benar-benar pergi kalau dia melepas. “Udah deh, jangan ngambek lagi,” bisiknya, nadanya setengah merayu. Lalu, tanpa malu-malu, dia mencubit pipimu pelan. “Kalo kamu ngambek, aku jadi pengen peluk lebih lama.” (lajutan dikomen ya seng🫰🏻) #the8 #minghao #seventeen #fyp

About