@7b_1998: #CapCut #اكسبلورexplore❥☹️ @Abass-98

Abass-98
Abass-98
Open In TikTok:
Region: SA
Friday 16 August 2024 02:46:05 GMT
184
18
0
2

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @7b_1998, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Filosofi, dan Sains: Dikotomi Palsu Batas antara filosofi, logika, teologi, dan sains sebenarnya kabur, setidaknya pada akarnya.  Sistem pendidikan formal kadang sekedar mendikotominya tanpa menjelaskan bahwa pengetahuan bisa didapatkan lewat cara pandang interdisipliner—pemikiran yang rasional bukanlah semata-mata pemikiran yang dibuktikan lewat experiment.  Contohnya ketika hukum Newton dibahas di ruang kelas, jarang sekali publikasi utamanya, yaitu Principia (Philosophiae naturalis principia mathematica) dibahas. Padahal didalamnya sarat akan filosofi dan teologi.  Didalam Principia, notasi infinitesimal calculus sebenarnya tidak ditemukan—barulah setelah Leibniz kita dapatkan hukum Newton seperti yang kita kenali di ruang kuliah.  Ketika (maha)siswa tidak memahami landasan filosofis dari hukum-hukum fisika, mereka tidak dapat menggunakannya sebagai perangkat untuk memahami fenomena diluar konteks persoalan teknis.  Padalah penyelesaian masalah-masalah kontemporer mengharuskan kerjasama antar ekspertis. Penyelesaian masalah lingkungan, terorisme, perbudakan modern, setidaknya — membutuhkan kerjasama antar kepakaran etika, dan ilmu pasti. Dalam contoh singkat divideo dijelaskan landasan filosofis yang mendasari hukum Newton. Walaupun singkat (karena ini kelas mekanika fluida, bukan filosofi) dijelaskan pemahaman tentang definisi dan interaksi antara ruang, dan materi; yang berbeda antara Newton dan Rene Descartes. Pemahaman Descartes bahwa ruang hanyalah ekstensi dari Materi itu didasari oleh pemahaman teologis bahwa Tuhan tidak secara aktif mengisi ruang, dan tidak ada ruang yang kosong (Horror Vacui).  Video: Fluid Mechanics - Preamble to Bernoulli’s derivation
Filosofi, dan Sains: Dikotomi Palsu Batas antara filosofi, logika, teologi, dan sains sebenarnya kabur, setidaknya pada akarnya. Sistem pendidikan formal kadang sekedar mendikotominya tanpa menjelaskan bahwa pengetahuan bisa didapatkan lewat cara pandang interdisipliner—pemikiran yang rasional bukanlah semata-mata pemikiran yang dibuktikan lewat experiment. Contohnya ketika hukum Newton dibahas di ruang kelas, jarang sekali publikasi utamanya, yaitu Principia (Philosophiae naturalis principia mathematica) dibahas. Padahal didalamnya sarat akan filosofi dan teologi. Didalam Principia, notasi infinitesimal calculus sebenarnya tidak ditemukan—barulah setelah Leibniz kita dapatkan hukum Newton seperti yang kita kenali di ruang kuliah. Ketika (maha)siswa tidak memahami landasan filosofis dari hukum-hukum fisika, mereka tidak dapat menggunakannya sebagai perangkat untuk memahami fenomena diluar konteks persoalan teknis. Padalah penyelesaian masalah-masalah kontemporer mengharuskan kerjasama antar ekspertis. Penyelesaian masalah lingkungan, terorisme, perbudakan modern, setidaknya — membutuhkan kerjasama antar kepakaran etika, dan ilmu pasti. Dalam contoh singkat divideo dijelaskan landasan filosofis yang mendasari hukum Newton. Walaupun singkat (karena ini kelas mekanika fluida, bukan filosofi) dijelaskan pemahaman tentang definisi dan interaksi antara ruang, dan materi; yang berbeda antara Newton dan Rene Descartes. Pemahaman Descartes bahwa ruang hanyalah ekstensi dari Materi itu didasari oleh pemahaman teologis bahwa Tuhan tidak secara aktif mengisi ruang, dan tidak ada ruang yang kosong (Horror Vacui). Video: Fluid Mechanics - Preamble to Bernoulli’s derivation

About