@joliemarie.be: #fyppppppppppppppppppppppp #foryoupage #titok @Nelleke🌎13

★𝐌𝐀𝐑𝐈𝐄★
★𝐌𝐀𝐑𝐈𝐄★
Open In TikTok:
Region: BE
Friday 22 November 2024 19:01:35 GMT
958
89
3
2

Music

Download

Comments

marthe.mervaille
Marthe Mervaille :
huh je was er niet bij de les
2024-11-22 19:38:18
2
To see more videos from user @joliemarie.be, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV:Diam-Diam Obsesi Di balik kaca besar kantornya yang menjulang tinggi, Lee Jeno selalu tampak dingin dan tak tersentuh. Semua karyawan mengenalnya sebagai CEO muda yang sukses, perfeksionis, dan tidak pernah menaruh perhatian pada hal-hal pribadi. Termasuk pada istrinya sendiri, Y/N. Bagi Y/N, pernikahan ini terasa seperti sangkar emas. Ia memiliki segalanya—harta, nama besar, dan kehidupan mapan. Namun, yang tidak pernah ia miliki hanyalah perhatian suaminya sendiri. Setiap kali ia mencoba berbicara, Jeno hanya menjawab singkat atau sibuk dengan dokumen. Setiap kali ia tersenyum, Jeno hanya menatap kosong seakan Y/N hanyalah seseorang yang kebetulan menghuni rumah yang sama. Hati Y/N lama-lama retak. Ia sering termenung di balkon apartemen megah itu, menatap lampu kota sambil bertanya-tanya apakah dirinya memang tidak berarti bagi Jeno. Ia bahkan sempat berpikir, mungkin lebih baik jika ia menghilang saja—Jeno pun tidak akan peduli. Tapi yang Y/N tidak tahu, adalah kenyataan yang jauh lebih kelam. Di balik sikap dingin dan acuhnya, Jeno justru menyimpan obsesi yang begitu menyesakkan. Ia tahu setiap langkah Y/N. Dari kamera CCTV pribadi yang ia pasang diam-diam di rumah, hingga pelacak kecil yang tersembunyi di ponsel Y/N. Ia tahu kapan Y/N pergi belanja, siapa saja yang ia temui, bahkan ekspresi wajah Y/N ketika merasa kesepian. Kadang, larut malam, Jeno membuka laptopnya hanya untuk menonton rekaman Y/N sedang membaca buku di sofa atau menangis diam-diam di kamar. Ia hafal setiap kebiasaan kecil Y/N—cara Y/N menggigit bibir saat gugup, cara ia memainkan ujung rambut ketika bosan. Jeno tidak pernah menunjukkan apa-apa, tapi di balik matanya yang tenang, obsesi itu semakin menjeratnya. Ia tidak bisa membiarkan siapa pun mendekati Y/N, bahkan sekadar seorang teman. Suatu hari, ketika Y/N pulang lebih larut dari biasanya setelah bertemu sahabatnya, ia menemukan Jeno duduk di ruang tamu. Tatapannya tajam, berbeda dari biasanya. “Seneng, ya?” suara Jeno dalam, lirih, tapi penuh tekanan. “Ketemu orang lain, bisa ketawa-ketawa gitu… sampe lupa pulang.” Y/N tertegun. Itu pertama kalinya Jeno menunjukkan emosi. “Kenapa… kamu marah? Kamu bahkan nggak pernah peduli aku pergi kemana,” ucap Y/N lirih, matanya mulai berair. Jeno mencondongkan tubuhnya, tatapannya menusuk. “Siapa bilang aku nggak peduli? Aku selalu tahu… setiap langkah kamu. Kamu pikir aku bakal biarin kamu jauh dariku?” Jantung Y/N berdegup kencang. Untuk pertama kalinya, ia sadar—Jeno tidak acuh. Justru sebaliknya, Jeno terlalu peduli. Terlalu terobsesi. Dan sejak malam itu, Y/N mulai melihat Jeno dengan mata yang berbeda. ------------------------ #jeno#pov#fyp#fyppppppppppppppppppppppp#ppppppppppppppppppppppp
POV:Diam-Diam Obsesi Di balik kaca besar kantornya yang menjulang tinggi, Lee Jeno selalu tampak dingin dan tak tersentuh. Semua karyawan mengenalnya sebagai CEO muda yang sukses, perfeksionis, dan tidak pernah menaruh perhatian pada hal-hal pribadi. Termasuk pada istrinya sendiri, Y/N. Bagi Y/N, pernikahan ini terasa seperti sangkar emas. Ia memiliki segalanya—harta, nama besar, dan kehidupan mapan. Namun, yang tidak pernah ia miliki hanyalah perhatian suaminya sendiri. Setiap kali ia mencoba berbicara, Jeno hanya menjawab singkat atau sibuk dengan dokumen. Setiap kali ia tersenyum, Jeno hanya menatap kosong seakan Y/N hanyalah seseorang yang kebetulan menghuni rumah yang sama. Hati Y/N lama-lama retak. Ia sering termenung di balkon apartemen megah itu, menatap lampu kota sambil bertanya-tanya apakah dirinya memang tidak berarti bagi Jeno. Ia bahkan sempat berpikir, mungkin lebih baik jika ia menghilang saja—Jeno pun tidak akan peduli. Tapi yang Y/N tidak tahu, adalah kenyataan yang jauh lebih kelam. Di balik sikap dingin dan acuhnya, Jeno justru menyimpan obsesi yang begitu menyesakkan. Ia tahu setiap langkah Y/N. Dari kamera CCTV pribadi yang ia pasang diam-diam di rumah, hingga pelacak kecil yang tersembunyi di ponsel Y/N. Ia tahu kapan Y/N pergi belanja, siapa saja yang ia temui, bahkan ekspresi wajah Y/N ketika merasa kesepian. Kadang, larut malam, Jeno membuka laptopnya hanya untuk menonton rekaman Y/N sedang membaca buku di sofa atau menangis diam-diam di kamar. Ia hafal setiap kebiasaan kecil Y/N—cara Y/N menggigit bibir saat gugup, cara ia memainkan ujung rambut ketika bosan. Jeno tidak pernah menunjukkan apa-apa, tapi di balik matanya yang tenang, obsesi itu semakin menjeratnya. Ia tidak bisa membiarkan siapa pun mendekati Y/N, bahkan sekadar seorang teman. Suatu hari, ketika Y/N pulang lebih larut dari biasanya setelah bertemu sahabatnya, ia menemukan Jeno duduk di ruang tamu. Tatapannya tajam, berbeda dari biasanya. “Seneng, ya?” suara Jeno dalam, lirih, tapi penuh tekanan. “Ketemu orang lain, bisa ketawa-ketawa gitu… sampe lupa pulang.” Y/N tertegun. Itu pertama kalinya Jeno menunjukkan emosi. “Kenapa… kamu marah? Kamu bahkan nggak pernah peduli aku pergi kemana,” ucap Y/N lirih, matanya mulai berair. Jeno mencondongkan tubuhnya, tatapannya menusuk. “Siapa bilang aku nggak peduli? Aku selalu tahu… setiap langkah kamu. Kamu pikir aku bakal biarin kamu jauh dariku?” Jantung Y/N berdegup kencang. Untuk pertama kalinya, ia sadar—Jeno tidak acuh. Justru sebaliknya, Jeno terlalu peduli. Terlalu terobsesi. Dan sejak malam itu, Y/N mulai melihat Jeno dengan mata yang berbeda. ------------------------ #jeno#pov#fyp#fyppppppppppppppppppppppp#ppppppppppppppppppppppp

About