𝐑𝐲𝐳𝐞𝐧𝐧 :
Di kedalaman laut yang gelap dan sunyi, hiduplah seekor anglerfish tua. Sepanjang hidupnya, ia berenang dalam kegelapan abadi, hanya ditemani cahaya redup di ujung antenanya. Namun, di hatinya, ia menyimpan rasa penasaran yang tak pernah padam tentang cahaya besar di atas sana—matahari, begitu arus laut membisikkan namanya.
Hari demi hari berlalu, tubuhnya semakin lemah, dan antenanya mulai meredup. Ia tahu waktunya tak lama lagi. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, ia berenang menuju permukaan, tempat yang tak pernah berani ia impikan sebelumnya.
Perjalanan itu panjang dan melelahkan. Kegelapan di sekitarnya perlahan berubah menjadi biru yang semakin terang. Sirip-sirip tuanya bergetar, hampir tak sanggup lagi mengayuh. Tapi rasa penasaran dan keinginan terakhir untuk melihat cahaya itu memberinya kekuatan.
Akhirnya, ia menembus permukaan laut. Untuk pertama kalinya, matanya melihat langit yang terbentang luas, dihiasi warna oranye keemasan. Matahari perlahan tenggelam di cakrawala, memancarkan sinar hangat yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Langit tampak seperti kanvas api yang damai dan megah, jauh berbeda dari kegelapan dunia tempatnya berasal.
Air mata mengalir dari matanya, bercampur dengan air laut yang asin. Ia terpesona, sekaligus merasa damai. Ia sudah melihat cahaya yang selama ini hanya menjadi mimpi.
Tubuhnya mulai lemas, napasnya melemah. Perlahan, tubuhnya tenggelam kembali ke kedalaman lautan yang sunyi. Cahaya kecil di ujung antenanya meredup, lalu padam untuk selamanya. Ia kembali ke kegelapan, namun hatinya telah dipenuhi kehangatan cahaya terakhir yang ia lihat di ujung hidupnya.
2025-02-15 12:15:15