@infinity.1110: 1. Ruh (الروح) Ruh adalah esensi ilahiah yang ditiupkan oleh Allah ke dalam manusia. Ruh berasal langsung dari Allah, sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an: "Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya." (QS. As-Sajdah: 9) Ruh bersifat suci dan murni, tidak bisa rusak atau mati. Ruh adalah sumber kehidupan, tetapi ia tetap dalam kendali Allah dan tidak sepenuhnya dipahami manusia: "Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: Ruh itu urusan Tuhanku." (QS. Al-Isra: 85) 2. Jiwa (نفس / Nafs) Jiwa adalah bagian dari diri manusia yang terkait dengan emosi, keinginan, dan kesadaran. Jiwa ini yang bisa mengalami perubahan—bisa baik atau buruk, tergantung dari perjalanan spiritual seseorang. Dalam tasawuf, jiwa dibagi menjadi beberapa tingkatan: nafs menjadi tujuh tingkatan, dari yang paling rendah (cenderung pada keburukan) hingga yang paling tinggi (murni dan berserah kepada Allah). 1. Nafs Ammarah (النَّفْسُ ٱلأَمَّارَةُ بِٱلسُّوءِ) – Jiwa yang Memerintah kepada Kejahatan Jiwa ini penuh dengan hawa nafsu dan dorongan duniawi. Selalu condong pada maksiat dan kesenangan materi. Orang yang masih berada di tingkat ini tidak memiliki kesadaran spiritual dan lebih mengikuti ego. Dalil: "Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan." (QS. Yusuf: 53) 2. Nafs Lawwamah (النَّفْسُ اللَّوَّامَةُ) – Jiwa yang Mencela Jiwa mulai sadar akan dosa dan kesalahan, tetapi masih berjuang melawannya. Ada konflik batin antara ingin taat kepada Allah dan masih tergoda oleh dunia. Dalil: "Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang selalu mencela (dirinya sendiri)." (QS. Al-Qiyamah: 2) 3. Nafs Mulhamah (النَّفْسُ ٱلْمُلْهَمَةُ) – Jiwa yang Mendapat Ilham Jiwa mulai menerima petunjuk dari Allah dan memiliki kecenderungan untuk berbuat baik. Hatinya mulai peka terhadap bisikan ilahi, tetapi godaan dunia masih ada. Mulai memahami hikmah di balik ujian dan cobaan hidup. 4. Nafs Muthmainnah (النَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ) – Jiwa yang Tenang Jiwa yang telah mencapai ketenangan dan kedekatan dengan Allah. Tidak lagi terganggu oleh dorongan hawa nafsu dan merasa cukup dengan Allah. Dalil: "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya." (QS. Al-Fajr: 27-28) 5. Nafs Radhiyyah (النَّفْسُ ٱلرَّاضِيَةُ) – Jiwa yang Ridha Jiwa yang menerima segala ketetapan Allah dengan penuh kerelaan. Tidak ada lagi keluhan dalam hidup, hanya keikhlasan total. Lebih fokus pada ibadah dan pengabdian kepada Allah. 6. Nafs Mardhiyyah (النَّفْسُ ٱلْمَرْضِيَّةُ) – Jiwa yang Diridhai Jiwa yang telah mencapai maqam tinggi di sisi Allah. Bukan hanya ridha dengan Allah, tetapi Allah pun ridha kepadanya. Tidak memiliki kepentingan pribadi, hanya ingin bersama Allah. 7. Nafs Kamilah (النَّفْسُ ٱلْكَامِلَةُ) – Jiwa yang Sempurna Jiwa para nabi, wali, dan orang-orang saleh yang telah mencapai kesempurnaan spiritual. Hidupnya hanya untuk Allah, segala ucapan dan perbuatannya adalah cerminan kehendak-Nya. Sudah tidak memiliki ego, hanya keikhlasan dan pengabdian sejati kepada Perjalanan jiwa dalam tasawuf adalah proses menuju penyucian dan kesempurnaan ruhani. Setiap manusia berjuang naik dari Nafs Ammarah menuju Nafs Kamilah, melewati berbagai ujian dan penyucian diri. Jadi, semakin tinggi tingkat nafs seseorang, semakin dekat ia kepada Allah dan semakin sedikit keterikatannya dengan dunia. Ruh adalah sumber kehidupan, suci, dan berasal dari Allah. Ruh tidak berubah atau terpengaruh oleh dunia. Jiwa (Nafs) adalah bagian dari manusia yang mengalami pergolakan, ujian, dan perjalanan spiritual—bisa naik atau turun tingkatannya. Dengan kata lain, ruh itu ibarat cahaya murni dari Allah, sedangkan jiwa adalah cermin yang bisa bersih atau kotor, tergantung dari amal dan perjalanan spiritual manusia. #tasawuf #hakikat #makrifatullah
Infinity1111
Region: ID
Monday 03 March 2025 10:41:45 GMT
Music
Download
Comments
There are no more comments for this video.
To see more videos from user @infinity.1110, please go to the Tikwm
homepage.