@atoomiq: #CapCut #تقنيات_المختبرات_الطبيه #تحليلات_مرضية #مجموعة_طبية #مختبرات_طبية #محلل #محللين_المستقبل #محللة #ترند #كلية_الصفوة_الجامعة #🔬

Fatima
Fatima
Open In TikTok:
Region: IQ
Wednesday 21 May 2025 14:29:29 GMT
204693
11249
251
1692

Music

Download

Comments

t0s7i
اِخلاص :
تنصحوني اروح اهلية تقنيات تخدير معدلي 90.14؟
2025-07-25 23:13:37
5
0.1kp
Rasul jasim :
تخرجنا من هذا القسم💚
2025-05-23 22:38:03
9
user7962922824541
زينب :
اني طلعلي بالصباحي معهد مختبرات طبية ؟شنو رئيكم بيه وهوه نفس التحليلات ؟ واكدر اقدم مسائي كلية تقنيات مختبارت طبية معدلي ٨٢؟
2025-07-20 12:15:05
6
sheistaif
Taif :
شكد المعدل حتى أنقبل بي؟
2025-07-04 03:52:25
2
user4068268605942
. :
حلمي الي نحرمت منة وكلبي محروك عليه 😔💔💔💔💔💔💔💔💔.
2025-05-24 12:08:32
5
berone_7
زهـَراء . :
يعني معقوله اكو اشخاص حلمهم واقعي هسه 🥲😭
2025-06-03 21:01:14
4
lell2j
نـ٢٠٠٢ :
من دخلت هالقسم ودعت راحة البال
2025-07-01 11:45:53
5
user4792620770048
An.H m :
مو حلمي إلي جاي ادرسة هسة 😔💔
2025-05-26 22:06:58
1
k9___f4
كوثر𐙚 :
حلمي ياربي لا تحرمني منه😔💔💔
2025-06-14 13:00:45
26
huda.nader.99
Huda Nader ام غــيث :
حمدلله حققتها ودخلت مختبرات الطبية بعد حرمان ٨ سنوات
2025-07-24 13:38:20
1
uucckjnb
هجࢪان || فـدَاެء العَباس ☪︎. :
اويلي ياربي حلمي لا تحرمني منه
2025-05-24 16:59:21
8
nnon199900
الماكيره مروة العطار💄👑 :
بيه اهلي وشكد معدل القبول
2025-07-23 10:08:35
1
op_7ill
غَـديـر. :
العام هيج وقت جنت ابجي من السادس واريد اصير محلله وهالسنه اني دا امتحن فاينل بالقسم الي جنت احلم بي
2025-05-23 21:18:40
3
userc61qquxb4b
مهداويه 🖤🖤 :
اللهم لا تحرمني من شعور انت قادر عليه
2025-05-22 17:36:31
20
aso_zi313
أوتـᬼــــار🪐 :
أخويه اليوم كمل امتحاناته يارب ما يخيب ضني ويجن كلهن امتياز لان حيل تعب
2025-05-24 12:11:14
1
xq_iir
,ًجيلان🦌🤎. :
الاهلي شكد
2025-08-11 12:44:45
0
7lps0
𖣁🌸Ᏸạr͜Ᏸiẹ🌸𖣁 :
يارب حققلي هذه الحلم والله اتمناه وما اتمنى اي شي ثاني بهاي الدنيا
2025-05-24 11:43:22
0
noor1045abc2
كوزمتك نور :
يووم الالي حلميي هاذهههه
2025-05-22 19:34:42
2
zainabhameed933
An.Zainab Hameed :
تحقق الحمدلله
2025-05-23 20:05:18
1
m_2nt1
منتظـر 🧡 :
عادي أخذالفيديوا
2025-05-24 10:08:12
0
hr.__yi
حنين غانم🦋 :
سوي على ادله جنائيه فدوه
2025-05-24 09:45:44
1
znii00
﮼زاي 🎀 :
حلميييييييييي يارب
2025-05-23 18:52:08
3
ayat.emad12
Ayat :
حلمي ربي لا تحرمني منه 😔
2025-05-30 16:42:23
1
h3z5_4m
Ꮓ . ♡ :
يارب ماانحرم من هالحلم 😞
2025-07-22 12:42:25
3
15_v_e
بــنه :
حلمي😔🤍
2025-06-24 13:42:51
2
To see more videos from user @atoomiq, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan Pemimpin Redaksi Banyuasin Pos Rp 200 triliun bukan angka kecil. Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa, dengan cepat mengalirkan dana raksasa itu ke bank-bank Himbara. Katanya demi menggairahkan ekonomi lewat penyaluran kredit. Tapi pertanyaan yang lebih penting: apakah uang sebesar itu benar-benar akan turun ke rakyat kecil, atau hanya berputar di lingkaran elite perbankan? Kita sudah berkali-kali melihat pola serupa. Uang negara digelontorkan dengan nama indah: stimulus, penyelamatan ekonomi, atau pemulihan. Namun, di lapangan, petani masih kesulitan pupuk, pedagang kecil menjerit karena daya beli turun, dan anak muda yang ingin buka usaha tetap terganjal birokrasi. Sementara bank yang mendapat “uang kaget” justru makin nyaman dengan posisi mereka. Perbandingan dengan Sri Mulyani pun tak bisa dihindari. Ia dikenal berhati-hati, mungkin terlalu hati-hati. Sedangkan Purbaya memilih tancap gas, meski risiko inflasi dan kredit bermasalah mengintai. Kita boleh saja memperdebatkan strategi siapa yang lebih tepat, tapi sejatinya rakyat kecil tidak hidup dari perbedaan teori ekonomi. Yang mereka butuhkan adalah harga sembako yang terjangkau, pekerjaan yang layak, dan akses modal yang benar-benar sampai ke tangan mereka. Ironisnya, kebijakan sebesar ini lebih ramai diperbincangkan di media sosial ketimbang dampaknya di lapangan. Di warung kopi, Rp 200 triliun hanyalah bahan gosip setara berita selebriti. Apa gunanya angka raksasa itu bila tidak menghadirkan perubahan nyata di pasar tradisional, di sawah, atau di bengkel motor kecil di pinggir desa? Kalau pemerintah sungguh ingin rakyat merasakan manfaatnya, dana itu seharusnya tidak berhenti di bank-bank besar. Ia harus menjelma menjadi akses kredit mikro yang adil, subsidi tepat sasaran, dan peluang usaha yang bisa digapai tanpa ribet. Tanpa itu semua, Rp 200 triliun hanya akan jadi angka kosong—megah di berita, riuh di medsos, tapi hampa di perut rakyat (***) 
Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan Pemimpin Redaksi Banyuasin Pos Rp 200 triliun bukan angka kecil. Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa, dengan cepat mengalirkan dana raksasa itu ke bank-bank Himbara. Katanya demi menggairahkan ekonomi lewat penyaluran kredit. Tapi pertanyaan yang lebih penting: apakah uang sebesar itu benar-benar akan turun ke rakyat kecil, atau hanya berputar di lingkaran elite perbankan? Kita sudah berkali-kali melihat pola serupa. Uang negara digelontorkan dengan nama indah: stimulus, penyelamatan ekonomi, atau pemulihan. Namun, di lapangan, petani masih kesulitan pupuk, pedagang kecil menjerit karena daya beli turun, dan anak muda yang ingin buka usaha tetap terganjal birokrasi. Sementara bank yang mendapat “uang kaget” justru makin nyaman dengan posisi mereka. Perbandingan dengan Sri Mulyani pun tak bisa dihindari. Ia dikenal berhati-hati, mungkin terlalu hati-hati. Sedangkan Purbaya memilih tancap gas, meski risiko inflasi dan kredit bermasalah mengintai. Kita boleh saja memperdebatkan strategi siapa yang lebih tepat, tapi sejatinya rakyat kecil tidak hidup dari perbedaan teori ekonomi. Yang mereka butuhkan adalah harga sembako yang terjangkau, pekerjaan yang layak, dan akses modal yang benar-benar sampai ke tangan mereka. Ironisnya, kebijakan sebesar ini lebih ramai diperbincangkan di media sosial ketimbang dampaknya di lapangan. Di warung kopi, Rp 200 triliun hanyalah bahan gosip setara berita selebriti. Apa gunanya angka raksasa itu bila tidak menghadirkan perubahan nyata di pasar tradisional, di sawah, atau di bengkel motor kecil di pinggir desa? Kalau pemerintah sungguh ingin rakyat merasakan manfaatnya, dana itu seharusnya tidak berhenti di bank-bank besar. Ia harus menjelma menjadi akses kredit mikro yang adil, subsidi tepat sasaran, dan peluang usaha yang bisa digapai tanpa ribet. Tanpa itu semua, Rp 200 triliun hanya akan jadi angka kosong—megah di berita, riuh di medsos, tapi hampa di perut rakyat (***) 

About