@adibar5106:

adi.bar
adi.bar
Open In TikTok:
Region: IL
Sunday 15 June 2025 20:58:59 GMT
23176
1027
21
68

Music

Download

Comments

emanuel_readay
emanuel_readay :
יוא פרנצ’סקה
2025-06-16 03:03:44
2
liron_basano
Liron_basano :
הרבה זמן אני בצה״ל והסבירו לי שיש לנו פצצות נדירות בצבא עד עכשיו לא האמנתי
2025-06-16 16:04:58
1
noamlior121
noamlior121 :
ילדה יפה❤️
2025-06-17 14:07:05
1
noya.kapeta
Noyakapeta :
בחיים לא ראיתי בן אדם שעושה ככה הרבה סרטונים
2025-06-15 21:01:41
1
hilavaib__
Hilavaib :
אהובה שלי
2025-06-15 21:14:48
1
yahavzohar
Yahav Zohar :
מושלמתתתת
2025-06-16 18:40:10
1
avraham.twig
Avraham.twig :
מש״ק טיקטוק
2025-06-16 02:11:00
1
shay.y2004
shay :
הכריות 😍
2025-06-16 15:57:51
1
yuval_vadrario
yuval vadrario :
החיילת הכי יפה בצהללל
2025-06-15 23:58:43
1
liorechilov
Lior Echilov🤍🔝 :
ואוו😍
2025-06-16 05:21:00
1
shira_____111
Shiraaa :
מה זה הדבר היפה הזה אני לא הבנתיייייי
2025-06-16 16:31:58
1
raphael.shy.dayan
Raphael.shy.dayan :
מה זה התחפשת לחיילת
2025-06-16 01:51:57
1
liam_aluk111
Liam aluk :
לטיקטוק יש זמן @ofekzarfati0
2025-06-16 14:59:35
1
lielturgeman12
Lielturgeman🫦🇫🇷 :
🥵🥵🥵
2025-06-16 05:57:06
1
shellysaadon
S :
💯
2025-06-15 21:02:22
1
maayanperetz17
Maayanperetz :
😫😫😫😫💘💘💘🥵🥵🥵🥵
2025-06-15 21:02:18
1
_gan89
Golan :
🥰
2025-09-08 09:40:29
0
user683771193798
אופק ילד הפלא :
🙏
2025-06-22 20:41:35
0
baraklevy2002
ברק לוי :
מילואים או סדיר ?
2025-06-16 02:29:28
1
luke.rudderham
luke rudderham :
hi I'm from Vancouver Canada I'm 18 I'm just curious because I want to join the IDF in Israel was it mandatory to join the IDF in Israel how much longer until you join the IDF in Israel!!???
2025-07-29 03:14:58
0
To see more videos from user @adibar5106, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV BAGIAN 1: Hari itu harusnya biasa aja. Kamu pulang ke rumah, lelah setelah seminggu penuh tugas dan jadwal kuliah yang padat. Tapi kamu semangat—karena malam ini kamu janji video call sama Jake. Dia selalu jadi alasanmu bertahan, bahkan di hari-hari terberat. Tapi begitu masuk rumah, suasananya beda. Ayahmu duduk di ruang tamu dengan wajah serius. Ibumu juga, dengan senyum yang terasa… dipaksakan. Ayah: “Duduklah sebentar, Nak. Kita mau bicara.” Kamu menelan ludah. Detak jantungmu tiba-tiba lebih kencang dari biasanya. Ibu: “Kami sudah lama mempertimbangkan ini. Ayahmu baru saja bertemu dengan Pak Haris. Kamu tahu, rekan bisnis Ayah. Anaknya… laki-laki yang baik.” Ayah: “Kami pikir, dia cocok untuk kamu. Keluarganya terpandang, stabil. Kita ingin kamu mencoba bertemu dengannya.” Kamu diam. Seperti baru dilempar keluar dari dunia yang kamu kenal. “Jaman sekarang… masih ada yang namanya perjodohan, Yah?” Ibu: “Ini bukan soal jaman. Ini soal masa depan kamu.” “Kalau ini soal masa depan aku, kenapa aku gak boleh pilih sendiri? Aku udah punya seseorang. Seseorang yang selama ini selalu ada buat aku…” Ayah: “Jake? Anak itu? Dia siapa, Nak? Kamu yakin masa depan kamu aman sama dia?” “Aku gak butuh orang kaya, Yah. Aku butuh orang yang gak ninggalin aku waktu aku jatuh. Dan itu Jake.” Ibu: “Nak, cinta bisa tumbuh. Tapi fondasi yang kuat itu datang dari keluarga yang sepadan. Jake mungkin baik, tapi…” “Jake bukan 'mungkin baik'. Dia lebih dari cukup. Dia lihat aku bukan karena nama keluarga, tapi karena aku. Itu yang gak bisa kalian lihat.” Suasana jadi hening. Dan kamu tahu, malam itu… kamu bukan lagi anak kecil di mata mereka, tapi juga belum cukup dewasa untuk mereka percaya. ——————— Malam itu, kamu dateng ke tempat Jake. Tapi bukan dengan senyum dan pelukan kayak biasanya. Kamu datang… dengan ragu. Jake tetap nyambut kamu hangat, kayak selalu. Dia lagi masak, dan kamu duduk di meja makan, memperhatiin dia dalam diam. “Kamu kelihatan capek. Minggu ini berat ya?” Kamu senyum kecil, singkat. “Bukan minggu ini doang. Tapi kayaknya mulai minggu ini, semuanya bakal berat.” Jake menoleh. Alisnya sedikit naik. “Ada apa?” “Orang tuaku… ngajak ngobrol sore tadi. Lama. Serius.” Jake menyandarkan tubuh ke meja dapur, memperhatikan kamu lebih dalam. “Ngomongin apa?” “Tentang hidup. Masa depan. Stabilitas. Tentang pilihan yang katanya… harus lebih ‘realistis’.” Jake mendekat, duduk di seberang kamu. Matanya gak lepas dari kamu. “Mereka gak suka aku, ya?” Kamu diam. Jake tahu kamu gak suka bohong, jadi justru hening itu jawaban paling jujur. “Mereka… punya pandangan sendiri soal siapa yang cocok buat aku. Mereka kenalin aku sama seseorang. Gak langsung maksa, tapi… kamu tahu gimana tekanan keluarga.”  Jake nunduk sebentar, tarik napas panjang. Lalu menatap kamu lagi. “Dan kamu? Kamu… gimana?” “Aku pengen bilang aku kuat. Tapi kadang, aku gak tahu harus kuat buat siapa.” Jake tersenyum—pahit. “Kalau kamu harus milih hari ini… kamu pilih yang aman, atau yang kamu sayang?” Kamu lihat dia. Lama. Dan kamu benci karena kamu gak bisa langsung jawab. “Jangan jawab sekarang. Tapi kalau suatu hari kamu pergi, aku cuma minta satu hal…” “Apa?” (tatapannya mulai berkaca) “Jangan pernah bilang kamu gak sayang aku. Aku lebih baik kehilangan kamu karena keadaan… daripada denger kamu bohong ke aku soal perasaan sendiri.” Dan malam itu kalian duduk lama dalam diam. Gak ada pelukan. Gak ada tangis histeris. Cuma dua orang yang sama-sama tahu, mereka saling cinta… tapi dunia mungkin gak sebaik itu. #jake #enhypen #pov #povau  haiii long time no see!!
POV BAGIAN 1: Hari itu harusnya biasa aja. Kamu pulang ke rumah, lelah setelah seminggu penuh tugas dan jadwal kuliah yang padat. Tapi kamu semangat—karena malam ini kamu janji video call sama Jake. Dia selalu jadi alasanmu bertahan, bahkan di hari-hari terberat. Tapi begitu masuk rumah, suasananya beda. Ayahmu duduk di ruang tamu dengan wajah serius. Ibumu juga, dengan senyum yang terasa… dipaksakan. Ayah: “Duduklah sebentar, Nak. Kita mau bicara.” Kamu menelan ludah. Detak jantungmu tiba-tiba lebih kencang dari biasanya. Ibu: “Kami sudah lama mempertimbangkan ini. Ayahmu baru saja bertemu dengan Pak Haris. Kamu tahu, rekan bisnis Ayah. Anaknya… laki-laki yang baik.” Ayah: “Kami pikir, dia cocok untuk kamu. Keluarganya terpandang, stabil. Kita ingin kamu mencoba bertemu dengannya.” Kamu diam. Seperti baru dilempar keluar dari dunia yang kamu kenal. “Jaman sekarang… masih ada yang namanya perjodohan, Yah?” Ibu: “Ini bukan soal jaman. Ini soal masa depan kamu.” “Kalau ini soal masa depan aku, kenapa aku gak boleh pilih sendiri? Aku udah punya seseorang. Seseorang yang selama ini selalu ada buat aku…” Ayah: “Jake? Anak itu? Dia siapa, Nak? Kamu yakin masa depan kamu aman sama dia?” “Aku gak butuh orang kaya, Yah. Aku butuh orang yang gak ninggalin aku waktu aku jatuh. Dan itu Jake.” Ibu: “Nak, cinta bisa tumbuh. Tapi fondasi yang kuat itu datang dari keluarga yang sepadan. Jake mungkin baik, tapi…” “Jake bukan 'mungkin baik'. Dia lebih dari cukup. Dia lihat aku bukan karena nama keluarga, tapi karena aku. Itu yang gak bisa kalian lihat.” Suasana jadi hening. Dan kamu tahu, malam itu… kamu bukan lagi anak kecil di mata mereka, tapi juga belum cukup dewasa untuk mereka percaya. ——————— Malam itu, kamu dateng ke tempat Jake. Tapi bukan dengan senyum dan pelukan kayak biasanya. Kamu datang… dengan ragu. Jake tetap nyambut kamu hangat, kayak selalu. Dia lagi masak, dan kamu duduk di meja makan, memperhatiin dia dalam diam. “Kamu kelihatan capek. Minggu ini berat ya?” Kamu senyum kecil, singkat. “Bukan minggu ini doang. Tapi kayaknya mulai minggu ini, semuanya bakal berat.” Jake menoleh. Alisnya sedikit naik. “Ada apa?” “Orang tuaku… ngajak ngobrol sore tadi. Lama. Serius.” Jake menyandarkan tubuh ke meja dapur, memperhatikan kamu lebih dalam. “Ngomongin apa?” “Tentang hidup. Masa depan. Stabilitas. Tentang pilihan yang katanya… harus lebih ‘realistis’.” Jake mendekat, duduk di seberang kamu. Matanya gak lepas dari kamu. “Mereka gak suka aku, ya?” Kamu diam. Jake tahu kamu gak suka bohong, jadi justru hening itu jawaban paling jujur. “Mereka… punya pandangan sendiri soal siapa yang cocok buat aku. Mereka kenalin aku sama seseorang. Gak langsung maksa, tapi… kamu tahu gimana tekanan keluarga.” Jake nunduk sebentar, tarik napas panjang. Lalu menatap kamu lagi. “Dan kamu? Kamu… gimana?” “Aku pengen bilang aku kuat. Tapi kadang, aku gak tahu harus kuat buat siapa.” Jake tersenyum—pahit. “Kalau kamu harus milih hari ini… kamu pilih yang aman, atau yang kamu sayang?” Kamu lihat dia. Lama. Dan kamu benci karena kamu gak bisa langsung jawab. “Jangan jawab sekarang. Tapi kalau suatu hari kamu pergi, aku cuma minta satu hal…” “Apa?” (tatapannya mulai berkaca) “Jangan pernah bilang kamu gak sayang aku. Aku lebih baik kehilangan kamu karena keadaan… daripada denger kamu bohong ke aku soal perasaan sendiri.” Dan malam itu kalian duduk lama dalam diam. Gak ada pelukan. Gak ada tangis histeris. Cuma dua orang yang sama-sama tahu, mereka saling cinta… tapi dunia mungkin gak sebaik itu. #jake #enhypen #pov #povau haiii long time no see!!

About