@vileurple: Tell me I'm not the only one 😭 Dune Awakening Spice Farming Griefers PVP #duneawakening #pvp #dunemmo #dunegame #dune #mmorpg #duneawakeninggame #survivalgame #fyp #viralvideo #vileurple #CapCut

Vileurple on YouTube
Vileurple on YouTube
Open In TikTok:
Region: US
Monday 07 July 2025 08:39:18 GMT
22571
678
91
380

Music

Download

Comments

mattysama
Mattysama :
I used to be 100% for all pvp but after the 3rd build of my copter after being jumped by a full 4 stack team im glad they halfed it
2025-07-07 13:51:35
20
justinpatrick561
justinpatrick561 :
It’s not greifing ITS PVP you legit don’t have to be there
2025-07-08 03:31:53
4
cheyannasummers21
Cheyanna Summers785 :
I felt this in my soul hahaha 🤣🤣 i
2025-08-27 00:35:27
0
sarrahtonin
Sarahtonin :
its your choice to go to a PVP zone. you know the risk. if you dont want to have the possibility of getting attacked then stay in the pve zone.
2025-07-08 17:55:14
5
littlemonkey_425
littlemonkey_425 :
I was just trying to game flour for the first time 💔 I don’t get how people do it, I got eaten immediately
2025-07-08 07:14:14
1
zachmarcum1
Zach Marcum :
griefing refers to the act of deliberately disrupting another player's enjoyment of the game, often by using game mechanics in unintended ways or engaging in unsportsmanlike behavior.
2025-08-05 22:18:09
0
drixxxz2
GreasyJalapeno :
It’s not griefing, your just not joining a guild to do it properly
2025-07-07 22:16:25
2
skm25
user8863751520352 :
Dude it’s just bullies that get off on rolling on a solo player and ruining their day. It’s whatever, but they complain the loudest when they die and are not 3v1
2025-07-07 16:05:31
16
centurions.fate
Fated :
I like my server everyone is allowed spice and solo players are protected from griefers with a vengeance.
2025-07-09 05:07:19
2
romercarvalho
Romer Carvalho :
Why do u need that? There’s no dungeon, no end game, Why pple fighting for that?
2025-07-09 14:01:56
1
.blood13b
blood1 :
PvP is the true end game
2025-07-07 23:24:30
3
the_sketchy_argonian
Skooma Dealer :
the server I'm in is pretty tame sand crawlers get the center compactors get the edge and griefers get missiles
2025-07-10 02:26:27
4
zttorres98
zttorres98 :
Uninstalled after 130 hours. Endgame is underwhelming, PvP is mid, and I really just don’t wanna turn into a farm bot for spice that never even spawns and when it does you’re griefed
2025-07-10 14:17:47
1
antidemocraticnaer
ненавидеть :
pvp = greedy people = griefers, have you ever played ark official ? or rust ?
2025-07-11 14:23:35
1
mrdylancummings
Dylan Cummings :
Deep desert chat… group up….
2025-07-07 21:27:46
1
stolidka
Stephen Burton :
Yesterday was my first real day in the deep. Lost 95 spice melange just transporting it back to the Hagga Basin.
2025-07-07 20:04:53
1
r0b0fett_ttv
RoboFett :
I feel this 😂 they don’t even take the materials I gather just thumper my stuff
2025-07-07 18:41:52
1
mopheadlive
Mophead12398 :
My servers dead af i havent seen another player in a week
2025-07-07 14:33:13
1
d4rt___
Dart :
is it really griefing if its a pvp zone? thematically it works so well in this game if youre role playing as a faction. it further sets up arrakis as the most hostile environment known to man
2025-07-09 15:36:55
1
iamhootpd
Hoot :
I blame Xan on Stoneheart
2025-07-08 17:42:12
1
capnshaq
Cap 🆘🇺🇸 :
This is why we just roll 6 rocket scouts two transport assaults and two rocket assaults.
2025-07-07 15:36:41
1
sirbadmir
Badmir :
Don't worry every recent update has tailored more to the pve players
2025-07-07 20:11:25
1
mrearlspaghetti
MrEarlSpaghetti :
There is no true PvP in this game.
2025-07-10 17:10:49
1
fullcrazylegs
Fullcrazylegs :
the accuracy is painful
2025-07-07 19:52:11
1
derreckmurray7
Derreck :
Real
2025-07-07 08:46:59
1
To see more videos from user @vileurple, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV:Hujan deras malam itu menjadi latar musik yang menyertai langkah-langkahku menuju altar. Gaun putih yang kupakai terasa berat, seolah ikut menanggung beban hatiku. Semua orang memandang dengan tatapan penuh simpati—mereka tahu ini bukan pernikahan yang lahir dari cinta, melainkan dari wasiat kedua orang tua kami yang sudah meninggal. Jihoon berdiri di ujung altar, rapi dalam jas hitam. Ekspresinya datar, matanya dingin. Tidak ada senyum. Tidak ada ucapan manis. Hanya tatapan yang seolah berkata: “Kita hanya menjalankan kewajiban.” Setelah semua prosesi usai, kehidupan baruku dimulai di rumah megah keluarga Jihoon. Rumah itu indah, tapi dingin—persis seperti pemiliknya. Hari-hari berjalan seperti rutinitas tanpa rasa. Jihoon jarang berbicara, dan ketika berbicara, kata-katanya kasar dan sering membuat hatiku perih. > “Kalau mau tinggal di sini, jangan ganggu urusanku.” “Jangan berharap aku akan memanjakanmu.” Aku tak pernah membalas. Aku hanya mengangguk, menyimpan semua luka itu sendiri. Bukan karena aku tidak mampu melawan, tapi karena aku lelah. Dari awal aku sudah pasrah. ------------ Aku melihat Y/N setiap hari. Ia selalu menunduk saat berbicara padaku, suaranya lembut, seolah takut mengusik kemarahanku. Dia tidak pernah membantah, bahkan saat aku sengaja berkata kasar. Padahal… aku mencintainya. Sejak sebelum pernikahan ini, sejak pertama kali bertemu di pemakaman orang tuaku, saat dia menangis sambil memegang payung kecil. Ada sesuatu dalam dirinya yang menenangkan—tapi aku terlalu bodoh untuk menunjukkannya. Aku pikir kalau aku bersikap dingin, aku bisa menyembunyikan kelemahanku. Tapi melihat dia tersenyum tipis saat sendirian di dapur, atau mendengar dia menyanyi pelan saat mencuci piring… hatiku runtuh sedikit demi sedikit. Namun gengsi adalah tembok yang tinggi. Aku tak tahu bagaimana merobohkannya. ----------- Suatu sore, aku pulang lebih cepat dari kantor. Begitu masuk rumah, aku melihat Y/N di ruang tamu… bersama seorang pria. Dia tersenyum hangat pada pria itu—senyum yang belum pernah aku dapatkan. Darahku langsung mendidih. Aku tidak peduli siapa dia. Aku tidak peduli kalau mungkin dia hanya teman. > “Jadi ini alasan kamu diam-diam keluar rumah tiap pagi?!” bentakku. “Jihoon, tunggu, ini—” “Diam!” suaraku meninggi. “Kamu pikir aku nggak tahu? Dari dulu aku tahu kamu nggak mau menikah sama aku! Sekarang kamu cari pengganti di belakangku?!” Matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar. Dia mencoba menjelaskan, tapi aku tidak mau mendengar. Aku keluar dari rumah dengan emosi yang membakar dada. #fypppppppppppppp#pov#au#foryou#jihoontreasure
POV:Hujan deras malam itu menjadi latar musik yang menyertai langkah-langkahku menuju altar. Gaun putih yang kupakai terasa berat, seolah ikut menanggung beban hatiku. Semua orang memandang dengan tatapan penuh simpati—mereka tahu ini bukan pernikahan yang lahir dari cinta, melainkan dari wasiat kedua orang tua kami yang sudah meninggal. Jihoon berdiri di ujung altar, rapi dalam jas hitam. Ekspresinya datar, matanya dingin. Tidak ada senyum. Tidak ada ucapan manis. Hanya tatapan yang seolah berkata: “Kita hanya menjalankan kewajiban.” Setelah semua prosesi usai, kehidupan baruku dimulai di rumah megah keluarga Jihoon. Rumah itu indah, tapi dingin—persis seperti pemiliknya. Hari-hari berjalan seperti rutinitas tanpa rasa. Jihoon jarang berbicara, dan ketika berbicara, kata-katanya kasar dan sering membuat hatiku perih. > “Kalau mau tinggal di sini, jangan ganggu urusanku.” “Jangan berharap aku akan memanjakanmu.” Aku tak pernah membalas. Aku hanya mengangguk, menyimpan semua luka itu sendiri. Bukan karena aku tidak mampu melawan, tapi karena aku lelah. Dari awal aku sudah pasrah. ------------ Aku melihat Y/N setiap hari. Ia selalu menunduk saat berbicara padaku, suaranya lembut, seolah takut mengusik kemarahanku. Dia tidak pernah membantah, bahkan saat aku sengaja berkata kasar. Padahal… aku mencintainya. Sejak sebelum pernikahan ini, sejak pertama kali bertemu di pemakaman orang tuaku, saat dia menangis sambil memegang payung kecil. Ada sesuatu dalam dirinya yang menenangkan—tapi aku terlalu bodoh untuk menunjukkannya. Aku pikir kalau aku bersikap dingin, aku bisa menyembunyikan kelemahanku. Tapi melihat dia tersenyum tipis saat sendirian di dapur, atau mendengar dia menyanyi pelan saat mencuci piring… hatiku runtuh sedikit demi sedikit. Namun gengsi adalah tembok yang tinggi. Aku tak tahu bagaimana merobohkannya. ----------- Suatu sore, aku pulang lebih cepat dari kantor. Begitu masuk rumah, aku melihat Y/N di ruang tamu… bersama seorang pria. Dia tersenyum hangat pada pria itu—senyum yang belum pernah aku dapatkan. Darahku langsung mendidih. Aku tidak peduli siapa dia. Aku tidak peduli kalau mungkin dia hanya teman. > “Jadi ini alasan kamu diam-diam keluar rumah tiap pagi?!” bentakku. “Jihoon, tunggu, ini—” “Diam!” suaraku meninggi. “Kamu pikir aku nggak tahu? Dari dulu aku tahu kamu nggak mau menikah sama aku! Sekarang kamu cari pengganti di belakangku?!” Matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar. Dia mencoba menjelaskan, tapi aku tidak mau mendengar. Aku keluar dari rumah dengan emosi yang membakar dada. #fypppppppppppppp#pov#au#foryou#jihoontreasure

About