@shh.sjjz: #jesus #jesuslovesyou

Shh Sjjz
Shh Sjjz
Open In TikTok:
Region: US
Friday 11 July 2025 01:31:32 GMT
56475
6970
723
1681

Music

Download

Comments

user3600287958009
Елена Красикова :
Аминь Аминь Аминь
2025-09-22 05:08:01
1
biblescroll
Bible Scroll :
@Bible Scroll:amén Jesus
2025-09-07 22:43:26
1
gherghinita.ursac
Gherghinita Ursache :
MILTUMESC❤️❤️❤️
2025-07-11 21:16:53
5
struppi47
Rosa Gondorf :
Amen 🙏 und danke
2025-08-01 07:26:31
13
user3637437785185
Eric :
merci toujours
2025-09-02 00:17:24
1
jullyacarvalho
jullyacarvalho :
I Love you
2025-09-05 01:05:09
1
jewell.hodge8
Jewell Hodge :
Amen
2025-09-05 10:18:37
1
gifted.gift43
Gifted Gift :
amen thank you Lord
2025-09-04 03:36:28
1
manmin154
manmin15@ :
gracias amado jesus 🙏🙏👍
2025-09-06 18:22:15
1
hononganahili
hononganahili :
je reçois la fleur
2025-09-03 00:15:35
1
margaretekong863
Margaret ekong :
thank you Jesus
2025-09-02 21:46:01
2
paula.ato4
lupita :
Me encanta!!
2025-09-06 14:48:24
1
itslillyann1
itslillyann1 :
Thank you so much Jesus
2025-07-11 03:55:40
17
cathy_btl
salut❤️😘 :
amem Jésus Christ
2025-07-11 07:59:37
9
tais.costa136
Tais Costa :
amém
2025-09-04 12:58:47
1
sawrino1
любимая Леночка :
Аминь аминь аминь
2025-09-04 10:17:37
1
user8108036199763
aigle solitaire :
amen amen amen
2025-09-04 15:05:09
1
user7949040491333
user7949040491333 :
merci seigneur
2025-09-01 21:33:23
1
leli_martis
Leli_martis :
thank you🥰🥰😁
2025-07-25 00:28:56
9
eshaan.nyoutube
ESHAAN N/YOUTUBE :
Thank you Jesus I love you too amen
2025-09-07 06:03:00
1
user3600287958009
Елена Красикова :
Благодарю за букет красивых роз !!! Аминь Аминь Аминь
2025-09-22 05:09:13
1
user4743725025349
Лариса Яценко :
ДЯКУЮ СОЛНИШКО АМІНЬ❤❤❤
2025-09-02 09:36:41
1
peter2979535
Peter95 :
Слава Богу нашому живому навіки
2025-09-01 10:19:14
1
mishatovt242
mishatovt :
Amin
2025-09-03 12:52:40
1
eliene.santos580
Eliene Santos :
amém
2025-09-04 12:05:09
1
To see more videos from user @shh.sjjz, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Gunung Salak selalu berdiri angkuh di selatan Bogor. Kabarnya, sejak zaman kolonial, gunung ini sudah dianggap “angker” oleh penduduk sekitar. Konon, di dalam hutan lebatnya ada lorong tak kasat mata yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia gaib. Tak terhitung banyaknya kecelakaan di udara yang terjadi di atas gunung itu, mulai dari pesawat militer, pesawat sipil, bahkan pesawat canggih milik negara asing. Sebagian jatuh dengan sebab yang tak pernah bisa dijelaskan. Andra, seorang fotografer alam bebas, datang ke kaki Gunung Salak untuk memotret hutan tropisnya. Ia tak sendirian awalnya, tiga temannya ikut. Tapi pagi itu, langit mendadak gelap dan hujan deras turun. Teman-temannya membatalkan rencana, tapi Andra bersikeras. “Kalau cuma hujan begini mah, biasa,” katanya sambil menyiapkan ransel. Di pos penjagaan, seorang pria tua kurus dengan tatapan tajam menahannya. “Nak… ini musim kabut. Kalau kabut turun, jangan menoleh ke belakang. Jangan menjawab panggilan apa pun yang kau dengar.” Andra hanya mengangguk sambil tersenyum, menganggapnya mitos konyol untuk menakuti pendaki baru. Hutan Gunung Salak tidak seperti hutan lain yang pernah Andra masuki. Begitu ia melangkah jauh dari jalur, suara alam perlahan lenyap. Tak ada serangga, tak ada kicau burung, hanya hening yang menekan. Beberapa kali ia merasa ada sesuatu yang bergerak di balik pohon, tapi ketika menoleh, hanya kabut tipis yang melayang di udara. Sekitar pukul tiga sore, kabut tebal tiba-tiba datang, begitu pekat hingga jarak pandang hanya dua meter. Bersamaan dengan itu, ia mendengar suara jeritan, samar, jauh, tapi jelas. Seperti puluhan orang berteriak bersamaan, memanggil-manggil minta tolong. Andra tertegun ketika di atas kepalanya terdengar suara gemuruh mesin. Ia menengadah… dan melihat siluet pesawat penumpang besar terbang rendah, sayapnya hampir menyentuh pucuk pohon. Tidak ada suara ledakan atau jatuh, pesawat itu hanya melayang perlahan, lalu menghilang di tengah kabut. Dari arah datangnya suara jeritan, sosok-sosok mulai muncul. Mereka mengenakan seragam pilot, pramugari, bahkan penumpang sipil. Tubuh mereka compang-camping, sebagian tanpa tangan, sebagian lagi wajahnya hancur seperti terbakar. Mata mereka kosong, tapi tetap menatapnya. “Kembalikan kami… ke rumah…” Suara itu tidak keluar dari mulut mereka, tapi langsung masuk ke kepala Andra, membuatnya nyaris muntah. Andra berlari membabi buta, mencoba keluar dari kabut. Namun langkahnya seolah berputar di tempat. Tiba-tiba ia sampai di sebuah lapangan luas di tengah hutan, sebuah kawah raksasa.  Di sana, puluhan bangkai pesawat berserakan, dari yang sudah berkarat hingga yang masih utuh dengan bau bahan bakar menusuk. Beberapa bahkan mengeluarkan asap tipis, seperti baru saja jatuh. Di antara puing itu, seorang wanita berseragam pramugari berjalan ke arahnya. Wajahnya cantik, utuh, tapi kulitnya pucat seperti lilin. Ia mengulurkan tangan. “Kau tersesat di sini… sama seperti kami.” Ketika Andra mundur, puluhan tangan busuk keluar dari puing-puing pesawat, mencoba meraih kakinya. Jeritan mereka semakin keras, bercampur suara mesin pesawat yang meraung-raung. Andra menutup mata dan berteriak sekuat tenaga. Saat membuka mata, ia sudah berada di jalur pendakian, tepat di dekat pos jaga. Pria tua berjanggut putih tadi berdiri di depannya, menatapnya lama. “Kau beruntung… mereka belum menarikmu sepenuhnya.” Andra menoleh ke belakang, kabut sudah hilang, tapi di kejauhan ia melihat bayangan pesawat besar melayang di antara pepohonan, perlahan memudar. Sejak hari itu, Andra tak pernah lagi berani mendaki. Tapi kadang, di malam yang sunyi, ia mendengar suara mesin pesawat dari jauh, diikuti jeritan minta tolong… seakan Gunung Salak masih mengawasinya. #storytime #cerita #creepy
Gunung Salak selalu berdiri angkuh di selatan Bogor. Kabarnya, sejak zaman kolonial, gunung ini sudah dianggap “angker” oleh penduduk sekitar. Konon, di dalam hutan lebatnya ada lorong tak kasat mata yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia gaib. Tak terhitung banyaknya kecelakaan di udara yang terjadi di atas gunung itu, mulai dari pesawat militer, pesawat sipil, bahkan pesawat canggih milik negara asing. Sebagian jatuh dengan sebab yang tak pernah bisa dijelaskan. Andra, seorang fotografer alam bebas, datang ke kaki Gunung Salak untuk memotret hutan tropisnya. Ia tak sendirian awalnya, tiga temannya ikut. Tapi pagi itu, langit mendadak gelap dan hujan deras turun. Teman-temannya membatalkan rencana, tapi Andra bersikeras. “Kalau cuma hujan begini mah, biasa,” katanya sambil menyiapkan ransel. Di pos penjagaan, seorang pria tua kurus dengan tatapan tajam menahannya. “Nak… ini musim kabut. Kalau kabut turun, jangan menoleh ke belakang. Jangan menjawab panggilan apa pun yang kau dengar.” Andra hanya mengangguk sambil tersenyum, menganggapnya mitos konyol untuk menakuti pendaki baru. Hutan Gunung Salak tidak seperti hutan lain yang pernah Andra masuki. Begitu ia melangkah jauh dari jalur, suara alam perlahan lenyap. Tak ada serangga, tak ada kicau burung, hanya hening yang menekan. Beberapa kali ia merasa ada sesuatu yang bergerak di balik pohon, tapi ketika menoleh, hanya kabut tipis yang melayang di udara. Sekitar pukul tiga sore, kabut tebal tiba-tiba datang, begitu pekat hingga jarak pandang hanya dua meter. Bersamaan dengan itu, ia mendengar suara jeritan, samar, jauh, tapi jelas. Seperti puluhan orang berteriak bersamaan, memanggil-manggil minta tolong. Andra tertegun ketika di atas kepalanya terdengar suara gemuruh mesin. Ia menengadah… dan melihat siluet pesawat penumpang besar terbang rendah, sayapnya hampir menyentuh pucuk pohon. Tidak ada suara ledakan atau jatuh, pesawat itu hanya melayang perlahan, lalu menghilang di tengah kabut. Dari arah datangnya suara jeritan, sosok-sosok mulai muncul. Mereka mengenakan seragam pilot, pramugari, bahkan penumpang sipil. Tubuh mereka compang-camping, sebagian tanpa tangan, sebagian lagi wajahnya hancur seperti terbakar. Mata mereka kosong, tapi tetap menatapnya. “Kembalikan kami… ke rumah…” Suara itu tidak keluar dari mulut mereka, tapi langsung masuk ke kepala Andra, membuatnya nyaris muntah. Andra berlari membabi buta, mencoba keluar dari kabut. Namun langkahnya seolah berputar di tempat. Tiba-tiba ia sampai di sebuah lapangan luas di tengah hutan, sebuah kawah raksasa. Di sana, puluhan bangkai pesawat berserakan, dari yang sudah berkarat hingga yang masih utuh dengan bau bahan bakar menusuk. Beberapa bahkan mengeluarkan asap tipis, seperti baru saja jatuh. Di antara puing itu, seorang wanita berseragam pramugari berjalan ke arahnya. Wajahnya cantik, utuh, tapi kulitnya pucat seperti lilin. Ia mengulurkan tangan. “Kau tersesat di sini… sama seperti kami.” Ketika Andra mundur, puluhan tangan busuk keluar dari puing-puing pesawat, mencoba meraih kakinya. Jeritan mereka semakin keras, bercampur suara mesin pesawat yang meraung-raung. Andra menutup mata dan berteriak sekuat tenaga. Saat membuka mata, ia sudah berada di jalur pendakian, tepat di dekat pos jaga. Pria tua berjanggut putih tadi berdiri di depannya, menatapnya lama. “Kau beruntung… mereka belum menarikmu sepenuhnya.” Andra menoleh ke belakang, kabut sudah hilang, tapi di kejauhan ia melihat bayangan pesawat besar melayang di antara pepohonan, perlahan memudar. Sejak hari itu, Andra tak pernah lagi berani mendaki. Tapi kadang, di malam yang sunyi, ia mendengar suara mesin pesawat dari jauh, diikuti jeritan minta tolong… seakan Gunung Salak masih mengawasinya. #storytime #cerita #creepy

About