@missmmb3: Oops 🙊 my bad………

missmmb3
missmmb3
Open In TikTok:
Region: US
Thursday 31 July 2025 21:24:20 GMT
348
33
9
3

Music

Download

Comments

gilmaabreu5
gilmaabreu5 :
😅😂omg. omg hahahaha hahahaha dudes I swear LOL
2025-09-02 17:15:08
0
briiannaallynn
B.💋 :
😂 Know damn well that’s not what he said 😒
2025-07-31 22:27:45
1
treviam14
Trevia/ Content Creator :
That jump 😭😭
2025-08-06 02:58:08
1
yourmentorestrada
YourMentorEstrada :
🤣😂🤣😂🤣
2025-08-05 18:40:59
1
finding.my.zen
Ashley-finding.my.zen✌🏻 :
😂😂😂
2025-08-06 23:59:30
1
rhythmandspirits24
Rhythm & Spirits :
😂😂😂😂 too funny 😂😂follow Rhythmandspirits24 and we promise to return the follow Queen 😎😎😎
2025-08-09 17:19:49
0
To see more videos from user @missmmb3, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Penjelasan dari kalimat ini adalah: 1. Perasaan itu Anugerah, Bukan Dalih Dalam tasawuf, perasaan adalah tanda bahwa hati masih hidup. Marah, sedih, kecewa, cemburu—semua itu sah adanya, tidak perlu dipungkiri. Tetapi seorang sufi tahu, perasaan hanyalah tamu di dalam hati. Ia datang dan pergi. Maka, perasaan tidak bisa dijadikan dalih untuk melakukan kesalahan. 2. Hati Boleh Bergetar, Laku Harus Tetap Terkendali Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa nafsu sering memanfaatkan perasaan untuk menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan dosa. Misalnya: Marah → memukul. Kecewa → menyakiti balik. Sedih → melampiaskan pada hal yang dilarang. Sufi mengajarkan: kendalikan tangan, lidah, dan langkahmu, meski hatimu sedang panas. Karena perasaan adalah cobaan, sedangkan perbuatan adalah hisab. 3. Memisahkan Rasa dan Aksi Banyak orang gagal membedakan keduanya. Mereka mengira, karena merasa benar, maka tindakannya pun pasti benar. Padahal, tidak semua rasa perlu jadi aksi. Kau boleh merasa marah, tapi jangan memaki. Kau boleh merasa kecewa, tapi jangan dendam. Kau boleh merasa cinta, tapi jangan sampai melanggar batas. Itulah hikmah sufi: memisahkan antara gejolak jiwa dengan laku nyata. 4. Perasaan Menggoda, Syariat Menjaga Dalam Islam, syariat adalah pagar. Perasaan bisa mendorong kita keluar jalur, tetapi syariat menuntun agar tetap lurus. Nabi ﷺ bersabda: “Orang kuat bukanlah yang menang dalam gulat, tetapi yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari & Muslim) Jadi, kekuatan sejati bukan pada membiarkan perasaan menguasai, melainkan ketika mampu menjinakkannya dalam bingkai syariat. 5. Rumus Sufi: Jernihkan Hati, Luruskan Laku Seorang sufi berkata: “Hati boleh mendung, tapi jangan biarkan tanganmu menabur badai.” Artinya, kita boleh merasakan apa pun—itu fitrah. Tapi yang Allah nilai adalah apa yang kita lakukan setelah perasaan itu hadir. Kesimpulan Perasaanmu benar → itu fitrah manusia. Perbuatanmu tetap harus benar → itu tanggung jawabmu di hadapan Allah. Ukurannya bukan sekadar apa yang kau rasa, tapi apa yang kau lakukan setelahnya. #motivation #inspiration #suluksalik
Penjelasan dari kalimat ini adalah: 1. Perasaan itu Anugerah, Bukan Dalih Dalam tasawuf, perasaan adalah tanda bahwa hati masih hidup. Marah, sedih, kecewa, cemburu—semua itu sah adanya, tidak perlu dipungkiri. Tetapi seorang sufi tahu, perasaan hanyalah tamu di dalam hati. Ia datang dan pergi. Maka, perasaan tidak bisa dijadikan dalih untuk melakukan kesalahan. 2. Hati Boleh Bergetar, Laku Harus Tetap Terkendali Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa nafsu sering memanfaatkan perasaan untuk menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan dosa. Misalnya: Marah → memukul. Kecewa → menyakiti balik. Sedih → melampiaskan pada hal yang dilarang. Sufi mengajarkan: kendalikan tangan, lidah, dan langkahmu, meski hatimu sedang panas. Karena perasaan adalah cobaan, sedangkan perbuatan adalah hisab. 3. Memisahkan Rasa dan Aksi Banyak orang gagal membedakan keduanya. Mereka mengira, karena merasa benar, maka tindakannya pun pasti benar. Padahal, tidak semua rasa perlu jadi aksi. Kau boleh merasa marah, tapi jangan memaki. Kau boleh merasa kecewa, tapi jangan dendam. Kau boleh merasa cinta, tapi jangan sampai melanggar batas. Itulah hikmah sufi: memisahkan antara gejolak jiwa dengan laku nyata. 4. Perasaan Menggoda, Syariat Menjaga Dalam Islam, syariat adalah pagar. Perasaan bisa mendorong kita keluar jalur, tetapi syariat menuntun agar tetap lurus. Nabi ﷺ bersabda: “Orang kuat bukanlah yang menang dalam gulat, tetapi yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari & Muslim) Jadi, kekuatan sejati bukan pada membiarkan perasaan menguasai, melainkan ketika mampu menjinakkannya dalam bingkai syariat. 5. Rumus Sufi: Jernihkan Hati, Luruskan Laku Seorang sufi berkata: “Hati boleh mendung, tapi jangan biarkan tanganmu menabur badai.” Artinya, kita boleh merasakan apa pun—itu fitrah. Tapi yang Allah nilai adalah apa yang kita lakukan setelah perasaan itu hadir. Kesimpulan Perasaanmu benar → itu fitrah manusia. Perbuatanmu tetap harus benar → itu tanggung jawabmu di hadapan Allah. Ukurannya bukan sekadar apa yang kau rasa, tapi apa yang kau lakukan setelahnya. #motivation #inspiration #suluksalik

About