Lucas gak tumbuh dengan pilihan. Dia kerja dari kecil. Dia kehilangan masa kecilnya. Dia kurang perhatian dari orang tuanya. Dia hidup jauh dari keluarganya. Makanya sekarang, dia ngerasa gak pantas tiap kali disayang. Dia lupa caranya minta dipeluk. Dia lupa caranya menyayangi dirinya sendiri. Dulu dia ceria. Selalu senyum. Temannya juga banyak. Saat kariernya runtuh, semua orang mulai menjauh. Dia kehilangan senyumnya. Dia kehilangan semangatnya. Dia ingin mengakhiri hidupnya. Tapi kamu datang... Menemani waktu dia terpuruk, waktu dia dicemooh banyak orang, waktu dia ngerasa gak punya siapa-siapa lagi. Kamu yang dengerin dia tanpa menghakimi. Yang kasih dia tempat tinggal. Yang peluk dia waktu dia bilang udah gak kuat. Yang yakinin dia, kalau dia masih pantas untuk hidup. Kamu bantu dia menata ulang karirnya. Sampai akhirnya Lucas berhasil dapat pekerjaan lagi. Kamu dan Lucas juga mulai bisnis kecil-kecilan di e-commerce. Penghasilannya belum seberapa, tapi tiap hari ada aja produk yang laku terjual. Malam-malam kalian jadi rame, sibuk bungkusin paket, nyiapin label pengiriman, sambil sesekali rebutan lakban. Dan setelah itu, hampir tiap malam, Lucas menerima telepon dari mamanya. Selalu minta uang, tanpa nanyain kabar Lucas sama sekali. Kamu mengelus punggungnya pelan, menunggu dia sedikit tenang. "Jangan terlalu dipikirin, ya..." bisikmu lembut. "Kita cari solusinya sama-sama." Lucas gak jawab. Dia cuma nyenderin kepalanya ke bahumu. • • Tiga tahun berlalu sejak kalian mulai merintis semuanya dari nol. Sekarang, bisnis kecil-kecilan itu sudah tumbuh, bahkan melebihi ekspektasi kalian. Lucas pun akhirnya mampu menyewa tempat tinggal sendiri, meski tak pernah benar-benar jauh dari kamu. Hari itu, kalian kembali duduk di danauㅡtempat pertama kali kamu lihat dia melamun dengan tatapan kosong. Kamu menatap danau dengan senyum kecil, lalu menoleh ke samping, ke arah Lucas. “Eh, bentar,” katamu, menyelipkan tangan ke dalam tas. Lalu kamu mengeluarkan selembar kertas tebal dan menyerahkannya ke Lucas. “Dateng, ya.” Lucas menerimanya, ekspresinya langsung berubah. Senyumnya menghilang. Hening menggantung cukup lama. “Lo… mau nikah?” tanyanya pelan. Suaranya nyaris hilang. Matanya mulai memerah. “Selamat, ya…” ucapnya buru-buru, menunduk. “Makasih udah nemenin gue sejauh ini. Gue doain lo bahagia.” “Cas, tunggu duluㅡ” Lucas berdiri, hendak pergi, tapi kamu langsung tarik lengan jaketnya. "Gue... minta maaf." "Tapi lo coba baca lagi." Lucas menoleh, bingung. Matanya cepat-cepat menelusuri isi undangan. "Ada nama gue gak ada di situ?" tanya kamu. Dia menggeleng, lalu tertawa kecil, meski wajahnya menahan malu. Tanpa ngomong apa-apa, dia narik tanganmu, duduk lagi di tepi dermaga kayu. Kalian duduk berdampingan. Dan kamu bisa lihat, Lucas mulai gelisah. “Gue mau propose,” gumamnya pelan. Kamu langsung noleh, kaget setengah mati. “Hah?!” Lucas ngangguk kecil. “Udah gue siapin dari Minggu lalu. Tapi pas tadi lo kasih undangan… ya gue kira, lo bakal nikah sama orang lain.” Dia ngeluarin sebuah kotak kecil dari saku jaketnya. “Tadi gue mikir, apa gue lempar aja ke danau ya,” lanjutnya pelan. Kamu ketawa kecil, reflek nyubit lengannya. "Yah... gagal romantis deh." Dia ikut ketawa. “Jadi... lo bersedia gak... nikah sama gue?” Kamu pura-pura mikir. Keningmu berkerut sambil natap langit. Tapi akhirnya, kamu ngangguk. Lucas senyum lebar. Dengan tangan sedikit gemetar, dia buka kotaknya dan pasang cincin itu di jari manismu. "Berarti kita nyusul Abang lo nikah, ya...” ucapnya, masih senyum. Kamu ketawa pelan, lalu senderin kepala di bahunya. Detik berikutnya, kamu lihat Lucas menunduk. Air matanya jatuh tanpa suara, membasahi kotak cincin yang masih tergenggam di jarinya. “Gue kira… gue gak bakal pernah ada di titik ini,” gumamnya pelan. "Gue kira, lo juga bakal ninggalin gue kayak orang lain." Kamu menggenggam tangannya erat. "Gue gak punya niatan sedikipun buat ninggalin lo," ucapmu. "Bahkan disaat semua orang ngelupain lo... gue bakal tetep milih lo, Cas." #lucas #huangxuxi #pov - @mashidamiee