@hada.beautyhanoi: Meso mắt đánh bay mệt mỏi thâm quầng. Inbox Hada để được tư vấn nha #chamsocda #spa #meso #viral #skincare #hadabeauty #filler

HADA Beauty Hà Đông
HADA Beauty Hà Đông
Open In TikTok:
Region: VN
Sunday 10 August 2025 02:38:59 GMT
755
23
4
7

Music

Download

Comments

duynduyn131198
Duyên Duyên :
Xin giá ạ
2025-08-15 11:20:30
0
To see more videos from user @hada.beautyhanoi, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Fibonacci adalah seorang matematikawan dari Italia yang hidup pada abad ke-12. Nama aslinya adalah Leonardo dari Pisa, tetapi ia lebih dikenal dengan sebutan Fibonacci, singkatan dari filius Bonacci yang artinya “anak keluarga Bonacci”. Sejak kecil ia sudah terbiasa dengan dunia perdagangan karena ayahnya adalah seorang pedagang yang bekerja di Afrika Utara. Melalui perjalanan bersama ayahnya, Fibonacci berkesempatan mengenal berbagai sistem angka yang digunakan bangsa lain, termasuk sistem angka Hindu–Arab, yaitu angka 0 sampai 9 yang berasal dari India dan dikembangkan oleh ilmuwan Arab. Dari sinilah ia sadar bahwa sistem angka ini jauh lebih praktis daripada angka Romawi yang digunakan orang Eropa pada masa itu. Kesadarannya itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah buku yang terbit pada tahun 1202 berjudul Liber Abaci atau Buku Perhitungan. Buku ini berisi banyak hal, mulai dari cara berhitung, konversi mata uang, hingga perhitungan dagang yang penting bagi pedagang Eropa kala itu. Namun, salah satu bagian dalam buku itu yang kemudian terkenal hingga sekarang adalah soal sederhana tentang perkembangbiakan kelinci. Dalam soal tersebut, Fibonacci membayangkan sepasang kelinci yang baru lahir dan ditempatkan di sebuah ladang. Ia menetapkan aturan bahwa setiap pasangan kelinci membutuhkan satu bulan untuk tumbuh dewasa. Setelah dewasa, setiap pasangan kelinci akan melahirkan satu pasangan baru setiap bulannya, dan tidak ada kelinci yang mati. Dengan aturan itu, Fibonacci bertanya: setelah beberapa bulan, berapa banyak pasangan kelinci yang akan ada di ladang? Ketika ia menghitung bulan demi bulan, ia menemukan pola yang menarik. Pada bulan pertama, hanya ada satu pasangan. Bulan kedua, masih satu pasangan. Bulan ketiga, kelinci pertama sudah dewasa dan melahirkan satu pasangan baru, sehingga jumlahnya menjadi dua. Bulan berikutnya, pasangan pertama melahirkan lagi sementara pasangan kedua baru saja dewasa, maka jumlahnya bertambah menjadi tiga. Bulan selanjutnya, jumlahnya menjadi lima, kemudian delapan, lalu tiga belas, dan seterusnya. Ia menyadari bahwa jumlah pasangan pada setiap bulan selalu merupakan hasil penjumlahan dari dua bulan sebelumnya. Dari situlah muncul deret angka yang kini disebut Deret Fibonacci: 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, dan seterusnya. Pola ini ternyata tidak hanya berhenti sebagai permainan angka semata, tetapi kemudian ditemukan di banyak fenomena alam—mulai dari susunan daun pada batang, jumlah kelopak bunga, spiral cangkang kerang, hingga pola galaksi di angkasa. Jadi, penemuan pertama Fibonacci tentang deret angka itu bermula dari sebuah masalah sederhana tentang kelinci, tetapi hasilnya melahirkan salah satu deret paling terkenal dalam sejarah matematika, yang pengaruhnya terus terasa hingga sekarang. #leonardofibonacci #deretfibonacci #matematika
Fibonacci adalah seorang matematikawan dari Italia yang hidup pada abad ke-12. Nama aslinya adalah Leonardo dari Pisa, tetapi ia lebih dikenal dengan sebutan Fibonacci, singkatan dari filius Bonacci yang artinya “anak keluarga Bonacci”. Sejak kecil ia sudah terbiasa dengan dunia perdagangan karena ayahnya adalah seorang pedagang yang bekerja di Afrika Utara. Melalui perjalanan bersama ayahnya, Fibonacci berkesempatan mengenal berbagai sistem angka yang digunakan bangsa lain, termasuk sistem angka Hindu–Arab, yaitu angka 0 sampai 9 yang berasal dari India dan dikembangkan oleh ilmuwan Arab. Dari sinilah ia sadar bahwa sistem angka ini jauh lebih praktis daripada angka Romawi yang digunakan orang Eropa pada masa itu. Kesadarannya itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah buku yang terbit pada tahun 1202 berjudul Liber Abaci atau Buku Perhitungan. Buku ini berisi banyak hal, mulai dari cara berhitung, konversi mata uang, hingga perhitungan dagang yang penting bagi pedagang Eropa kala itu. Namun, salah satu bagian dalam buku itu yang kemudian terkenal hingga sekarang adalah soal sederhana tentang perkembangbiakan kelinci. Dalam soal tersebut, Fibonacci membayangkan sepasang kelinci yang baru lahir dan ditempatkan di sebuah ladang. Ia menetapkan aturan bahwa setiap pasangan kelinci membutuhkan satu bulan untuk tumbuh dewasa. Setelah dewasa, setiap pasangan kelinci akan melahirkan satu pasangan baru setiap bulannya, dan tidak ada kelinci yang mati. Dengan aturan itu, Fibonacci bertanya: setelah beberapa bulan, berapa banyak pasangan kelinci yang akan ada di ladang? Ketika ia menghitung bulan demi bulan, ia menemukan pola yang menarik. Pada bulan pertama, hanya ada satu pasangan. Bulan kedua, masih satu pasangan. Bulan ketiga, kelinci pertama sudah dewasa dan melahirkan satu pasangan baru, sehingga jumlahnya menjadi dua. Bulan berikutnya, pasangan pertama melahirkan lagi sementara pasangan kedua baru saja dewasa, maka jumlahnya bertambah menjadi tiga. Bulan selanjutnya, jumlahnya menjadi lima, kemudian delapan, lalu tiga belas, dan seterusnya. Ia menyadari bahwa jumlah pasangan pada setiap bulan selalu merupakan hasil penjumlahan dari dua bulan sebelumnya. Dari situlah muncul deret angka yang kini disebut Deret Fibonacci: 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, dan seterusnya. Pola ini ternyata tidak hanya berhenti sebagai permainan angka semata, tetapi kemudian ditemukan di banyak fenomena alam—mulai dari susunan daun pada batang, jumlah kelopak bunga, spiral cangkang kerang, hingga pola galaksi di angkasa. Jadi, penemuan pertama Fibonacci tentang deret angka itu bermula dari sebuah masalah sederhana tentang kelinci, tetapi hasilnya melahirkan salah satu deret paling terkenal dalam sejarah matematika, yang pengaruhnya terus terasa hingga sekarang. #leonardofibonacci #deretfibonacci #matematika

About