@filmshop99: 🥹 #สครับผิวขาว #สครับผิว #สครับlita #สครับมะนาวaha #สครับสูตรมะนาวaha

ฟิล์ม รีวิว.
ฟิล์ม รีวิว.
Open In TikTok:
Region: TH
Sunday 10 August 2025 05:54:43 GMT
881
7
0
0

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @filmshop99, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Vortex Matematika vs Vortex Indicator—Jangan Tertukar! Banyak yang mengira “vortex” di trading itu sama. Padahal beda jauh. Vortex Matematika (Marko Rodin) adalah pola angka dan visual torus yang kontroversial—belum terbukti untuk membaca pasar. Sementara Vortex Indicator (2010) dari Botes & Siepman adalah alat teknikal berbasis rumus: menghitung true range dan arah pergerakan (VI+ & VI−). Sinyalnya sederhana: saat VI+ cross up VI− → potensi tren naik; kebalikannya → tren turun. Tetap butuh konfirmasi (ADX/MA) biar nggak ke-whipsaw. Intinya, pakai yang punya data & formula jelas—bukan sekadar pola yang terlihat keren. ---------- Apa itu “vortex matematika” (Vortex-Based Mathematics)? Penggagas: Marko Rodin (sekitar akhir 1980-an–1990-an). Ia mempopulerkan pola angka berulang berbasis penjumlahan digital (digital root, mod 9) dan visual “torus/spiral” (sering dikaitkan dengan koil Rodin). Inti polanya: rangkaian 1-2-4-8-7-5 yang berulang dari proses pelipatan/penduaan; angka 3-6-9 diposisikan “khusus”.  Status ilmiah: Ide ini tidak diakui sebagai matematika/fisika arus utama; kritik menyebutnya seleksi pola yang tampak “keren” tapi tidak memenuhi standar pembuktian ilmiah/peer-review.  Apakah “vortex matematika” bisa dipakai untuk trading? Tidak ada bukti yang kredibel bahwa pola angka ala Rodin mampu memprediksi harga atau memberi edge statistik di pasar. Jadi sebagai metode trading, tidak direkomendasikan. Kalau pun dipakai, sifatnya lebih mirip gimmick/filosofi pribadi, bukan alat pengambilan keputusan berbasis data. (Kesimpulan ini sejalan dengan kritik ilmiah terhadap VBM).  ---------- ■ Vortex Indicator (VI) untuk Trading (berbeda dari VBM) Pencipta: Etienne Botes & Douglas Siepman; dipublikasikan di majalah Technical Analysis of Stocks & Commodities edisi Januari 2010. Tujuannya: mendeteksi awal/kelanjutan tren.  Inti rumus (ringkas): TR (True Range ala Wilder). +VM = |High(t) − Low(t−1)| dan −VM = |Low(t) − High(t−1)|. VI+ = Σ(+VM) / Σ(TR) dan VI− = Σ(−VM) / Σ(TR), biasanya periode n=14. Dua garis VI+ dan VI− diplot sebagai osilator.  ● Cara baca umum: Sinyal bullish saat VI+ menembus ke atas VI− → indikasi tren naik; Sinyal bearish saat VI− menembus ke atas VI+ → indikasi tren turun. Sering dikombinasikan dengan ADX/MA untuk kurangi whipsaw pada pasar range-bound.  ● Catatan praktik: Lebih efektif di market trending; di pasar menyamping dapat sering palsu → tambah filter (mis. ADX>20/25, konfirmasi struktur harga). ---------- ■ Ringkasan kilat ■ Vortex matematika (Marko Rodin): pola angka/visual torus yang kontroversial dan tidak terbukti untuk trading.  ■ Vortex Indicator (Botes & Siepman, 2010): indikator teknikal sah dengan formula jelas; dipakai untuk deteksi tren via persilangan VI+/VI−.  #VortexIndicator #TechnicalAnalysis #PriceAction #ADX #TrendFollowing
Vortex Matematika vs Vortex Indicator—Jangan Tertukar! Banyak yang mengira “vortex” di trading itu sama. Padahal beda jauh. Vortex Matematika (Marko Rodin) adalah pola angka dan visual torus yang kontroversial—belum terbukti untuk membaca pasar. Sementara Vortex Indicator (2010) dari Botes & Siepman adalah alat teknikal berbasis rumus: menghitung true range dan arah pergerakan (VI+ & VI−). Sinyalnya sederhana: saat VI+ cross up VI− → potensi tren naik; kebalikannya → tren turun. Tetap butuh konfirmasi (ADX/MA) biar nggak ke-whipsaw. Intinya, pakai yang punya data & formula jelas—bukan sekadar pola yang terlihat keren. ---------- Apa itu “vortex matematika” (Vortex-Based Mathematics)? Penggagas: Marko Rodin (sekitar akhir 1980-an–1990-an). Ia mempopulerkan pola angka berulang berbasis penjumlahan digital (digital root, mod 9) dan visual “torus/spiral” (sering dikaitkan dengan koil Rodin). Inti polanya: rangkaian 1-2-4-8-7-5 yang berulang dari proses pelipatan/penduaan; angka 3-6-9 diposisikan “khusus”. Status ilmiah: Ide ini tidak diakui sebagai matematika/fisika arus utama; kritik menyebutnya seleksi pola yang tampak “keren” tapi tidak memenuhi standar pembuktian ilmiah/peer-review. Apakah “vortex matematika” bisa dipakai untuk trading? Tidak ada bukti yang kredibel bahwa pola angka ala Rodin mampu memprediksi harga atau memberi edge statistik di pasar. Jadi sebagai metode trading, tidak direkomendasikan. Kalau pun dipakai, sifatnya lebih mirip gimmick/filosofi pribadi, bukan alat pengambilan keputusan berbasis data. (Kesimpulan ini sejalan dengan kritik ilmiah terhadap VBM). ---------- ■ Vortex Indicator (VI) untuk Trading (berbeda dari VBM) Pencipta: Etienne Botes & Douglas Siepman; dipublikasikan di majalah Technical Analysis of Stocks & Commodities edisi Januari 2010. Tujuannya: mendeteksi awal/kelanjutan tren. Inti rumus (ringkas): TR (True Range ala Wilder). +VM = |High(t) − Low(t−1)| dan −VM = |Low(t) − High(t−1)|. VI+ = Σ(+VM) / Σ(TR) dan VI− = Σ(−VM) / Σ(TR), biasanya periode n=14. Dua garis VI+ dan VI− diplot sebagai osilator. ● Cara baca umum: Sinyal bullish saat VI+ menembus ke atas VI− → indikasi tren naik; Sinyal bearish saat VI− menembus ke atas VI+ → indikasi tren turun. Sering dikombinasikan dengan ADX/MA untuk kurangi whipsaw pada pasar range-bound. ● Catatan praktik: Lebih efektif di market trending; di pasar menyamping dapat sering palsu → tambah filter (mis. ADX>20/25, konfirmasi struktur harga). ---------- ■ Ringkasan kilat ■ Vortex matematika (Marko Rodin): pola angka/visual torus yang kontroversial dan tidak terbukti untuk trading. ■ Vortex Indicator (Botes & Siepman, 2010): indikator teknikal sah dengan formula jelas; dipakai untuk deteksi tren via persilangan VI+/VI−. #VortexIndicator #TechnicalAnalysis #PriceAction #ADX #TrendFollowing

About