POV || Semua orang di sekolah tahu satu hal: kalau ikut ekskul Taekwondo di bawah bimbingan Jungwon, siap-siap mental dan fisik hancur berantakan. Dia ganteng––terlalu ganteng untuk ukuran guru muda. Tinggi, bahunya bidang, sabuk hitam yang melingkar di pinggangnya seakan memamerkan tahun-tahun prestasi yang dia raih kecil kecil dan tak terhitung. Dia berkarisma––sekali masuk ruangan, semua murid langsung diam. Dia loyal––kalau sudah janji, dia akan menepatinya mati-matian. Dia cuek––jarang mau basa-basi, jarang tersenyum, sekalinya senyum bakal bikin orang-orang tumbang. Tapi Jungwon juga…kasar. Galak. Seringnya seperti tak mengenal kata kasihan. Dia bukan tipe yang memuji kalau kamu berhasil. Dia akan bilang, “Bagus, tapi masih kurang. Ayo ulangi" Bukan tipe yang bertanya, “Capek ya?” tapi malah “Ayo, lo kira ini les yoga?” Dan kamu entah kenapa tetap bertahan. Hari itu latihan terasa seperti mimpi buruk. Tendangan demi tendangan, push-up demi push-up. Kakimu mulai berat, paha dan betis berdenyut. Sampai akhirnya, kakimu terkilir. "Kak..aku istirahat bentar ya?" Pintamu kepada Jungwon. “Baru segitu udah minta istirahat?” Kamu menunduk, menahan rasa perih di kaki dan di hati. “Aku cuma capek, Kak.” “Capek? Lo kira lawan lo nanti nungguin lo istirahat? Nggak ada yang peduli lo capek atau nggak.” Kamu cuma diam. Kalau kamu jawab, pasti air matamu jatuh. Sampai temanmu yang dari tadi latihan di sebelah, menghampiri Jungwon. “Kak, lo tahu nggak sih kenapa y/n ikut taekwondo? y/n itu pengen belajar bela diri…karena dia ga bisa jaga diri. Dia capek bukan karena manja, tapi karena dari dulu badannya gampang drop. Y/n juga anaknya rapuh... Jadi plis kak, tolong ngertiin dia" Mata Jungwon berubah sedikit seperti ada subtitle yang nggak bisa dijelasin. Dia menghela napas panjang tapi masih dengan wajah cueknya. ——— Sejak hari itu, dia memang masih galak di latihan. Tapi kamu mulai merasakan hal-hal kecil yang berbeda. Di tengah break, botol minum mu selalu penuh. Kadang ada snack di bangku mu. Kalau kamu salah gerakan, dia akan mendekat, menahan kakimu dan membenarkan posisi dengan suara lebih pelan. “Awas, lo kalau injek lantai terlalu keras. Lutut lo bisa jebol" Dan saat liburan, kamu yang biasanya malas gerak, justru selalu menunggu chat darinya: 📱 "Gue lagi free sore ini. Latihan di rumah lo mau nggak?" 📱 “Mau, Kak.” Latihan di rumah terasa berbeda. Dia nggak segalak disekolah. Kadang sambil melatih, dia cerita tentang masa kecilnya yang dihabiskan di kompetisi. Tentang jatuh-bangun demi sabuk hitam. Tentang rasa sakit yang nggak semua orang mau jalani. ——— Lalu datang hari itu. Latihan terakhir semester ini. Anak-anak sudah pulang, matras sudah rapi, tapi kamu masih di sana. Dia juga. Masih berseragam. Kamu duduk, mengikat ulang tali sabuk putihmu. Dia duduk disebelah mu dengan diberi jarak satu meter. “Lo tahu nggak, kenapa gue awalnya galak banget sama lo?” tanyanya tiba-tiba. Kamu menatapnya. “Karena aku lemah?” Dia menghela napas. “Karena gue takut lo berhenti di tengah jalan. Gue udah liat banyak orang nyerah sebelum mereka bener-bener bisa. Dan gue nggak mau lo jadi salah satunya.” Kamu senyum tipis. “Kakak pikir aku bakal nyerah?” “Gue pikir iya. Tapi ternyata lo nggak. Lo bertahan, bahkan waktu gue bikin lo kesel level maksimal.” Dia menunduk sebentar, lalu tatapannya menancap di matamu. “Dan selama itu…gue jatuh hati sama lo.” . lanjut dikomen.. #povjungwon #yangjungwon #xybca #fyp #jrangine - @jrangine___