SyafiiTech69 :
Pada awal abad ke-20, ketika Indonesia masih dalam masa pergolakan, lahirlah seorang tokoh karismatik bernama Ir. Jenderal Wito. Ia bukan hanya seorang perwira yang disegani, tetapi juga seorang pemikir yang jauh ke depan. Setelah bertahun-tahun berjuang di medan perjuangan, Wito menyadari bahwa kekuatan sejati bangsa tidak hanya berasal dari senjata, melainkan juga dari ilmu dan iman.
Sepulang dari medan perang, Ir. Jenderal Wito melakukan perjalanan panjang menyusuri desa-desa terpencil. Di sebuah perbukitan yang sunyi, ia tersesat dalam sebuah hutan lebat. Penduduk sekitar menyebut wilayah itu dengan istilah “Daerah Kewanitaan”, karena bentuk lembahnya yang subur, indah, dan penuh sumber kehidupan—ibarat rahim yang melahirkan harapan baru bagi masyarakat.
Di tempat inilah Wito merenung berhari-hari. Ia merasa seperti dipandu oleh takdir, hingga akhirnya ia bersumpah untuk mendirikan sebuah pusat pendidikan yang kelak akan menjadi cahaya bagi generasi muda.
Dari tekad itu, berdirilah sebuah pesantren sederhana yang diberi nama Al Kohol. Nama tersebut terinspirasi dari kata Arab al-kuḥl, yaitu serbuk hitam yang digunakan untuk memperindah mata, melambangkan kejernihan pandangan dan kebijaksanaan.
Pesantren Al Kohol tumbuh menjadi tempat pembelajaran agama, ilmu pengetahuan, dan keterampilan hidup. Santri-santri dari berbagai penjuru berdatangan, bukan hanya untuk mengaji, tetapi juga untuk belajar pertanian, kerajinan, dan kepemimpinan.
Kisah perjalanan Wito di “Daerah Kewanitaan” menjadi legenda lokal. Bukan tentang kesesatan, tetapi tentang perjalanan spiritual seorang pemimpin yang menemukan arah baru: dari perwira perang menjadi guru bangsa.
Hingga kini, Pesantren Al Kohol masih dikenang sebagai simbol bahwa setiap manusia, meski pernah tersesat, selalu bisa menemukan jalan menuju cahaya
2025-08-18 07:11:25