@aliencarvings: What you’re looking at isn’t just a piece of art. This Buga-sphere–like object, uncovered in Mexico, has baffled researchers for its strange metallurgy and near impossible engineering. 🟢 Key Mystery: • Made of a custom chromium–manganese rich stainless steel alloy that doesn’t match any standard industrial formula. • Despite its large size, it weighs shockingly little due to its hollow yet strong walls. • Engineers admit the carving and thin wall structure would be nearly impossible to reproduce today without advanced machining. ⚡️ Why It’s Strange: Normally, stainless steel of this composition would require nickel for stability but here, nickel is absent. This shouldn’t exist in any known modern alloy recipes. Yet, it’s here… 🔍 Theories swirl: • Ancient lost metallurgical knowledge? • A relic of advanced civilizations predating ours? • Or something not of this world? Would modern labs even be able to replicate this sphere at scale without costing a fortune? Some metallurgists say no. 👁 Symbols & Engravings: Circuit-like etchings, cosmic patterns, and sacred geometry hint at a message encoded into the sphere. Was this an artifact of communication… or technology? ⚖️ This is more than a relic it’s a challenge to our entire understanding of metallurgy and history. #AncientMystery #BugaSphere #ForbiddenArchaeology #LostCivilization #AlienCarvings

Aliencarvings
Aliencarvings
Open In TikTok:
Region: US
Wednesday 20 August 2025 22:06:24 GMT
4792
304
51
40

Music

Download

Comments

bstreetzoo
Erik Bradstreet660 :
What I don’t get is the non uniformity of the glyphs….. non round circles, non centered objects in relation to others, likes that look like a small hand held grinder was used based on their roughness, I am sooooo torn on this one
2025-08-21 18:41:19
3
choloalvarez682
choloalvarez682 :
Las grabacines no son perfectas, se nota que estan hechas manualmente y supongo que si la esfera es algo extraterrestre tendran una tecnologia superior y las grabaciones serian perfectas y no las veo asi. No creo en esta esfera, me huele a truco.
2025-08-21 11:38:04
0
lightwithkristi
LightwithKristi | TTS finds :
Pretty
2025-08-23 03:11:23
0
jaaxjaax
GigiBelea :
Carlings done with heat ? 😳
2025-08-21 12:22:59
0
guanatos335
Guanatos :
if it has a chip, why not hook it to a chip reader and see is you can download the info?
2025-08-20 22:48:38
0
chrismarkpotter
chrismarkpotter :
in the Book of Mormon God gave Nephi what's called the Liahona it was a compass this is like 558 BC. But this compass would write words. We have no idea what ancient tech our ancestors had.
2025-08-21 22:40:16
1
gc_vanakin
Metagalactic Traveler :
To put the kind of effort into making a metal sphere, and then the hieroglyphs so shoddy looking is crazy
2025-08-24 03:58:11
0
antonio.samano48
Loganstride :
All Mexican we still here
2025-08-21 18:12:42
1
916
916 :
travel device? or looking for it's people or it's port to land
2025-08-22 03:58:02
0
gary1mckenzie
groovyGary :
Alloys of the constituant elements form together differently when designed to create a material off planet
2025-08-21 14:19:21
1
jdene9999
Cesse_86 :
thank you for sharing🙏🙏🙏
2025-08-20 22:34:45
2
keep1st0
КЭП :
там часовой механизм 23.08.2025
2025-08-21 10:16:53
0
66darren
High! Priest! 666! :
DON'T DRILL into IT!
2025-08-21 05:06:23
0
user7525069078757
FELIX :
яйцо Фаберже?
2025-08-21 10:32:26
0
.zalisco
Zalisco :
The ufo I saw years ago. Was a bright white triangle thin outline with an even brighter white circle in the center.like the symbol on here
2025-08-21 10:48:03
0
dreamcaster27
DreamCaster13 :
beautiful ❤️❤️❤️
2025-08-21 04:34:58
0
thecommentking185
LexxAVelli456 :
Colombia…
2025-08-21 02:12:32
0
ziad.khaled352
Ziad Khaled. :
Good luck to everyone
2025-08-20 22:13:16
0
yellowjacketshit
Y,J :
its 3d printed😂😂
2025-08-21 01:15:23
1
edgaresparzagutie
Edgar Esparza Gutierrez :
🤣🤣🤣
2025-08-23 20:49:28
0
black_crows2
Grim/Reaper :
👍
2025-08-23 04:08:47
0
scoobybeef67
Scoobybeef67 :
🤣🤣🤣
2025-08-22 18:56:55
0
king_hendo_
👑Hendo👑 :
😂
2025-08-21 04:49:12
0
liyah78luv
aaliyahhaughton12 :
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2025-08-21 02:11:06
0
ultimateheckler69
Catch me outside :
That looks like a booger Spear
2025-08-22 01:14:58
0
To see more videos from user @aliencarvings, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Ada orang-orang yang hidupnya tidak pernah kita jumpai langsung, tetapi saat mereka pergi, rasanya seperti kita kehilangan tetangga sebelah rumah. Frank Caprio, hakim yang wajahnya sering muncul di layar dengan senyum sabar dan suara penuh belas kasih, adalah salah satunya. Dunia mungkin mengenalnya sebagai “hakim paling baik di dunia,” tetapi bagi banyak orang, ia lebih dari sekadar hakim. Ia adalah pengingat keras bahwa hukum tanpa hati hanyalah bunyi palu di atas kayu, dingin dan kosong. Frank Caprio lahir dan dibesarkan di Rhode Island, dalam keluarga imigran sederhana. Dari ayahnya, seorang penjual susu yang hanya menamatkan sekolah dasar, ia belajar pelajaran yang tidak pernah ia lepaskan: manusia tidak selalu jahat, kadang mereka hanya lapar, terjepit, atau sedang putus asa. Nilai itu menjadi benih dari seluruh kariernya di ruang sidang. Dan ketika dunia melihat rekaman-rekaman sidangnya yang viral, jutaan orang di berbagai negara tiba-tiba merasa ada harapan: ternyata masih ada keadilan yang mengerti air mata. Yang membuat Frank berbeda bukanlah keputusan-keputusannya yang kontroversial, melainkan keberanian untuk memanusiakan orang. Ia bisa saja menghukum seorang ibu yang tidak mampu membayar tiket parkir, tetapi ia memilih mendengarkan. Ia bisa saja menertawakan seorang ayah tua berusia 96 tahun yang “ngebut,” tetapi ia memilih untuk memahami bahwa sang ayah hanya ingin memastikan anaknya yang sakit mendapat perawatan tepat waktu. Dalam momen seperti itu, kita melihat sesuatu yang jarang muncul di layar pengadilan: keadilan yang berubah menjadi empati. Orang mungkin berkata, “Ia hanya seorang hakim kota kecil dengan acara televisi.” Tetapi justru di situlah letak kekuatannya. Ia tidak butuh gedung tinggi atau kursi Mahkamah Agung untuk menunjukkan bagaimana hukum seharusnya bekerja. Ia melakukannya di ruangan sederhana, dengan kamera seadanya, dan dengan humor lembut yang membuat orang merasa duduk bersama seorang kakek bijak, bukan di hadapan penguasa dingin. Ia membuktikan bahwa kebaikan kecil bisa memantul jauh lebih keras daripada hukuman besar. Ketika kanker menyerangnya, ia tidak menutup diri. Ia tampil di video, memohon doa dengan suara bergetar. “Doakan saya dengan cara Anda sendiri,” katanya. Itu bukan kalimat dari seorang hakim terkenal, tapi dari seorang manusia rapuh yang tahu waktunya semakin sedikit. Dan entah bagaimana, justru di saat lemah itu, ia kembali mengajar: bahwa kerendahan hati adalah kekuatan terakhir yang bisa menyatukan kita. Kini, setelah ia pergi pada 20 Agustus 2025, dunia sepi dari satu suara pengingat yang sederhana tapi penting: jangan lupakan hati ketika menegakkan aturan. Rhode Island menundukkan kepala, bendera diturunkan setengah tiang, dan jutaan orang di seluruh dunia merasa kehilangan. Tetapi barangkali warisan sejati Frank Caprio bukan terletak pada penghormatan resmi atau tayangan viral. Warisannya ada pada mereka yang suatu hari nanti, saat berhadapan dengan orang lain, memilih untuk sedikit lebih sabar, sedikit lebih pengertian, sedikit lebih murah hati—karena mereka pernah melihat seorang hakim tua yang melakukannya tanpa ragu. Ada rasa hampa ketika membayangkan ruang sidang itu kini kosong. Kursi tempat ia duduk tak lagi dihuni suara yang hangat. Tapi jika kita dengarkan baik-baik, gema palu sidang itu tidak pernah hilang. Ia mengetuk bukan hanya meja, tapi hati jutaan orang. Dan suara itu akan terus mengingatkan: hukum bisa keras, tetapi manusia dipanggil untuk lembut. Selamat jalan, Frank Caprio. Terima kasih sudah menunjukkan bahwa menjadi adil tidak berarti kehilangan belas kasih. Terima kasih sudah membuat dunia ini, yang penuh ketidakadilan, sedikit lebih layak dihuni.
Ada orang-orang yang hidupnya tidak pernah kita jumpai langsung, tetapi saat mereka pergi, rasanya seperti kita kehilangan tetangga sebelah rumah. Frank Caprio, hakim yang wajahnya sering muncul di layar dengan senyum sabar dan suara penuh belas kasih, adalah salah satunya. Dunia mungkin mengenalnya sebagai “hakim paling baik di dunia,” tetapi bagi banyak orang, ia lebih dari sekadar hakim. Ia adalah pengingat keras bahwa hukum tanpa hati hanyalah bunyi palu di atas kayu, dingin dan kosong. Frank Caprio lahir dan dibesarkan di Rhode Island, dalam keluarga imigran sederhana. Dari ayahnya, seorang penjual susu yang hanya menamatkan sekolah dasar, ia belajar pelajaran yang tidak pernah ia lepaskan: manusia tidak selalu jahat, kadang mereka hanya lapar, terjepit, atau sedang putus asa. Nilai itu menjadi benih dari seluruh kariernya di ruang sidang. Dan ketika dunia melihat rekaman-rekaman sidangnya yang viral, jutaan orang di berbagai negara tiba-tiba merasa ada harapan: ternyata masih ada keadilan yang mengerti air mata. Yang membuat Frank berbeda bukanlah keputusan-keputusannya yang kontroversial, melainkan keberanian untuk memanusiakan orang. Ia bisa saja menghukum seorang ibu yang tidak mampu membayar tiket parkir, tetapi ia memilih mendengarkan. Ia bisa saja menertawakan seorang ayah tua berusia 96 tahun yang “ngebut,” tetapi ia memilih untuk memahami bahwa sang ayah hanya ingin memastikan anaknya yang sakit mendapat perawatan tepat waktu. Dalam momen seperti itu, kita melihat sesuatu yang jarang muncul di layar pengadilan: keadilan yang berubah menjadi empati. Orang mungkin berkata, “Ia hanya seorang hakim kota kecil dengan acara televisi.” Tetapi justru di situlah letak kekuatannya. Ia tidak butuh gedung tinggi atau kursi Mahkamah Agung untuk menunjukkan bagaimana hukum seharusnya bekerja. Ia melakukannya di ruangan sederhana, dengan kamera seadanya, dan dengan humor lembut yang membuat orang merasa duduk bersama seorang kakek bijak, bukan di hadapan penguasa dingin. Ia membuktikan bahwa kebaikan kecil bisa memantul jauh lebih keras daripada hukuman besar. Ketika kanker menyerangnya, ia tidak menutup diri. Ia tampil di video, memohon doa dengan suara bergetar. “Doakan saya dengan cara Anda sendiri,” katanya. Itu bukan kalimat dari seorang hakim terkenal, tapi dari seorang manusia rapuh yang tahu waktunya semakin sedikit. Dan entah bagaimana, justru di saat lemah itu, ia kembali mengajar: bahwa kerendahan hati adalah kekuatan terakhir yang bisa menyatukan kita. Kini, setelah ia pergi pada 20 Agustus 2025, dunia sepi dari satu suara pengingat yang sederhana tapi penting: jangan lupakan hati ketika menegakkan aturan. Rhode Island menundukkan kepala, bendera diturunkan setengah tiang, dan jutaan orang di seluruh dunia merasa kehilangan. Tetapi barangkali warisan sejati Frank Caprio bukan terletak pada penghormatan resmi atau tayangan viral. Warisannya ada pada mereka yang suatu hari nanti, saat berhadapan dengan orang lain, memilih untuk sedikit lebih sabar, sedikit lebih pengertian, sedikit lebih murah hati—karena mereka pernah melihat seorang hakim tua yang melakukannya tanpa ragu. Ada rasa hampa ketika membayangkan ruang sidang itu kini kosong. Kursi tempat ia duduk tak lagi dihuni suara yang hangat. Tapi jika kita dengarkan baik-baik, gema palu sidang itu tidak pernah hilang. Ia mengetuk bukan hanya meja, tapi hati jutaan orang. Dan suara itu akan terus mengingatkan: hukum bisa keras, tetapi manusia dipanggil untuk lembut. Selamat jalan, Frank Caprio. Terima kasih sudah menunjukkan bahwa menjadi adil tidak berarti kehilangan belas kasih. Terima kasih sudah membuat dunia ini, yang penuh ketidakadilan, sedikit lebih layak dihuni.

About