@dxhtrgg: Kính mà mấy bà hỏi in4 quâ trời đâyy ne

Do Thi Huyen Trang
Do Thi Huyen Trang
Open In TikTok:
Region: VN
Sunday 24 August 2025 05:11:21 GMT
141997
2190
39
185

Music

Download

Comments

tu.alice
Tú alice :
Trong video kính màu j vậy ạk
2025-08-24 14:17:31
3
ared.apple
Aredapple :
Gọng màu gì á c
2025-08-24 09:52:35
0
adamalalila
🌀 :
tóc c có duỗi hay gì khongg mà mượt thế ạa
2025-08-24 05:54:56
1
tho.ngc8863
Thảo Ngọc :
Áo có kg shop
2025-08-26 14:26:49
2
arp_061095
Ghi mã vô 🔍 shop , bi nha :
in4 áo nha Doa.Casual đây nha🥰BUX-ERE-ZHZ
2025-08-25 03:01:33
6
user5lcvh1y65i
Bỉnh nguyễn :
Áo polo
2025-08-24 07:03:35
3
an020999
Khánh Ann :
Áo polo c đẹp mặc đây ạ BWR-JAM-FSE
2025-08-24 16:21:16
2
thuyt984
Thùy Trang 24 :
chẹp quá gái iu 🥰
2025-08-24 09:19:11
3
souwai32
Mininhin :
Xinh quá Trang
2025-08-24 06:29:22
1
teppriuu22
Tép là mít ướt lâu năm😿 :
Kính đeo có chắc không ạ
2025-09-26 06:03:54
0
ytn.108
ng tình 4 mùa ! :
Bị cận nm kh biett gọng nào hợp với mặt 😭
2025-09-10 13:45:20
0
vokieu.1804
VK - 1804 :
Tròng kính có chống tia UV ko shop
2025-09-13 10:25:28
0
tieubaoboi213
tieubaoboi213 :
T mua ngoài tiệm hơn 400 mà mang đc 2 tháng cái bị gãy. Lướt thấy shop này bán mẫu i hệt mà rẻ hơn phân nửa, giờ mang nửa năm r mà vẫn êm, công nhận kính xịn,t mặt tròn vuông đeo gọn mặt hẳn
2025-08-31 22:23:11
0
hhhhhrdy3
Mỹ nhỏ :
Thay cận đc k ạ
2025-09-18 21:16:17
0
chian.nhatquang672210
Hương mèo 277 :
T va phải tóc của em ấy .... đẹp .... có khi lại cắt tóc ngắn như vầy🤣🤣🥰🥰
2025-09-07 01:48:50
0
nhuquynhneee___
nhuquynhneee___ :
Kính màu gì đó bà
2025-09-10 02:08:34
0
reven4601
reven🍂 :
如此美丽
2025-08-24 05:26:23
0
huyenthuong.22
𝑯𝒖𝒚𝒆̂̀𝒏 𝑻𝒉𝒖̛𝒐̛𝒏𝒈𐙚 :
bà đeo màu gì zạ🥰🥰
2025-09-21 14:20:09
0
linh34481
Linh :
tóc chị nhuộm màu j ạ
2025-08-30 06:40:36
0
nhungauurs5
🧏 :
kiểu tóc j ạ
2025-09-07 01:19:00
0
user5lcvh1y65i
Bỉnh nguyễn :
Áo polo công túa mặc đây nhé CGV-TXK-SZU
2025-08-24 07:03:45
2
n123456_36
✿ :
@trag
2025-09-29 14:16:33
0
_..z21
ngoc nghi :
😂
2025-09-27 01:29:16
0
tungha21
tungha21 :
🥰
2025-09-14 10:37:39
0
_thm_23th05
hp🖇️ :
🗿🗿🗿
2025-08-30 13:34:01
0
To see more videos from user @dxhtrgg, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution adalah salah satu figur penting dalam sejarah Indonesia sepanjang karir militernya pada masa kemerdekaan dan sepanjang pemerintahan Orde Lama. Ia terkenal atas dua hal: pertama, sebagai perwira militer tertinggi kedua dalam Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949) setelah Jenderal Besar Soedirman. Selain itu, ia juga adalah pemikir utama strategi militer Indonesia. Semasa Revolusi, Nasution memimpin Divisi Siliwangi (kini Kodam Siliwangi) yang berbasis di Jawa Barat. Pada 1948-1949, ia kemudian menjadi panglima Markas Besar Komando Djawa (MBKD). Pada masa inilah Nasution mengkonsepsikan ide “Perang Rakyat Semesta,” yang hingga kini masih mempengaruhi strategi militer Indonesia, adalah buah pikirannya yang berdasarkan pada pengalaman-pengalamannya dalam Revolusi. Pemikiran ini dituang dalam, antara lain, bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Perang Gerilya (The Fundamentals of Guerrilla Warfare). Buku ini diterjemahkan ke banyak bahasa di dunia, dan menjadi salah satu buku penting dalam teori perang gerilya, menempatkan Nasution bersama pada ahli gerilya dunia seperti Caldwell, Mao Zedong, dan Vo Nguyen Giap. Kedua, Nasution dikenal sebagai pemikir utama dibalik konsep “fungsi sosial-politik” tentara di Indonesia. Konsep ini pertama dilantunkan oleh Nasution pada pidatonya dalam Hari Angkatan Perang tahun 1963, dimana ia menyatakan bahwa “angkatan perang tidak boleh mendominasi proses politik maupun menjadi ‘alat mati’ di tangan pemerintah sipil” (Jenkins, 2010: 258). Tiga tahun kemudian, konsep “Jalan Tengah” menjadi cikal bakal “Dwifungsi ABRI” yang menjadi soko guru kekuatan politik Orde Baru.Lahir pada 3 Desember 1918 di Kotanopan, Sumatera Utara (Who's Who in Indonesia, 1971: 250). Nasution awalnya berniat untuk menjadi guru. Pada masa mudanya, ia bersekolah di Algemene Middelbare School (AMS) Bandung. Saat Nazi Jerman menginvasi Belanda pada Mei 1940, Belanda menutup Akademi Militer Kerajaan di Breda dan membuka cabangnya di Bandung. Nasution sendiri awalnya berniat untuk mendaftar sebagai kadet perwira di Breda (Nasution, 1982: 32). Namun setelah Belanda jatuh, pemerintah Belanda kemudian membuka Korps Pendidikan Perwira Cadangan (Corps Opleiding Reserve Officieren/CORO) yang terbuka untuk sejumlah perwira pribumi. Nasution diterima sebagai kadet CORO pada 1940 dan menjadi Letnan Dua dalam tentara kolonial Belanda (Koninklijk Nederlands Indische Leger, KNIL). Pada masa-masanya di Bandung, Nasution bertemu dengan istrinya, Johanna Sunarti Nasution (1923-2010), yang merupakan anak dari R.P. Sunario Gondokusumo, aktivis politik dari Partai Indonesia Raya (Parindra), golongan nasionalis kooperatif yang mendukung kerjasama dengan Belanda (Turner, 2018: 19). Pertemuan Nasution dengan keluarga Gondokusumo ini menjadi signifikan, karena kala itulah, untuk pertama kalinya Nasution terekspos dengan dunia politik (Turner, 2018: 6). Saat Jepang menginvasi Hindia Belanda pada 1942, Nasution dan unitnya ditempatkan di Jawa Timur. Pada saat itulah Nasution memutuskan untuk desersi dan meninggalkan unit KNIL-nya (Nasution, 1982: 82 -84). Momen ini penting bagi pemikiran politik seorang Nasution, karena sejak saat ini ia telah memutuskan hubungannya dengan pihak kolonial (i.e. KNIL), dan lebih memilih untuk mendukung Indonesia merdeka nantinya (Turner, 2018: 38 - 39). Nasution kemudian kabur ke Bandung, dimana ia ditampung oleh calon mertuanya, Sunario Gondokusumo. Ia kemudian sempat menjadi pengurus Barisan Pemuda Priangan pada masa Jepang, yang kemudian dibubarkan saat pemerintah militer Jepang mendirikan Seinendan (Nasution, 1982: 41). Meskipun Nasution tidak mendaftarkan diri dalam pasukan Pembela Tanah Air (PETA) buatan Jepang, ia menjalin hubungan baik dengan para perwira Indonesia yang dididik di dalam PETA (Turner, 2018: 42). Hal ini mempengaruhi peranan Nasution dalam Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949) di masa mendatang.#gofhistory #fypシ゚viral #g30spki #jendral #nasution
Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution adalah salah satu figur penting dalam sejarah Indonesia sepanjang karir militernya pada masa kemerdekaan dan sepanjang pemerintahan Orde Lama. Ia terkenal atas dua hal: pertama, sebagai perwira militer tertinggi kedua dalam Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949) setelah Jenderal Besar Soedirman. Selain itu, ia juga adalah pemikir utama strategi militer Indonesia. Semasa Revolusi, Nasution memimpin Divisi Siliwangi (kini Kodam Siliwangi) yang berbasis di Jawa Barat. Pada 1948-1949, ia kemudian menjadi panglima Markas Besar Komando Djawa (MBKD). Pada masa inilah Nasution mengkonsepsikan ide “Perang Rakyat Semesta,” yang hingga kini masih mempengaruhi strategi militer Indonesia, adalah buah pikirannya yang berdasarkan pada pengalaman-pengalamannya dalam Revolusi. Pemikiran ini dituang dalam, antara lain, bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Perang Gerilya (The Fundamentals of Guerrilla Warfare). Buku ini diterjemahkan ke banyak bahasa di dunia, dan menjadi salah satu buku penting dalam teori perang gerilya, menempatkan Nasution bersama pada ahli gerilya dunia seperti Caldwell, Mao Zedong, dan Vo Nguyen Giap. Kedua, Nasution dikenal sebagai pemikir utama dibalik konsep “fungsi sosial-politik” tentara di Indonesia. Konsep ini pertama dilantunkan oleh Nasution pada pidatonya dalam Hari Angkatan Perang tahun 1963, dimana ia menyatakan bahwa “angkatan perang tidak boleh mendominasi proses politik maupun menjadi ‘alat mati’ di tangan pemerintah sipil” (Jenkins, 2010: 258). Tiga tahun kemudian, konsep “Jalan Tengah” menjadi cikal bakal “Dwifungsi ABRI” yang menjadi soko guru kekuatan politik Orde Baru.Lahir pada 3 Desember 1918 di Kotanopan, Sumatera Utara (Who's Who in Indonesia, 1971: 250). Nasution awalnya berniat untuk menjadi guru. Pada masa mudanya, ia bersekolah di Algemene Middelbare School (AMS) Bandung. Saat Nazi Jerman menginvasi Belanda pada Mei 1940, Belanda menutup Akademi Militer Kerajaan di Breda dan membuka cabangnya di Bandung. Nasution sendiri awalnya berniat untuk mendaftar sebagai kadet perwira di Breda (Nasution, 1982: 32). Namun setelah Belanda jatuh, pemerintah Belanda kemudian membuka Korps Pendidikan Perwira Cadangan (Corps Opleiding Reserve Officieren/CORO) yang terbuka untuk sejumlah perwira pribumi. Nasution diterima sebagai kadet CORO pada 1940 dan menjadi Letnan Dua dalam tentara kolonial Belanda (Koninklijk Nederlands Indische Leger, KNIL). Pada masa-masanya di Bandung, Nasution bertemu dengan istrinya, Johanna Sunarti Nasution (1923-2010), yang merupakan anak dari R.P. Sunario Gondokusumo, aktivis politik dari Partai Indonesia Raya (Parindra), golongan nasionalis kooperatif yang mendukung kerjasama dengan Belanda (Turner, 2018: 19). Pertemuan Nasution dengan keluarga Gondokusumo ini menjadi signifikan, karena kala itulah, untuk pertama kalinya Nasution terekspos dengan dunia politik (Turner, 2018: 6). Saat Jepang menginvasi Hindia Belanda pada 1942, Nasution dan unitnya ditempatkan di Jawa Timur. Pada saat itulah Nasution memutuskan untuk desersi dan meninggalkan unit KNIL-nya (Nasution, 1982: 82 -84). Momen ini penting bagi pemikiran politik seorang Nasution, karena sejak saat ini ia telah memutuskan hubungannya dengan pihak kolonial (i.e. KNIL), dan lebih memilih untuk mendukung Indonesia merdeka nantinya (Turner, 2018: 38 - 39). Nasution kemudian kabur ke Bandung, dimana ia ditampung oleh calon mertuanya, Sunario Gondokusumo. Ia kemudian sempat menjadi pengurus Barisan Pemuda Priangan pada masa Jepang, yang kemudian dibubarkan saat pemerintah militer Jepang mendirikan Seinendan (Nasution, 1982: 41). Meskipun Nasution tidak mendaftarkan diri dalam pasukan Pembela Tanah Air (PETA) buatan Jepang, ia menjalin hubungan baik dengan para perwira Indonesia yang dididik di dalam PETA (Turner, 2018: 42). Hal ini mempengaruhi peranan Nasution dalam Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949) di masa mendatang.#gofhistory #fypシ゚viral #g30spki #jendral #nasution

About