@scrollsampaiwaras: Indonesia sering membanggakan diri sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, namun relasinya dengan Islam tidak pernah sederhana. Negara melalui BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) kerap menampilkan diri sebagai “penjaga keamanan” dari ancaman radikalisme. Di titik ini muncul labeling yang problematis: Islam moderat dan Islam radikal. Islam moderat dipromosikan sebagai wajah “aman” bagi negara—ditampilkan lewat jargon toleransi dan koeksistensi. Sedangkan Islam radikal direduksi menjadi lawan dari demokrasi, ancaman terhadap NKRI, bahkan potensi kekerasan. Padahal, garis pembeda itu sering kabur. Kritik terhadap pemerintah, advokasi penerapan syariat, atau penolakan dominasi Barat kadang langsung ditempelkan label radikal. Masalahnya, pendekatan semacam ini justru mengkerdilkan ruang berpikir umat. BNPT lebih sibuk mengatur narasi keagamaan daripada mengurai akar ketidakadilan sosial yang justru memicu keresahan. Labelisasi menjadi alat politik, bukan sekadar upaya keamanan. Islam di Indonesia akhirnya dipaksa masuk ke dalam dua kotak: jinak atau berbahaya. Akibatnya, dinamika intelektual dan politik umat Islam tersumbat. Pertanyaannya: sampai kapan negara akan terus membangun stabilitas dengan cara mengontrol tafsir agama, alih-alih menyelesaikan persoalan struktural yang nyata? #radikalisme #islammoderat #bnpt #bpip

ScrollSampaiWaras

Open In TikTok:

Region: ID

Tuesday 26 August 2025 10:39:08 GMT