Kamu menatap seisi ruangan itu, ruangan yang menyimpan banyak kenangan tentang kamu dan kekasih mu Yushi. Empat tahun lamanya kamu tinggal di rumah yang sama, di dalam satu ruangan bersama, di balutan selimut yang sama, di hangatnya rumah yang sama membuat begitu banyak kenangan. Kamu menarik tas milik mu diatas meja lantas bangkit dari duduk mu. Kamu bisa melihat, dibawah lampu yang belum dinyalakan itu terdapat Yushi yang tengah terduduk lesu diatas sofa. Kaki mu melangkah, menginjak lantai yang tak lagi hangat itu. Langkah mu terhenti ketika Yushi tiba-tiba datang ke hadapan mu dan bersimpuh tepat di hadapan mu. Kepalanya tertunduk berusaha menyembunyikan air mata yang sejak tadi mengalir melewati wajahnya. Kamu menggigit bibir mu berusaha menahan isak tangis yang sejak tadi kamu tahan. Kamu mendongak 'kan kepala mu seakan-akan tak ingin menunjukan kelemahan mu di hadapan Yushi. "Aku mohon, aku gak bisa hidup tanpa kamu." getir Yushi dengan suara yang terdengar bergetar. "Kamu pikir aku bisa hidup tanpa kamu? enggak." Kamu meremas pelan rahang mu yang terasa seperti di cekik oleh benda tak kasat mata. "Aku juga gak mau hubungan kita berakhir kaya gini, tapi apa kamu berjuang sedikit aja buat hubungan ini? Aku selalu berharap kamu bela aku sedikit aja di hadapan Ibu kamu, tapi apa pernah? Kamu cuman bisa turutin apa semua perkataan Ibu tanpa perduli akan perasaan aku!" teriak mu dengan nada frustasi. Suara tangisan mu terdengar menggelegar mengisi dinginnya rumah yang dulunya hangat itu. Rumah yang dulunya hanya terdengar suara tawa mu dan Yushi, kini hanya terisi oleh teriakan dan tangis mu. Yushi menggapai tangan mu dan menggenggam tangan mu dengan erat. Wajah Yushi nampak merah, darahnya seakan bergejolak ketika mendengar calon istrinya membatalkan pernikahannya. Hidupnya seakan hancur seketika. "Aku mohon, aku janji akan selalu bela kamu di hadapan ibu. Aku gak akan dengerin ibu, ak--" "Kamu gak akan pernah bisa di pihak aku, kamu akan selalu dapat gelar anak terbaik, bukan suami terbaik." Kamu menghempaskan tangan Yushi yang sejak tadi menggenggam tangan mu. Dengan sekali tarikan, kamu berhasil memutuskan kalung yang kamu gunakan. Kalung yang Yushi berikan sebagai simbol pertunangan kamu dengannya. Kamu menjatuhkan kalung berlian itu tepat di hadapan Yushi. Hati mu seakan terbelah ketika melihat kalung itu menyentuh lantai yang dingin, begitupun dengan Yushi. "Aku cinta sama kamu, tapi rasanya aku di kuliti hidup-hidup." tangis mu. Yushi mengusap air mata di wajahnya lantas mendongak 'kan kepalanya. "Aku minta maaf." Pertahanan mu runtuh ketika mendengar permintaan maaf keluar dari mulut Yushi. Tangisan mu pecah, kamu ikut bersimpuh di hadapan Yushi. Yushi menarik mu kedalam pelukannya. Bukan lagi pelukan hangat, tapi pelukan penuh luka dan tangisan. Kamu menghirup dalam-dalam wangi tubuh Yushi yang tak akan pernah kamu hirup lagi, kamu menerima pelukan hangat itu berharap tak akan pernah melepaskannya. Kamu melepaskan pelukan itu, tangan mu terangkat menyeka air mata yang ada di wajah Yushi. "Kamu selalu jadi seseorang yang gak akan pernah tergantikan, makasih ya." Yushi menggelengkan kepala dengan air mata yang terus menerus keluar dari kedua matanya. Kamu bangkit dari duduk mu lantas berjalan meninggalkan Yushi yang masih terduduk di posisinya. Kamu membuka pintu rumah yang tak akan kamu masuki lagi itu. Kamu membalikan tubuh mu dan melihat tubuh Yushi yang mulai bergetar pedih. Kamu mengusap kasar wajahmu lantas menutup pintu rumah sekaligus menutup kisah cinta mu bersama dengan Yushi. #yushi #au #nct #nctwish #fyp - @jaeheesgirlfrien