@stylishareeba1: ITNA PIYAR DIYA 🪔🥹✨#Fitness #videolucu #🖤🥀 #Areeba #viralvideo

AREEBA LOVE 5✨🥀
AREEBA LOVE 5✨🥀
Open In TikTok:
Region: PK
Saturday 30 August 2025 18:57:12 GMT
7600
1249
98
35

Music

Download

Comments

123ziddilarka
@123Ziddi larka :
Masha Allah so good
2025-09-12 21:35:51
0
fakhirrana
Abdul Fakher :
so so beautiful follow me personal chat please
2025-09-11 11:07:56
0
user178048700932
share KK ☺️ :
nice .🥰 payar deuiaya😁😁
2025-09-09 14:29:23
0
user69558732
Bilal khan 172 :
so beautiful🥰🥰🥰
2025-09-03 16:19:29
0
orangiqayyum0
Qayyum orangi 88 :
good
2025-08-31 19:12:22
0
rizwan.jaan9113
Rizwan jaan :
beautiful cute
2025-09-09 11:50:40
0
naseeransari835
naseer ansari 835 :
Kiya baat hai👌👌👌
2025-08-31 04:55:58
2
samadrajput493
🙃𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥 𝐒𝐚𝐦𝐚𝐝🦅 :
Nice😘
2025-09-03 12:53:27
0
shah.rukh205
Shah Rukh :
hi
2025-09-02 22:48:18
0
user02269508
Sohail khan12 :
very nice 🌹🌹🌹🌹🌹
2025-08-30 19:20:07
1
abbasabbas1323146603508
Abbas Abbas :
Wow Soooo Soooo beautiful 💋
2025-09-02 08:16:50
0
user21461760622556
user21461760622556 :
hy 🥰🥰🥰
2025-09-02 06:06:16
0
faizanabbasi00997
[email protected] :
so beautiful
2025-09-04 07:11:39
0
fazil.khan3180
Fazil Khan :
Nice 💖🥰💖🥰💖🥰
2025-08-30 20:50:50
1
shah.rukh205
Shah Rukh :
so nice
2025-09-02 22:49:29
0
xstyletaha15
Alone🔥💯💞:^):-$ :
nice🥰🥰
2025-08-30 20:26:33
2
user6rffbt62u5
Mohammad Imran :
Nice 🥰🥰🥰🥰
2025-09-06 13:50:33
0
atifkhan5793
Jaan78981 atif khan❤️ :
nice ❣️
2025-08-31 16:41:14
0
raeeshussain206
Raees Hussain :
nice
2025-08-30 19:52:33
2
shah.rukh205
Shah Rukh :
so cute 🥰 very very beautiful so sophar heeit Meri pyaari pyaari g very very beautiful so cute 🥰 very very beautiful
2025-09-02 22:49:29
0
anwar.khan03134
Anwar khan0313 :
🥰🥰🥰
2025-08-30 19:00:32
3
user95610985077345
IBRAHIM :
🥰🥰🥰
2025-08-30 18:59:47
3
user475457037
user475457037 :
❤❤❤
2025-08-31 06:24:17
2
jay.kumar261
AaLpaNa❤️ :
❤️❤️❤️
2025-08-30 19:00:02
2
waziralikhoso80
waziralikhoso80 :
🥰🥰🥰
2025-08-30 18:59:20
2
To see more videos from user @stylishareeba1, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV : Hari itu, Y/N tidak pernah menyangka akan bertemu dengan seseorang yang mampu mengubah seluruh dunianya. Namanya Sunghoon. Ia hadir di hidupku begitu tiba-tiba, seperti angin yang datang tanpa tanda. Senyumnya sederhana, tapi mampu menenangkan luka-luka kecil yang bahkan tak pernah aku sadari ada dalam diriku. Awalnya, Y/n tak ingin mengikat diri terlalu jauh. Y/N  tahu sejak awal bahwa kami berbeda. Aku tumbuh dengan keyakinanku sendiri, dan Sunghoon pun demikian. Kami terbiasa memandang langit dengan cara berbeda, berdoa dengan arah yang tak sama. Namun, di balik perbedaan itu, aku merasa ada sesuatu yang justru menyatukan kami: ketulusan. Hari-hari kami begitu hangat. Ia selalu menjemputku selepas kuliah, mengajakku berjalan di taman kota, atau sekadar duduk berdua sambil bercerita tentang mimpi-mimpi kami. “Aku ingin suatu hari kita punya rumah kecil di pinggiran kota, dengan halaman luas tempat anak-anak kita bermain,” katanya sambil tersenyum. Aku hanya tertawa kecil, menepuk lengannya, meski jauh di dalam hati aku pun memimpikan hal yang sama. Namun kenyataan tak seindah itu. Saat orang tuaku tahu tentang hubungan kami, dunia seolah runtuh. “Kamu tahu dia siapa, kan? Dia tidak sama dengan kita. Bagaimana kamu bisa berpikir untuk melanjutkan hubungan itu?” suara ayahku tegas, penuh penolakan. Ibu menatapku dengan mata berkaca-kaca, seolah aku sedang menapaki jalan yang penuh jurang. Aku mencoba meyakinkan, menjelaskan bahwa Sunghoon bukan hanya soal keyakinan, tapi soal hati. Bahwa dia baik, penuh kasih, dan tulus mencintaiku. Tapi tidak ada yang mau mendengarkan. Kata-kata mereka tajam, seakan cintaku adalah dosa besar. Di sisi lain, Sunghoon pun tak kalah hancur. Keluarganya tak pernah sepenuhnya menerima kehadiranku. “Aku lelah, Y/N. Setiap kali pulang, aku harus mendengar mereka bertanya kenapa aku memilihmu, kenapa aku keras kepala. Rasanya aku jadi anak yang tak pernah benar di mata mereka,” ucapnya suatu malam dengan suara bergetar. Kami menangis bersama, berkali-kali. Menggenggam tangan erat-erat seakan itu bisa mengusir semua ketakutan. Kami mencoba melawan. Kami berjanji untuk tetap bersama, apa pun yang terjadi. Tapi semakin lama, beban itu semakin berat. Malam-malamku dipenuhi doa, berharap ada keajaiban yang bisa melunakkan hati kedua keluarga. Tapi jawaban itu tak pernah datang. Yang ada hanyalah pertengkaran-pertengkaran kecil antara aku dan Sunghoon, lahir dari lelah yang sama. “Apa kita salah, Y/N? Apa cinta ini salah?” tanyanya lirih, dan aku hanya bisa diam sambil menitikkan air mata. Hingga akhirnya, hari itu tiba. Kami duduk di taman tempat pertama kali ia menyatakan perasaan. Langit sore berwarna jingga, tapi rasanya begitu kelabu. Sunghoon menggenggam tanganku, namun kali ini genggaman itu terasa rapuh. “Y/N… mungkin ini waktunya kita berhenti.” Aku tercekat. Air mataku langsung jatuh, membasahi pipi. “Tidak, jangan bilang begitu. Kita bisa berjuang, Hoon. Kita bisa melawan semuanya, asal kita bersama.” Dia menggeleng, suaranya patah, “Aku tak sanggup lagi melihatmu tersakiti. Aku mencintaimu lebih dari apa pun, tapi jika cinta ini hanya membuat kita hancur, apa itu masih layak dipertahankan?” Aku menangis, memohon, mengguncang bahunya agar ia tidak menyerah. Tapi aku tahu, di balik matanya yang basah, dia juga hancur. Keputusan itu bukan karena dia tak cinta, justru karena cintanya terlalu besar. Tangannya perlahan melepasku. Di detik itu, aku merasa separuh jiwaku ikut tercabut. Senja menjadi saksi perpisahan kami. Cinta yang pernah begitu hangat, kini harus berakhir tanpa sempat benar-benar diperjuangkan sampai akhir. Kini, aku hanya bisa mengenangnya dalam doa-doa yang tak pernah sampai. Cinta kami tidak salah, hanya saja dunia tak pernah memberi kami kesempatan. Dan yang paling menyakitkan adalah: kami berpisah bukan karena berhenti mencinta, tapi justru karena terlalu mencintai. Sunghoon… kau adalah rumah yang tak pernah bisa kupijak. [repostt] geramnye #sunghoon #pov #au #enhypen
POV : Hari itu, Y/N tidak pernah menyangka akan bertemu dengan seseorang yang mampu mengubah seluruh dunianya. Namanya Sunghoon. Ia hadir di hidupku begitu tiba-tiba, seperti angin yang datang tanpa tanda. Senyumnya sederhana, tapi mampu menenangkan luka-luka kecil yang bahkan tak pernah aku sadari ada dalam diriku. Awalnya, Y/n tak ingin mengikat diri terlalu jauh. Y/N  tahu sejak awal bahwa kami berbeda. Aku tumbuh dengan keyakinanku sendiri, dan Sunghoon pun demikian. Kami terbiasa memandang langit dengan cara berbeda, berdoa dengan arah yang tak sama. Namun, di balik perbedaan itu, aku merasa ada sesuatu yang justru menyatukan kami: ketulusan. Hari-hari kami begitu hangat. Ia selalu menjemputku selepas kuliah, mengajakku berjalan di taman kota, atau sekadar duduk berdua sambil bercerita tentang mimpi-mimpi kami. “Aku ingin suatu hari kita punya rumah kecil di pinggiran kota, dengan halaman luas tempat anak-anak kita bermain,” katanya sambil tersenyum. Aku hanya tertawa kecil, menepuk lengannya, meski jauh di dalam hati aku pun memimpikan hal yang sama. Namun kenyataan tak seindah itu. Saat orang tuaku tahu tentang hubungan kami, dunia seolah runtuh. “Kamu tahu dia siapa, kan? Dia tidak sama dengan kita. Bagaimana kamu bisa berpikir untuk melanjutkan hubungan itu?” suara ayahku tegas, penuh penolakan. Ibu menatapku dengan mata berkaca-kaca, seolah aku sedang menapaki jalan yang penuh jurang. Aku mencoba meyakinkan, menjelaskan bahwa Sunghoon bukan hanya soal keyakinan, tapi soal hati. Bahwa dia baik, penuh kasih, dan tulus mencintaiku. Tapi tidak ada yang mau mendengarkan. Kata-kata mereka tajam, seakan cintaku adalah dosa besar. Di sisi lain, Sunghoon pun tak kalah hancur. Keluarganya tak pernah sepenuhnya menerima kehadiranku. “Aku lelah, Y/N. Setiap kali pulang, aku harus mendengar mereka bertanya kenapa aku memilihmu, kenapa aku keras kepala. Rasanya aku jadi anak yang tak pernah benar di mata mereka,” ucapnya suatu malam dengan suara bergetar. Kami menangis bersama, berkali-kali. Menggenggam tangan erat-erat seakan itu bisa mengusir semua ketakutan. Kami mencoba melawan. Kami berjanji untuk tetap bersama, apa pun yang terjadi. Tapi semakin lama, beban itu semakin berat. Malam-malamku dipenuhi doa, berharap ada keajaiban yang bisa melunakkan hati kedua keluarga. Tapi jawaban itu tak pernah datang. Yang ada hanyalah pertengkaran-pertengkaran kecil antara aku dan Sunghoon, lahir dari lelah yang sama. “Apa kita salah, Y/N? Apa cinta ini salah?” tanyanya lirih, dan aku hanya bisa diam sambil menitikkan air mata. Hingga akhirnya, hari itu tiba. Kami duduk di taman tempat pertama kali ia menyatakan perasaan. Langit sore berwarna jingga, tapi rasanya begitu kelabu. Sunghoon menggenggam tanganku, namun kali ini genggaman itu terasa rapuh. “Y/N… mungkin ini waktunya kita berhenti.” Aku tercekat. Air mataku langsung jatuh, membasahi pipi. “Tidak, jangan bilang begitu. Kita bisa berjuang, Hoon. Kita bisa melawan semuanya, asal kita bersama.” Dia menggeleng, suaranya patah, “Aku tak sanggup lagi melihatmu tersakiti. Aku mencintaimu lebih dari apa pun, tapi jika cinta ini hanya membuat kita hancur, apa itu masih layak dipertahankan?” Aku menangis, memohon, mengguncang bahunya agar ia tidak menyerah. Tapi aku tahu, di balik matanya yang basah, dia juga hancur. Keputusan itu bukan karena dia tak cinta, justru karena cintanya terlalu besar. Tangannya perlahan melepasku. Di detik itu, aku merasa separuh jiwaku ikut tercabut. Senja menjadi saksi perpisahan kami. Cinta yang pernah begitu hangat, kini harus berakhir tanpa sempat benar-benar diperjuangkan sampai akhir. Kini, aku hanya bisa mengenangnya dalam doa-doa yang tak pernah sampai. Cinta kami tidak salah, hanya saja dunia tak pernah memberi kami kesempatan. Dan yang paling menyakitkan adalah: kami berpisah bukan karena berhenti mencinta, tapi justru karena terlalu mencintai. Sunghoon… kau adalah rumah yang tak pernah bisa kupijak. [repostt] geramnye #sunghoon #pov #au #enhypen

About