@lisnasurvive89: Alhamdulillah demo selesai. semoga ttp mandali. respect mahasiswa yg demo tertib dan tidak anarkis. smoga aspirasi kita smua sampai kepada Presiden #democore2025 #fyppppppppppppppppppppppp #jogjaistimewa

🌼
🌼
Open In TikTok:
Region: ID
Monday 01 September 2025 09:43:12 GMT
18667
786
70
83

Music

Download

Comments

esthifasida
esthii :
kakak.. hari ini jogja bagaimana kabarnya
2025-09-02 01:28:03
1
istrisolehot260290
Istri Solehot :
UMR nya rendah, tapi SDM nya tinggi. Bukti bahwa uang tidak bisa membeli kelas. Selain Jogja dan Bali nggak akan bisa seperti ini.
2025-09-02 06:30:07
2
bunda.sekar46
Bunda Sekar :
keren Jogjaku keren Mahasiswaku kalian hebat 👍👍👍🙏🙏
2025-09-02 02:55:40
1
sepotongkuejogja
mothercake :
kurang update ya krn live dimatikan. pokoknya tetap istimewa jogjaku 🙏
2025-09-01 10:47:36
9
nur.huda.rochmanu
albert halmahera :
opo iki
2025-09-01 09:57:27
0
endangnayotama
Endang Nayotama :
demo TPI ttp santun 🥰
2025-09-01 11:30:20
3
r3call
Recall :
nah itu baru namanya demo, rusak pagar itu biasa, tapi kalau udah anarkis kita semua akan rugi.
2025-09-01 14:07:55
0
driverojol31
Driverojol211 :
demo klemar klemer gini, saya orang jogja emang suka gaji kecil dan diperbudak pemerintah
2025-09-02 00:22:57
0
lelembutcantik0
lelembutcantik :
Trimakasih Jogja,trimakasih para leluhur🙏❤️
2025-09-02 14:21:25
1
vbnqwnwnsns
gendiss :
Alhamdulillah...memang seperti ini seharusnya sikap kita sebagai bangsa Indonesia,beradab dan berakhlak....Yogya kereennn
2025-09-02 06:40:15
1
ugenk020
ugenk :
yg demo pada segan 😁
2025-09-01 14:54:49
1
makrifat03
riefa :
Jogja istimewa
2025-09-01 12:48:44
3
rinijoemi
rinijumi 🇮🇩🇵🇸 :
alhamdulilah lampung juga kondusif dan damai.. 🥰🥰🥰🥰
2025-09-01 12:37:03
2
sunweyu
Sunweyu :
adek2 gw mahasiswa memang keren 🥰🥰👍👍👍
2025-09-01 14:18:58
1
ranny.nkw
rannynkw :
ikut senang liat Jogya Adem.. Semoga Kota Bandung jg menyusul suasana Tenang dan Adem kembali🙏
2025-09-01 12:51:17
2
ibrohim.baihaqi0
Ibrohim Baihaqi :
jogjaku pancen istimewa🥰
2025-09-01 11:53:08
4
adynjaka
ROMANTIC COMPANION :
Matursyuwun Sanget kagem sedoyo...🙏
2025-09-01 13:11:11
1
ellyrohim
ellyrohim :
Alhamdulillah,,,Jogyaku adem ayem,, matur sewun geh mas2, mba2 🙏👍
2025-09-01 13:06:22
2
user9991962191733frnando
Fernando :
mntap
2025-09-01 13:09:02
1
atiexcubex
atiexcubex :
bangga sebagai org jogja walau pun aq lama tinggal di negri org🥰🥰🥰 jogja berhati nyaman segera membaik negriku
2025-09-01 12:59:47
1
anjar_saja
it's me :
maturnuwun kagem sedoyo wargo Jogja sampun njagi Yogja tetap aman nderek dawuh kan titah ngerso dalem🙏🏻🙏🏻🙏🏻
2025-09-01 12:35:28
1
suryantiyanti5171
suryantiyanti5171 :
jogja memang panutan...mantap
2025-09-01 13:06:08
1
jw12_tt
JW :
kotaku tercinta 💞💞💞🌹🌹🌹
2025-09-01 12:41:03
1
iman_cakep66
Iman Cakep :
yogyakarta is The best Istimewa
2025-09-01 13:26:59
1
liyol861
anak ragil :
bangga jd warga jogja, walapun skrng hidup di perantauan 😊😊😊😊😊
2025-09-01 12:36:22
1
To see more videos from user @lisnasurvive89, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV : Poster berserakan di lantai. Spanduk setengah jadi tergantung di dinding. Kopi yang tadi panas kini sudah dingin di gelas. Suasana penuh suara, tapi bukan obrolan ringan mahasiswa—ini suara strategi, suara perlawanan. Jake—pacarmu, sekaligus ketua BEM kampus Garuda Utama. Tangannya bertumpu di meja panjang, sorot matanya tajam, suaranya tegas. Sekejap ruangan rapat yang semula riuh mendadak hening, semua mata tertuju padanya. “Besok kita turun. Barisan depan harus siap hadapi aparat. Divisi medis, jangan jauh dari massa. Dokumentasi, rekam semua. Ingat, kita di sini bukan buat cari rusuh—kita di sini buat suarain rakyat.” “Jangan anarkis! Apalagi sampai merusak fasilitas! Kita semua harus saling jaga!” suaranya tegas. Semua mengangguk. Tak ada yang bercanda. Malam ini, keberanian terasa lebih kental daripada udara. ••• Rapat bubar perlahan. Mahasiswa keluar satu per satu, meninggalkanmu yang masih duduk, sibuk membereskan kertas. Jake mendekat, lalu duduk di kursi sebelahmu. Jake lebih lembut, menatapmu lama. “Kamu kelihatan gelisah.” Kamu menghela napas, menunduk. “Aku cuma… takut. Kita nggak pernah tahu bakal kayak apa besok. Kalau ricuh, kalau aparat mulai anarkis…” Jake terdiam sebentar, lalu menatapmu lebih dalam. Memegang tanganmu erat. “Takut itu wajar. Aku juga takut. Tapi lebih takut lagi kalau kita diem, pura-pura nggak lihat rakyat disakiti. Denger ya, aku janji nggak akan biarin kamu kenapa-kenapa.” Kamu menahan gemetar di tanganmu, menatap matanya yang penuh keyakinan. “Aku lebih takut kehilangan kamu, Jake.” Dia tersenyum tipis, tapi ada resah yang sama di matanya. Seolah ia tahu besok mungkin tak ada janji yang bisa ditepati. ••• Ayahmu, seorang TNI, menatap tajam dari kursi ruang tamu. “Malam begini baru pulang. Besok jangan ikut macam-macam, dengar? Tugasmu kuliah, bukan ribut di jalan.” Kamu hanya diam. Di balik pintu kamarmu, suara langkah berhenti. Abangmu—Jay, seorang polisi—berdiri di sana. Ia menatapmu dengan mata yang sulit dibaca. Antara resah, marah, dan takut. “Besok… jangan sampai kita ketemu di lapangan,” katanya lirih, lalu pergi begitu saja. Kamu tercekat. Malam itu kamu sadar, besok bukan sekedar demo. Besok adalah hari di mana cinta, keluarga, dan suara rakyat bisa saling bertabrakan. ••• Keesokan harinya. Suara massa menggema. Ribuan mahasiswa berdiri rapat, poster dan spanduk terangkat tinggi. Sorak sorai bercampur dengan doa, juga rasa takut yang dipaksa ditekan dalam dada. Jake di barisan paling depan, megaphone di tangan. Wajahnya tegas, matanya tajam.  “Bukan pacarku yang kulihat hari ini, tapi seorang pemimpin,” batinmu penuh bangga dan haru. Sekujur tubuhmu langsung merinding. “Kita di sini bukan untuk rusuh! Kita di sini untuk rakyat! Jangan ada yang mundur sebelum suara kita didengar!” serunya dengan lantang. Sorak mahasiswa meledak. Kamu berdiri di tengah barisan, jantungmu berdentum kencang. Tanganmu gemetar menggenggam poster, matamu tak pernah lepas dari sosok Jake di depan. Kabut gas air mata makin tebal. Dari sela-selanya, matamu menangkap sosok Jay—Abangmu sendiri. Seragam polisi melekat rapat di tubuhnya, perisai kokoh di tangannya. Matamu panas, bukan hanya karena perih, tapi juga karena teringat kata-katanya semalam yang kembali menamparmu. “Dek…” suara Jay berat, sebelum ia pamit berangkat. “Jangan benci Abang. Abang begini karena tuntutan. Abang juga rakyat. Kalau Abang bisa memilih, Abang juga ingin berdiri di sisi kamu.” “Jaga diri, kalau besok kamu turun. Abang yakin, Jake bisa jagain kamu.” Kemudian ia memelukmu erat. “Aku nggak pernah benci Abang. Abang jangan lupa jaga diri. Nanti pulang dengan selamat, ya?” ucapmu menatap Jay dengan air matamu yang sudah menggenang. Ia mengangguk, dibalik pelukmu. “Abang janji.” Kata-kata itu, menghantam keras di kepalamu. Sekarang, di antara ribuan mahasiswa yang berteriak dan aparat yang berbaris, kamu berdiri tepat di tengahnya. Antara cinta untuk rakyat, dan darah yang mengalir dari keluarga sendiri. (+komen) ⚠️JUST POV❗ #pov #jake #enhypen #fypage #jakeedit
POV : Poster berserakan di lantai. Spanduk setengah jadi tergantung di dinding. Kopi yang tadi panas kini sudah dingin di gelas. Suasana penuh suara, tapi bukan obrolan ringan mahasiswa—ini suara strategi, suara perlawanan. Jake—pacarmu, sekaligus ketua BEM kampus Garuda Utama. Tangannya bertumpu di meja panjang, sorot matanya tajam, suaranya tegas. Sekejap ruangan rapat yang semula riuh mendadak hening, semua mata tertuju padanya. “Besok kita turun. Barisan depan harus siap hadapi aparat. Divisi medis, jangan jauh dari massa. Dokumentasi, rekam semua. Ingat, kita di sini bukan buat cari rusuh—kita di sini buat suarain rakyat.” “Jangan anarkis! Apalagi sampai merusak fasilitas! Kita semua harus saling jaga!” suaranya tegas. Semua mengangguk. Tak ada yang bercanda. Malam ini, keberanian terasa lebih kental daripada udara. ••• Rapat bubar perlahan. Mahasiswa keluar satu per satu, meninggalkanmu yang masih duduk, sibuk membereskan kertas. Jake mendekat, lalu duduk di kursi sebelahmu. Jake lebih lembut, menatapmu lama. “Kamu kelihatan gelisah.” Kamu menghela napas, menunduk. “Aku cuma… takut. Kita nggak pernah tahu bakal kayak apa besok. Kalau ricuh, kalau aparat mulai anarkis…” Jake terdiam sebentar, lalu menatapmu lebih dalam. Memegang tanganmu erat. “Takut itu wajar. Aku juga takut. Tapi lebih takut lagi kalau kita diem, pura-pura nggak lihat rakyat disakiti. Denger ya, aku janji nggak akan biarin kamu kenapa-kenapa.” Kamu menahan gemetar di tanganmu, menatap matanya yang penuh keyakinan. “Aku lebih takut kehilangan kamu, Jake.” Dia tersenyum tipis, tapi ada resah yang sama di matanya. Seolah ia tahu besok mungkin tak ada janji yang bisa ditepati. ••• Ayahmu, seorang TNI, menatap tajam dari kursi ruang tamu. “Malam begini baru pulang. Besok jangan ikut macam-macam, dengar? Tugasmu kuliah, bukan ribut di jalan.” Kamu hanya diam. Di balik pintu kamarmu, suara langkah berhenti. Abangmu—Jay, seorang polisi—berdiri di sana. Ia menatapmu dengan mata yang sulit dibaca. Antara resah, marah, dan takut. “Besok… jangan sampai kita ketemu di lapangan,” katanya lirih, lalu pergi begitu saja. Kamu tercekat. Malam itu kamu sadar, besok bukan sekedar demo. Besok adalah hari di mana cinta, keluarga, dan suara rakyat bisa saling bertabrakan. ••• Keesokan harinya. Suara massa menggema. Ribuan mahasiswa berdiri rapat, poster dan spanduk terangkat tinggi. Sorak sorai bercampur dengan doa, juga rasa takut yang dipaksa ditekan dalam dada. Jake di barisan paling depan, megaphone di tangan. Wajahnya tegas, matanya tajam. “Bukan pacarku yang kulihat hari ini, tapi seorang pemimpin,” batinmu penuh bangga dan haru. Sekujur tubuhmu langsung merinding. “Kita di sini bukan untuk rusuh! Kita di sini untuk rakyat! Jangan ada yang mundur sebelum suara kita didengar!” serunya dengan lantang. Sorak mahasiswa meledak. Kamu berdiri di tengah barisan, jantungmu berdentum kencang. Tanganmu gemetar menggenggam poster, matamu tak pernah lepas dari sosok Jake di depan. Kabut gas air mata makin tebal. Dari sela-selanya, matamu menangkap sosok Jay—Abangmu sendiri. Seragam polisi melekat rapat di tubuhnya, perisai kokoh di tangannya. Matamu panas, bukan hanya karena perih, tapi juga karena teringat kata-katanya semalam yang kembali menamparmu. “Dek…” suara Jay berat, sebelum ia pamit berangkat. “Jangan benci Abang. Abang begini karena tuntutan. Abang juga rakyat. Kalau Abang bisa memilih, Abang juga ingin berdiri di sisi kamu.” “Jaga diri, kalau besok kamu turun. Abang yakin, Jake bisa jagain kamu.” Kemudian ia memelukmu erat. “Aku nggak pernah benci Abang. Abang jangan lupa jaga diri. Nanti pulang dengan selamat, ya?” ucapmu menatap Jay dengan air matamu yang sudah menggenang. Ia mengangguk, dibalik pelukmu. “Abang janji.” Kata-kata itu, menghantam keras di kepalamu. Sekarang, di antara ribuan mahasiswa yang berteriak dan aparat yang berbaris, kamu berdiri tepat di tengahnya. Antara cinta untuk rakyat, dan darah yang mengalir dari keluarga sendiri. (+komen) ⚠️JUST POV❗ #pov #jake #enhypen #fypage #jakeedit

About