@noemiealiasnonos:

noemiealiasnonos
noemiealiasnonos
Open In TikTok:
Region: FR
Thursday 04 September 2025 13:38:27 GMT
5810
873
10
1

Music

Download

Comments

coralie_zwahlen
Coco-zwahl✌🏻 :
Tellement plus beau que ton blond !!
2025-09-05 05:15:14
1
ninonducler
ninonducler :
J’aime trop !!
2025-09-04 19:09:29
1
nathansponem5
nathansponem5 :
Mon cœur à moi ça ❤️
2025-09-04 17:45:39
1
justine.27.07
Justine :
waouh mais tu es trop belle j'adore ca te va trop trop bien
2025-09-04 18:06:38
1
h.s.s043
H.S S :
🥰🥰🥰
2025-09-04 17:55:12
2
rodrigodelaroza
Rodrigo De La Roza :
🥰🥰🥰
2025-09-04 17:17:26
1
To see more videos from user @noemiealiasnonos, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

PART 4 Sudah tiga hari kamu terkunci di kamar itu. Makanan selalu datang tepat waktu, tapi bukan lewat pelayan lain—melainkan Haechan sendiri yang membawanya. Pagi ini, pintu terbuka dengan bunyi kunci berputar. Kamu refleks menoleh, dan di sana dia berdiri dengan nampan perak berisi sarapan. “Selamat pagi, Shea.” Suara tenangnya terdengar seperti ancaman manis. Kamu terdiam, pura-pura menunduk gugup. Dia mendekat, meletakkan nampan di meja kecil di sampingmu. Telur, roti panggang, sup hangat… semua disiapkan rapi. “Kau harus makan banyak. Kulitmu pucat sekali,” gumamnya sambil menarik kursi, duduk tepat di hadapanmu. Dengan tenang, dia mengambil sendok, meniup sup panas itu, lalu mendekatkannya ke bibirmu. “Makan.” Kamu tersentak kecil, matamu membelalak.  “T-tuan, saya bisa makan sendiri—” “Tsk.”  Dia menggeleng pelan, ekspresi wajahnya berubah jadi dingin tapi penuh obsesi. “Kau tidak mengerti. Aku ingin merawatmu sendiri. Kalau aku tidak bisa memilikimu di luar sana, biarlah di sini. Kau… hanya untukku.” Tangannya tetap terulur, menunggu. Kamu menatapnya lama, lalu pura-pura ragu sebelum akhirnya membuka mulut sedikit.  Sendok masuk, dan sup hangat mengalir di tenggorokanmu. Senyumnya muncul, tipis namun puas. “Bagus. Lain kali jangan membantahku.” Setelah sarapan, dia bahkan menyisir rambutmu dengan tangannya sendiri. “Aku suka rambutmu panjang begini. Jangan pernah memotongnya tanpa izinku.” katanya pelan, nadanya begitu possessive. Saat dia membelai pipimu, kamu menggertakkan gigi dalam hati. Andai saja aku bisa menusukkan sisir ini ke lehermu sekarang juga. Tapi kamu hanya tersenyum kecil, berpura-pura malu. “Terima kasih, Tuan…” Tatapannya makin intens, jemarinya menelusuri garis rahangmu. “Kau manis sekali saat menurut. Aku bisa terbiasa dengan ini.” Pintu kembali terkunci setelah dia keluar, meninggalkanmu dalam diam. Dan kamu hanya bisa mendengus kesal, kepalan tanganmu gemetar di bawah meja. --- Malam itu, kamu baru saja selesai mandi. Rambutmu masih basah, dan kamu sudah bersiap untuk tidur ketika suara kunci pintu berputar terdengar. Pintu terbuka—dan seperti biasa, Haechan muncul. Tapi kali ini dia tidak membawa nampan makanan atau barang baru.  Tangannya kosong, hanya membawa selimut tipis. Kamu mengernyit bingung.  “T-tuan… ada apa malam-malam begini?” Dia menutup pintu, lalu menaruh kunci ke dalam sakunya. Senyum tipisnya muncul. “Kau terlalu pintar, Shea. Aku bisa lihat dari matamu… kau selalu mencari cara untuk kabur.” Jantungmu berdetak kencang. Sial… dia sadar. Haechan lalu menarik kursi empuk yang ada di sudut kamar, menyeretnya mendekat ke ranjangmu.  Dia duduk, membuka selimut yang tadi dibawanya, lalu menyelimutkan tubuhnya sendiri. “Aku akan tidur di sini malam ini.” Nada suaranya tenang, tapi penuh dominasi. Kamu membeku. “Tidur… di kamar saya?” Dia mengangguk, matanya tak lepas darimu. “Aku tidak percaya siapa pun menjaga pintu. Jadi, aku sendiri yang akan melakukannya.” Kamu bisa merasakan tatapan itu menusuk, membuatmu sesak. Haechan bersandar di kursi, tapi posisinya tetap condong ke arahmu.  Tangannya terulur, menyentuh punggung tanganmu di atas selimut. “Tidurlah, Shea. Aku di sini. Tidak ada yang bisa menyakitimu… atau membawamu pergi.” Bibirnya melengkung dengan senyum halus, tapi kamu tahu itu bukan perlindungan—itu ancaman. Tidak ada yang bisa membawamu pergi, bahkan dirimu sendiri. Kamu menoleh ke arah jendela yang terkunci rapat, hatimu terbakar dendam. Sementara Haechan menutup mata dengan tenang, seolah tidur, namun jemarinya masih menggenggam tanganmu erat. Malam itu, untuk pertama kalinya, kamu merasa benar-benar… terjebak. --- lanjut dikomen... #haechan #nct #pov #povstories #fyp
PART 4 Sudah tiga hari kamu terkunci di kamar itu. Makanan selalu datang tepat waktu, tapi bukan lewat pelayan lain—melainkan Haechan sendiri yang membawanya. Pagi ini, pintu terbuka dengan bunyi kunci berputar. Kamu refleks menoleh, dan di sana dia berdiri dengan nampan perak berisi sarapan. “Selamat pagi, Shea.” Suara tenangnya terdengar seperti ancaman manis. Kamu terdiam, pura-pura menunduk gugup. Dia mendekat, meletakkan nampan di meja kecil di sampingmu. Telur, roti panggang, sup hangat… semua disiapkan rapi. “Kau harus makan banyak. Kulitmu pucat sekali,” gumamnya sambil menarik kursi, duduk tepat di hadapanmu. Dengan tenang, dia mengambil sendok, meniup sup panas itu, lalu mendekatkannya ke bibirmu. “Makan.” Kamu tersentak kecil, matamu membelalak. “T-tuan, saya bisa makan sendiri—” “Tsk.” Dia menggeleng pelan, ekspresi wajahnya berubah jadi dingin tapi penuh obsesi. “Kau tidak mengerti. Aku ingin merawatmu sendiri. Kalau aku tidak bisa memilikimu di luar sana, biarlah di sini. Kau… hanya untukku.” Tangannya tetap terulur, menunggu. Kamu menatapnya lama, lalu pura-pura ragu sebelum akhirnya membuka mulut sedikit. Sendok masuk, dan sup hangat mengalir di tenggorokanmu. Senyumnya muncul, tipis namun puas. “Bagus. Lain kali jangan membantahku.” Setelah sarapan, dia bahkan menyisir rambutmu dengan tangannya sendiri. “Aku suka rambutmu panjang begini. Jangan pernah memotongnya tanpa izinku.” katanya pelan, nadanya begitu possessive. Saat dia membelai pipimu, kamu menggertakkan gigi dalam hati. Andai saja aku bisa menusukkan sisir ini ke lehermu sekarang juga. Tapi kamu hanya tersenyum kecil, berpura-pura malu. “Terima kasih, Tuan…” Tatapannya makin intens, jemarinya menelusuri garis rahangmu. “Kau manis sekali saat menurut. Aku bisa terbiasa dengan ini.” Pintu kembali terkunci setelah dia keluar, meninggalkanmu dalam diam. Dan kamu hanya bisa mendengus kesal, kepalan tanganmu gemetar di bawah meja. --- Malam itu, kamu baru saja selesai mandi. Rambutmu masih basah, dan kamu sudah bersiap untuk tidur ketika suara kunci pintu berputar terdengar. Pintu terbuka—dan seperti biasa, Haechan muncul. Tapi kali ini dia tidak membawa nampan makanan atau barang baru. Tangannya kosong, hanya membawa selimut tipis. Kamu mengernyit bingung. “T-tuan… ada apa malam-malam begini?” Dia menutup pintu, lalu menaruh kunci ke dalam sakunya. Senyum tipisnya muncul. “Kau terlalu pintar, Shea. Aku bisa lihat dari matamu… kau selalu mencari cara untuk kabur.” Jantungmu berdetak kencang. Sial… dia sadar. Haechan lalu menarik kursi empuk yang ada di sudut kamar, menyeretnya mendekat ke ranjangmu. Dia duduk, membuka selimut yang tadi dibawanya, lalu menyelimutkan tubuhnya sendiri. “Aku akan tidur di sini malam ini.” Nada suaranya tenang, tapi penuh dominasi. Kamu membeku. “Tidur… di kamar saya?” Dia mengangguk, matanya tak lepas darimu. “Aku tidak percaya siapa pun menjaga pintu. Jadi, aku sendiri yang akan melakukannya.” Kamu bisa merasakan tatapan itu menusuk, membuatmu sesak. Haechan bersandar di kursi, tapi posisinya tetap condong ke arahmu. Tangannya terulur, menyentuh punggung tanganmu di atas selimut. “Tidurlah, Shea. Aku di sini. Tidak ada yang bisa menyakitimu… atau membawamu pergi.” Bibirnya melengkung dengan senyum halus, tapi kamu tahu itu bukan perlindungan—itu ancaman. Tidak ada yang bisa membawamu pergi, bahkan dirimu sendiri. Kamu menoleh ke arah jendela yang terkunci rapat, hatimu terbakar dendam. Sementara Haechan menutup mata dengan tenang, seolah tidur, namun jemarinya masih menggenggam tanganmu erat. Malam itu, untuk pertama kalinya, kamu merasa benar-benar… terjebak. --- lanjut dikomen... #haechan #nct #pov #povstories #fyp

About