@suryinspira: "Hay momentos en los que sentimos que nos hemos perdido una y otra vez… pero Su amor nunca se cansa de buscarnos. No importa cuántas veces tropieces, Dios siempre sale a tu encuentro para levantarte y recordarte cuánto vales." 💖#Fe #Esperanza #AmorDeDios #Reflexión #Inspiración

Sury 👑| en Propósito
Sury 👑| en Propósito
Open In TikTok:
Region: BR
Friday 05 September 2025 12:33:04 GMT
141564
4660
41
1195

Music

Download

Comments

manitos.que.acari
manitos que acarician el alma :
como se llama la canción??? 🥰
2025-09-15 19:44:24
0
yurneymedina502
Yurney Medina502 :
Amén Amén y Amén Gracias Señor 🙏🙏🙏
2025-09-14 02:43:59
1
editadequintero
Edita de Quintero :
amén Amén DIOS LES BENDIGA SIEMPRE 🙏🏻🙌🏻
2025-09-15 01:59:02
1
glisbelmajano
glisbelmajano :
amén 🥰
2025-09-14 22:52:56
0
halon.salan
Halon Salan :
Amen 🙏🏼
2025-09-05 12:42:52
1
siles099
siles099 :
A ÉL SEA TODA LA GLORIA Y HONRRA EN EL NOMBRE DE JESÚS 🙏 🙏
2025-09-15 10:14:34
1
rojasalejandro615
Alejandro75 :
gloria a Dios
2025-09-15 04:11:52
0
mechistr
hija de Dios :
amén 🙏👑🙏
2025-09-14 22:38:38
0
patriciamayen4
patty :
amen🙏
2025-09-15 00:20:35
0
gila5682
gila :
AMÉN
2025-09-15 12:04:20
0
emma.ramirez219
Emma Ramirez :
amen
2025-09-15 00:57:18
0
hildarayafernandez
Hilda Araya :
amen 🙏
2025-09-15 04:48:23
0
vilma.arias.abarc
Vilma Arias Abarca :
amén amén 🙏🙏
2025-09-15 12:33:05
0
mabeljara7
Mabel Jara :
Amén 🙏🏻🥰
2025-09-13 23:19:01
0
labys_beauty_store
Labys :
amén amén amén
2025-09-15 11:38:55
0
juliansoliz877
Julian Soliz877 :
2025-09-15 03:08:03
1
daniela.navarrete58
Daniela Navarrete :
🥰🥰🥰
2025-09-16 10:43:43
0
jhanelis.02
JHANE7171 :
🥰🥰🥰
2025-09-16 00:13:50
0
blgica.rodrguez34
Bélgica Rodríguez :
🥰🥰🥰
2025-09-16 00:09:29
0
galomaxellgualsaqui
Galo Maxell Gualsaqu :
🥰🥰🥰
2025-09-15 22:27:16
0
chely_azmar
Chely bartolo :
👍👍👍
2025-09-15 11:58:53
0
luisahenriquez262
luisahenriquez262 :
🙏
2025-09-15 10:41:18
0
marlon_lola
MARLON :
🥰🥰🥰
2025-09-15 04:48:44
0
melba.garcia16
Melba Garcia :
🥰
2025-09-15 02:13:54
0
margaritaizaguire75
margaritaizaguire75 :
🙏🙏🙏
2025-09-15 02:08:05
0
To see more videos from user @suryinspira, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV: Mobil utama kalian sudah dicek lebih dulu oleh pengawal—ban, oli, mesin, hingga air radiator, semua dalam keadaan aman. Tidak ada satu detail pun yang luput dari perhatian Jay. Ia bahkan turun sebentar untuk memeriksa sendiri, meski supir sudah memastikan bahwa mobil siap jalan. Kamu masuk lebih dulu ke dalam mobil, Jay menahan pintu sambil tersenyum lembut. “Pelan-pelan, sayang,” ucapnya, sebelum menutup pintu dengan hati-hati. Setelah memastikanmu duduk nyaman, ia menyusul masuk dan duduk di sampingmu. Begitu duduk di dalam mobil, Jay memastikan sabuk pengamanmu terpasang dengan benar, bahkan menarik kain kecil agar tidak terlalu menekan perutmu. Setelah semuanya siap, Mobil pun perlahan bergerak dengan kecepatan sedang—perintah Jay yang tegas namun penuh perhatian. Ia tidak suka terburu-buru, terutama karena kamu sedang hamil besar. Ia ingin kamu merasa nyaman sepanjang perjalanan. Tak hanya kalian berdua, di belakang mobil Jay, di ikutin beberapa mobil lain. Mobil kedua ditumpangi oleh bunda dan ayah, yang ikut serta untuk menemaninya. Di depan 2 mobil pengawal dan di belakang mereka juga, 3 mobil pengawal dengan postur tegap mengawal dengan jarak rapi. Beberapa pelayan juga ikut, membawa barang-barang penting, perlengkapan dapur, dan kebutuhan lain selama kalian di villa. Konvoi kecil itu terlihat begitu rapi, menciptakan aura elegan khas keluarga terpandang yang sedang berangkat berlibur. Jay tak pernah kehabisan cerita. Sepanjang perjalanan ia terus berbicara, kadang soal masa kecilnya bersama ayah dan bunda, kadang soal rencana kecil untuk membangun rumah impian kalian nanti setelah si kecil lahir. Sesekali dia menoleh, matanya berbinar penuh kasih. “Aku pengen nanti halaman belakang rumah kita punya ayunan, biar kamu bisa duduk sambil gendong baby chigi. Aku yang bakal dorong pelan-pelan. Kedengarannya manis, kan?” katanya sambil mengusap tanganmu. Kamu hanya bisa tertawa kecil, merasakan betapa nyata impian sederhana itu di bayanganmu. Ketika perjalanan sudah sampai pertengahan jalan, tiba-tiba Jay menepuk bahu supir. “Berhenti sebentar, di depan, Ada toko buah segar, Saya mau beli salad buah untuk istri saya.” Kamu mengerjap, sedikit heran, tapi wajah Jay begitu serius seakan ini urusan penting sekali.  “Baik Tuan.” Ucap pak supir Lalu supir pun menepikan mobil, Jay turun dengan langkah tergesa namun tetap anggun. Dari balik jendela, kamu bisa melihatnya berbicara sebentar dengan penjual, memilih dengan teliti, memastikan buahnya segar. Tak lama kemudian ia kembali masuk ke mobil dengan kantong kertas di tangannya. “Untuk kamu,” ucapnya, menyodorkan salad buah yang masih dingin. Ia bahkan menyuapkan potongan pertama dengan sendok kecil, memastikan kamu makan perlahan. Tangannya yang lain tak pernah berhenti mengusap perutmu lembut. “Baby juga pasti suka, kan?” katanya sambil menempelkan telinganya sebentar ke perutmu, pura-pura mendengarkan jawaban bayi. Kamu terkekeh, lalu setelah habis beberapa suap, kamu menyandarkan kepala di bahunya. “Aku beruntung banget punya kamu, Jay.” Jay mengecup puncak kepalamu, lama dan hangat. “Enggak, aku yang paling beruntung. Tuhan kasih aku kamu, dan sekarang kasih aku baby chigi. Hidupku lengkap.” Setelah selesai makan, kamu menyandarkan kepala di dadanya. Bau parfumnya yang lembut bercampur aroma kulitnya membuatmu semakin nyaman. Dalam dekapan Jay, kamu merasa seperti dunia berhenti berputar hanya untuk kalian erdua. Matamu perlahan terpejam, tertidur di pelukan hangatnya. Jay menatapmu lekat-lekat. Ada senyum kecil di wajahnya, jemarinya menyelipkan anak rambutmu ke belakang telinga. Ia bahkan menyuruh supir menjaga kecepatan tetap stabil agar tidurmu tidak terganggu. Dari kaca spion, terlihat jelas barisan mobil pengawal, juga mobil bunda dan ayah yang mengikuti di belakang dengan tertib. Semuanya teratur, aman, dan nyaman—seperti hidup yang Jay rancang untukmu. #jay #enhypen #masukberandafyp #povstories #fypdongggggggg
POV: Mobil utama kalian sudah dicek lebih dulu oleh pengawal—ban, oli, mesin, hingga air radiator, semua dalam keadaan aman. Tidak ada satu detail pun yang luput dari perhatian Jay. Ia bahkan turun sebentar untuk memeriksa sendiri, meski supir sudah memastikan bahwa mobil siap jalan. Kamu masuk lebih dulu ke dalam mobil, Jay menahan pintu sambil tersenyum lembut. “Pelan-pelan, sayang,” ucapnya, sebelum menutup pintu dengan hati-hati. Setelah memastikanmu duduk nyaman, ia menyusul masuk dan duduk di sampingmu. Begitu duduk di dalam mobil, Jay memastikan sabuk pengamanmu terpasang dengan benar, bahkan menarik kain kecil agar tidak terlalu menekan perutmu. Setelah semuanya siap, Mobil pun perlahan bergerak dengan kecepatan sedang—perintah Jay yang tegas namun penuh perhatian. Ia tidak suka terburu-buru, terutama karena kamu sedang hamil besar. Ia ingin kamu merasa nyaman sepanjang perjalanan. Tak hanya kalian berdua, di belakang mobil Jay, di ikutin beberapa mobil lain. Mobil kedua ditumpangi oleh bunda dan ayah, yang ikut serta untuk menemaninya. Di depan 2 mobil pengawal dan di belakang mereka juga, 3 mobil pengawal dengan postur tegap mengawal dengan jarak rapi. Beberapa pelayan juga ikut, membawa barang-barang penting, perlengkapan dapur, dan kebutuhan lain selama kalian di villa. Konvoi kecil itu terlihat begitu rapi, menciptakan aura elegan khas keluarga terpandang yang sedang berangkat berlibur. Jay tak pernah kehabisan cerita. Sepanjang perjalanan ia terus berbicara, kadang soal masa kecilnya bersama ayah dan bunda, kadang soal rencana kecil untuk membangun rumah impian kalian nanti setelah si kecil lahir. Sesekali dia menoleh, matanya berbinar penuh kasih. “Aku pengen nanti halaman belakang rumah kita punya ayunan, biar kamu bisa duduk sambil gendong baby chigi. Aku yang bakal dorong pelan-pelan. Kedengarannya manis, kan?” katanya sambil mengusap tanganmu. Kamu hanya bisa tertawa kecil, merasakan betapa nyata impian sederhana itu di bayanganmu. Ketika perjalanan sudah sampai pertengahan jalan, tiba-tiba Jay menepuk bahu supir. “Berhenti sebentar, di depan, Ada toko buah segar, Saya mau beli salad buah untuk istri saya.” Kamu mengerjap, sedikit heran, tapi wajah Jay begitu serius seakan ini urusan penting sekali. “Baik Tuan.” Ucap pak supir Lalu supir pun menepikan mobil, Jay turun dengan langkah tergesa namun tetap anggun. Dari balik jendela, kamu bisa melihatnya berbicara sebentar dengan penjual, memilih dengan teliti, memastikan buahnya segar. Tak lama kemudian ia kembali masuk ke mobil dengan kantong kertas di tangannya. “Untuk kamu,” ucapnya, menyodorkan salad buah yang masih dingin. Ia bahkan menyuapkan potongan pertama dengan sendok kecil, memastikan kamu makan perlahan. Tangannya yang lain tak pernah berhenti mengusap perutmu lembut. “Baby juga pasti suka, kan?” katanya sambil menempelkan telinganya sebentar ke perutmu, pura-pura mendengarkan jawaban bayi. Kamu terkekeh, lalu setelah habis beberapa suap, kamu menyandarkan kepala di bahunya. “Aku beruntung banget punya kamu, Jay.” Jay mengecup puncak kepalamu, lama dan hangat. “Enggak, aku yang paling beruntung. Tuhan kasih aku kamu, dan sekarang kasih aku baby chigi. Hidupku lengkap.” Setelah selesai makan, kamu menyandarkan kepala di dadanya. Bau parfumnya yang lembut bercampur aroma kulitnya membuatmu semakin nyaman. Dalam dekapan Jay, kamu merasa seperti dunia berhenti berputar hanya untuk kalian erdua. Matamu perlahan terpejam, tertidur di pelukan hangatnya. Jay menatapmu lekat-lekat. Ada senyum kecil di wajahnya, jemarinya menyelipkan anak rambutmu ke belakang telinga. Ia bahkan menyuruh supir menjaga kecepatan tetap stabil agar tidurmu tidak terganggu. Dari kaca spion, terlihat jelas barisan mobil pengawal, juga mobil bunda dan ayah yang mengikuti di belakang dengan tertib. Semuanya teratur, aman, dan nyaman—seperti hidup yang Jay rancang untukmu. #jay #enhypen #masukberandafyp #povstories #fypdongggggggg
POV: ⚠️ WARNING. harap bijak ketika mengikuti alur, adegan pada POV ini hanya fiksi! Setelah pesanan selesai, kamu kembali ke gedung kantor, menaiki lift menuju lantai direktur utama. Pintu lift terbuka, dan kamu melangkah masuk ke ruang kerja. Pemandangan pertama yang kamu lihat adalah Jeno yang duduk di kursinya, jasnya sudah dilepas, menyisakan kemeja putih yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Lengannya yang berotot terlihat jelas di balik lipatan kemeja yang digulung hingga siku. Dia tampak serius menatap layar laptopnya, jari-jarinya bergerak cepat di atas keyboard. Tanpa berkata apa-apa, kamu berjalan ke mejanya, menaruh segelas es Americano di samping tangannya. Jeno mendongak, alisnya terangkat, dan senyum hangat menghiasi wajahnya. “Thank you, sweetheart.” Suaranya dalam, dan kali ini terdengar lebih tulus. “Thank you, my future wife.” Jantungmu berdegup kencang mendengar sebutan itu, namun kamu pura-pura tidak terpengaruh. Kamu melangkah pergi ke meja kerjamu di sampingnya dan mulai fokus bekerja, meskipun kamu bisa merasakan tatapan matanya yang penuh arti di sela kesibukannya. Jeno menyesap kopi yang kamu bawakan, senyumnya samar. “Rasanya manis… sama seperti kamu,” ucapnya lirih, namun cukup jelas untuk kamu dengar. Wajahmu terasa panas. Kamu hanya bisa berpura-pura mengetik di layar komputer, berusaha keras mengabaikan getaran aneh yang menjalar di seluruh tubuhmu setiap kali dia bicara dengan nada seperti itu. Sementara Jeno, dengan tenang kembali menatap layar laptopnya, tapi dari sudut matanya dia terus memperhatikanmu—miliknya, pikirnya dalam hati. Suasana kantor sore itu terasa lebih sibuk dari biasanya—suara langkah hak sepatu bersahutan di lantai marmer, percakapan para staf terdengar samar bercampur dengan bunyi ketikan keyboard. Kamu berusaha fokus pada dokumen di tanganmu, meski rasanya sulit sekali ketika kamu tahu tatapan Jeno terus mengikutimu sejak pagi. Bahkan saat rapat pun, pria itu selalu menemukan cara untuk duduk dekatmu, mencondongkan tubuh, dan berbisik pelan hanya agar kamu bisa mendengar suaranya, Dan ketika makan siang pun Jeno mengikuti mu selalu. Kini, kamu di meja kerja mencoba mengabaikan tatapan itu. Tapi ketika kamu sedang bekerja , Jeno tiba-tiba berdiri dari kursinya dan menghampiri mu, meraih pergelangan tanganmu dengan tenang namun tegas. “Come with me,” ucapnya pelan, suara rendahnya seperti perintah yang tak bisa kamu tolak. “Kita masih di kantor, Jeno,” bisikmu, berusaha menahan nada suara agar tidak terdengar staf lain. Tapi senyum tipisnya malah membuat jantungmu berdebar tak karuan. Ia tidak peduli. Ia membawamu menyusuri lorong kantor yang mulai sepi menjelang sore, lalu berhenti di depan pintu kecil bertuliskan Fire Escape. Dengan cekatan, ia membuka pintu itu, menarikmu masuk ke ruang sempit dengan tangga darurat berwarna abu-abu. Bau besi dan angin sore dari celah pintu darurat menyambut kalian. “Jeno… kita nggak boleh di sini,” gumammu panik, tapi tanganmu gemetar ketika dia mendorongmu perlahan ke dinding dingin di belakangmu. Tatapan matanya pekat, rahangnya mengeras. Ia mendekatkan wajahnya ke telingamu, napasnya hangat menyapu kulit lehermu. “You keep saying no… but your body tells me otherwise,” bisiknya, suaranya rendah dan penuh keyakinan. Kamu membeku ketika bibirnya menyentuh sisi rahangmu, mencium dengan lembut tapi penuh kepemilikan. Kamu ingin menolak, tapi tanganmu malah meremas jasnya, tubuhmu bergetar ketika jemarinya menelusuri pinggangmu. Sentuhannya hangat, lembut tapi berani, seperti sudah menghafal lekuk tubuhmu. “Jeno…” gumammu lirih, tapi napasmu mulai tersengal saat dia menarik wajahmu dan menatapmu dalam. “Look at me, sayang.” Kamu menatapnya, dan detik itu juga bibirnya menutup bibirmu. Ciuman itu lembut di awal, perlahan seperti menguji batasmu, tapi dengan cepat berubah intens. Bibirnya menekan bibirmu penuh gairah, tangannya merengkuh pinggangmu, menarikmu lebih dekat.  #JENO #povstories #masukberandatiktok #fypdongggggggg #masukberandafyp
POV: ⚠️ WARNING. harap bijak ketika mengikuti alur, adegan pada POV ini hanya fiksi! Setelah pesanan selesai, kamu kembali ke gedung kantor, menaiki lift menuju lantai direktur utama. Pintu lift terbuka, dan kamu melangkah masuk ke ruang kerja. Pemandangan pertama yang kamu lihat adalah Jeno yang duduk di kursinya, jasnya sudah dilepas, menyisakan kemeja putih yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Lengannya yang berotot terlihat jelas di balik lipatan kemeja yang digulung hingga siku. Dia tampak serius menatap layar laptopnya, jari-jarinya bergerak cepat di atas keyboard. Tanpa berkata apa-apa, kamu berjalan ke mejanya, menaruh segelas es Americano di samping tangannya. Jeno mendongak, alisnya terangkat, dan senyum hangat menghiasi wajahnya. “Thank you, sweetheart.” Suaranya dalam, dan kali ini terdengar lebih tulus. “Thank you, my future wife.” Jantungmu berdegup kencang mendengar sebutan itu, namun kamu pura-pura tidak terpengaruh. Kamu melangkah pergi ke meja kerjamu di sampingnya dan mulai fokus bekerja, meskipun kamu bisa merasakan tatapan matanya yang penuh arti di sela kesibukannya. Jeno menyesap kopi yang kamu bawakan, senyumnya samar. “Rasanya manis… sama seperti kamu,” ucapnya lirih, namun cukup jelas untuk kamu dengar. Wajahmu terasa panas. Kamu hanya bisa berpura-pura mengetik di layar komputer, berusaha keras mengabaikan getaran aneh yang menjalar di seluruh tubuhmu setiap kali dia bicara dengan nada seperti itu. Sementara Jeno, dengan tenang kembali menatap layar laptopnya, tapi dari sudut matanya dia terus memperhatikanmu—miliknya, pikirnya dalam hati. Suasana kantor sore itu terasa lebih sibuk dari biasanya—suara langkah hak sepatu bersahutan di lantai marmer, percakapan para staf terdengar samar bercampur dengan bunyi ketikan keyboard. Kamu berusaha fokus pada dokumen di tanganmu, meski rasanya sulit sekali ketika kamu tahu tatapan Jeno terus mengikutimu sejak pagi. Bahkan saat rapat pun, pria itu selalu menemukan cara untuk duduk dekatmu, mencondongkan tubuh, dan berbisik pelan hanya agar kamu bisa mendengar suaranya, Dan ketika makan siang pun Jeno mengikuti mu selalu. Kini, kamu di meja kerja mencoba mengabaikan tatapan itu. Tapi ketika kamu sedang bekerja , Jeno tiba-tiba berdiri dari kursinya dan menghampiri mu, meraih pergelangan tanganmu dengan tenang namun tegas. “Come with me,” ucapnya pelan, suara rendahnya seperti perintah yang tak bisa kamu tolak. “Kita masih di kantor, Jeno,” bisikmu, berusaha menahan nada suara agar tidak terdengar staf lain. Tapi senyum tipisnya malah membuat jantungmu berdebar tak karuan. Ia tidak peduli. Ia membawamu menyusuri lorong kantor yang mulai sepi menjelang sore, lalu berhenti di depan pintu kecil bertuliskan Fire Escape. Dengan cekatan, ia membuka pintu itu, menarikmu masuk ke ruang sempit dengan tangga darurat berwarna abu-abu. Bau besi dan angin sore dari celah pintu darurat menyambut kalian. “Jeno… kita nggak boleh di sini,” gumammu panik, tapi tanganmu gemetar ketika dia mendorongmu perlahan ke dinding dingin di belakangmu. Tatapan matanya pekat, rahangnya mengeras. Ia mendekatkan wajahnya ke telingamu, napasnya hangat menyapu kulit lehermu. “You keep saying no… but your body tells me otherwise,” bisiknya, suaranya rendah dan penuh keyakinan. Kamu membeku ketika bibirnya menyentuh sisi rahangmu, mencium dengan lembut tapi penuh kepemilikan. Kamu ingin menolak, tapi tanganmu malah meremas jasnya, tubuhmu bergetar ketika jemarinya menelusuri pinggangmu. Sentuhannya hangat, lembut tapi berani, seperti sudah menghafal lekuk tubuhmu. “Jeno…” gumammu lirih, tapi napasmu mulai tersengal saat dia menarik wajahmu dan menatapmu dalam. “Look at me, sayang.” Kamu menatapnya, dan detik itu juga bibirnya menutup bibirmu. Ciuman itu lembut di awal, perlahan seperti menguji batasmu, tapi dengan cepat berubah intens. Bibirnya menekan bibirmu penuh gairah, tangannya merengkuh pinggangmu, menarikmu lebih dekat. #JENO #povstories #masukberandatiktok #fypdongggggggg #masukberandafyp

About