@chefcristian.m: Vinete și ardei capia, m-am asigurat pentru iarnă! 🍆🫑❄️ #Conserve #Legume #Iarnă

ChefCristian M
ChefCristian M
Open In TikTok:
Region: RO
Friday 05 September 2025 17:04:54 GMT
4042
111
3
2

Music

Download

Comments

matesalinioan
Alin Mates :
Iara ii bine😁😁😁
2025-09-05 20:06:58
0
ionel1081
ionel :
iarai bine Cristi
2025-09-06 16:40:24
0
gavrilonidaniel2
Daniel :
🥰🥰🥰
2025-09-05 20:59:29
0
To see more videos from user @chefcristian.m, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

[POV: Part 6] Malam itu langit bernafas tenang, dihiasi bulan yang menggantung setengah—seolah waktu pun memberi jeda, sebuah ruang yang rapuh, namun berarti. Dua minggu lagi, bulan itu akan menyusut menjadi sabit yang menakutkan, dan kamu tahu… waktu kalian tidaklah panjang. Jay menatapmu lama sebelum pergi, suaranya terdengar seperti gema masa lalu dan masa depan sekaligus. “Kalau kamu ingin menemukannya… carilah tempat yang bukan hanya menyimpan kenangan di hidup ini, tapi juga di hidupmu yang lain. Pohon itu berdiri… karena tangan kalian sendiri. Dia selalu kembali ke sana.” Kata-kata itu menusuk, dan hatimu langsung tahu jawabannya. Pohon besar dekat danau. Pohon yang pernah kamu tanam bersama Heeseung di kehidupan kalian dua siklus sebelumnya. Pohon yang tumbuh, meski cinta kalian dipaksa hancur berkali-kali. Kamu berlari, dadamu bergetar hebat. Di sepanjang jalan, pikiranmu hanya penuh dengan satu hal—apakah Heeseung masih di sana? Dan ketika kamu tiba, danau itu memantulkan cahaya bulan separuh, tenang namun penuh rahasia. Pohon besar itu menjulang, rindang, seolah berusia lebih tua dari waktu. Anginnya berdesir lembut, dan untuk sesaat kamu merasa… pohon itu hidup. Akar-akarnya seakan berbisik, “Aku pernah ditanam oleh tangan kalian. Aku pernah tumbuh bersama cinta kalian.” Di bawahnya, sosok itu duduk. Bahu yang selalu kamu rindukan, punggung yang selalu menanggung dunia seolah sendirian. Heeseung. Kamu menahan napas. Air matamu sudah menumpuk, bukan hanya karena akhirnya kamu menemukan lelaki itu… tapi karena sadar, pohon itu adalah saksi bisu seluruh cinta kalian. “Heeseung…” bisikmu, patah namun penuh keberanian. Namanya keluar dari bibirmu lirih, hampir hanya berupa bisikan. Tapi baginya, itu sudah cukup untuk meruntuhkan benteng yang ia bangun. Sosoknya menoleh pelan. Sorot matanya kosong sesaat, sebelum berganti panik. “Kenapa kamu ada di sini?” suaranya pecah samar. “Kamu… kamu nggak boleh—” Langkahmu maju. Satu, dua, hati-hati, tapi pasti. “Aku ingat, Heeseung.” Wajahnya menegang. Jemarinya mengepal di sisi tubuh, sampai pucat. “Berhenti. Jangan bilang itu.” Nada suaranya pecah. “Setiap kali kamu ingat, setiap kali aku biarkan diriku dekat… dunia selalu menghukum kita— kamu. Luka. Darah. Tangisan. Bahkan nyaris nyawa. Aku ga bisa… Aku ga sanggup lagi, Y/n…” Air matamu menetes, jatuh di tanah di antara kalian. “Heeseung, kamu pikir aku ga sadar selama ini? Kamu pikir aku ga lihat gimana kamu hancur sendirian, menanggung semua ini? Aku ga mau kamu berjuang sendiri lagi.” Kamu menggenggam tangannya perlahan. Ia kaku, menolak, berusaha melepaskan. “Lepas, Y/n.…” suaranya bergetar. “Kalau kamu terus di sini, takdir akan mengambilmu lagi dariku. Aku lebih rela tidak bersamamu daripada melihat kamu terus terluka karena aku.” Air matamu jatuh makin deras. Kamu menolak mundur. “Engga.” Kamu menggeleng keras. “Kalau memang kita harus dihukum, kalau memang kita harus terluka—biar aku juga ada di situ. Biar aku juga berjuang. Setidaknya aku tahu kita jalaninnya sama-sama. Aku kangen, Heeseung… aku ga sanggup untuk ga ketemu kamu apalagi pura-pura nggak kenal kamu.” Kata-kata itu menghantamnya telak. Bahunya mulai bergetar, napasnya berat, seperti ada ribuan luka lama yang akhirnya pecah bersamaan. Lalu perlahan, nyaris ragu, tangannya berbalik menggenggam tanganmu. Jemarinya gemetar. Tubuhnya condong mendekat, sampai akhirnya—ia menarikmu. Pelukan itu… pecah. Erat, brutal, penuh tangis yang sudah terlalu lama ditahan. Kamu bisa rasakan getarannya merambat ke seluruh tubuhnya. Dadanya naik turun, napasnya tersengal, seolah dunia runtuh di pundaknya, seolah kamu bisa rasakan betapa selama ini ia menyimpan semuanya sendiri. “Y/n…” suaranya serak, lemah, sangat putus asa. wajahnya tenggelam di lehermu. “Aku takut. Aku benar-benar takut kehilangan kamu…” (Lanjut comsec..) #heeseung #leeheeseung #pov #enhypen #fyp
[POV: Part 6] Malam itu langit bernafas tenang, dihiasi bulan yang menggantung setengah—seolah waktu pun memberi jeda, sebuah ruang yang rapuh, namun berarti. Dua minggu lagi, bulan itu akan menyusut menjadi sabit yang menakutkan, dan kamu tahu… waktu kalian tidaklah panjang. Jay menatapmu lama sebelum pergi, suaranya terdengar seperti gema masa lalu dan masa depan sekaligus. “Kalau kamu ingin menemukannya… carilah tempat yang bukan hanya menyimpan kenangan di hidup ini, tapi juga di hidupmu yang lain. Pohon itu berdiri… karena tangan kalian sendiri. Dia selalu kembali ke sana.” Kata-kata itu menusuk, dan hatimu langsung tahu jawabannya. Pohon besar dekat danau. Pohon yang pernah kamu tanam bersama Heeseung di kehidupan kalian dua siklus sebelumnya. Pohon yang tumbuh, meski cinta kalian dipaksa hancur berkali-kali. Kamu berlari, dadamu bergetar hebat. Di sepanjang jalan, pikiranmu hanya penuh dengan satu hal—apakah Heeseung masih di sana? Dan ketika kamu tiba, danau itu memantulkan cahaya bulan separuh, tenang namun penuh rahasia. Pohon besar itu menjulang, rindang, seolah berusia lebih tua dari waktu. Anginnya berdesir lembut, dan untuk sesaat kamu merasa… pohon itu hidup. Akar-akarnya seakan berbisik, “Aku pernah ditanam oleh tangan kalian. Aku pernah tumbuh bersama cinta kalian.” Di bawahnya, sosok itu duduk. Bahu yang selalu kamu rindukan, punggung yang selalu menanggung dunia seolah sendirian. Heeseung. Kamu menahan napas. Air matamu sudah menumpuk, bukan hanya karena akhirnya kamu menemukan lelaki itu… tapi karena sadar, pohon itu adalah saksi bisu seluruh cinta kalian. “Heeseung…” bisikmu, patah namun penuh keberanian. Namanya keluar dari bibirmu lirih, hampir hanya berupa bisikan. Tapi baginya, itu sudah cukup untuk meruntuhkan benteng yang ia bangun. Sosoknya menoleh pelan. Sorot matanya kosong sesaat, sebelum berganti panik. “Kenapa kamu ada di sini?” suaranya pecah samar. “Kamu… kamu nggak boleh—” Langkahmu maju. Satu, dua, hati-hati, tapi pasti. “Aku ingat, Heeseung.” Wajahnya menegang. Jemarinya mengepal di sisi tubuh, sampai pucat. “Berhenti. Jangan bilang itu.” Nada suaranya pecah. “Setiap kali kamu ingat, setiap kali aku biarkan diriku dekat… dunia selalu menghukum kita— kamu. Luka. Darah. Tangisan. Bahkan nyaris nyawa. Aku ga bisa… Aku ga sanggup lagi, Y/n…” Air matamu menetes, jatuh di tanah di antara kalian. “Heeseung, kamu pikir aku ga sadar selama ini? Kamu pikir aku ga lihat gimana kamu hancur sendirian, menanggung semua ini? Aku ga mau kamu berjuang sendiri lagi.” Kamu menggenggam tangannya perlahan. Ia kaku, menolak, berusaha melepaskan. “Lepas, Y/n.…” suaranya bergetar. “Kalau kamu terus di sini, takdir akan mengambilmu lagi dariku. Aku lebih rela tidak bersamamu daripada melihat kamu terus terluka karena aku.” Air matamu jatuh makin deras. Kamu menolak mundur. “Engga.” Kamu menggeleng keras. “Kalau memang kita harus dihukum, kalau memang kita harus terluka—biar aku juga ada di situ. Biar aku juga berjuang. Setidaknya aku tahu kita jalaninnya sama-sama. Aku kangen, Heeseung… aku ga sanggup untuk ga ketemu kamu apalagi pura-pura nggak kenal kamu.” Kata-kata itu menghantamnya telak. Bahunya mulai bergetar, napasnya berat, seperti ada ribuan luka lama yang akhirnya pecah bersamaan. Lalu perlahan, nyaris ragu, tangannya berbalik menggenggam tanganmu. Jemarinya gemetar. Tubuhnya condong mendekat, sampai akhirnya—ia menarikmu. Pelukan itu… pecah. Erat, brutal, penuh tangis yang sudah terlalu lama ditahan. Kamu bisa rasakan getarannya merambat ke seluruh tubuhnya. Dadanya naik turun, napasnya tersengal, seolah dunia runtuh di pundaknya, seolah kamu bisa rasakan betapa selama ini ia menyimpan semuanya sendiri. “Y/n…” suaranya serak, lemah, sangat putus asa. wajahnya tenggelam di lehermu. “Aku takut. Aku benar-benar takut kehilangan kamu…” (Lanjut comsec..) #heeseung #leeheeseung #pov #enhypen #fyp

About