@sandra.bns: J’ai testé « My makeup type » … le toasty makeup est fait pour moi 🤭🤗

S a n d r a  B n s
S a n d r a  B n s
Open In TikTok:
Region: FR
Sunday 07 September 2025 15:00:42 GMT
770
42
0
0

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @sandra.bns, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

🛎Orang tua atau guru ABK? Follow yuk, kita satu tujuan🔔 Bagaimana mengenalkan konsep agama kepada anak autistik? Anak autistik sering menghadapi tantangan dalam belajar religi. Mereka bisa kesulitan mengolah emosi sosial, sangat sensitif terhadap suara atau cahaya, dan terkadang juga mengalami hambatan dalam berbahasa. Hal-hal ini membuat proses mengenalkan agama perlu pendekatan yang berbeda. 👉Lingkungan yang ramai atau bising sering kali membuat anak cemas. Dalam kondisi seperti itu, mereka sulit berkonsentrasi pada kegiatan keagamaan. Karena itu, penting menyediakan suasana yang tenang dan ramah bagi kebutuhan sensorik mereka. 👉 Salah satu cara yang bisa membantu adalah focusing. Teknik ini mengajak anak lebih sadar pada tubuhnya, sehingga mereka bisa perlahan mengenali perasaan yang ada di dalam diri. 👉Di TML, kami menggunakan Terapi Alam. Anak-anak diajak belajar di ruang terbuka yang tenang, jauh dari hiruk pikuk kota. Di alam, konsep yang abstrak seperti Agama bisa diperkenalkan melalui pengalaman nyata: misalnya lewat suara air, sinar matahari, atau sentuhan tanah. Seperti ditekankan oleh Swanson, pembelajaran iman untuk anak autistik sebaiknya berbasis pengalaman. Dukungan transaksional juga penting: gunakan bahasa sederhana, ekspresi emosi yang jelas, gaya komunikasi yang hangat, serta bantuan visual untuk memudahkan pemahaman. 👉 Dengan adaptasi metode focusing Gendlin, anak bisa belajar menamai pengalaman tubuhnya: misalnya rasa tenang, hangat, atau nyaman, dan menjadikannya bagian dari pengalaman keimanan.  Jadi.. mengajarkan iman dan keagamaan pada anak autistik adalah seni. Tapi kita bisa mulai dari satu hal sederhana: belajar hakikat ketenangan. 📚Swanson, S. (2010). Experiential Religion: A Faith Formation Process for Children with Autism. Journal of Religion, Disability & Health, 14(3), 238–255. https://doi.org/10.1080/15228961003622393
🛎Orang tua atau guru ABK? Follow yuk, kita satu tujuan🔔 Bagaimana mengenalkan konsep agama kepada anak autistik? Anak autistik sering menghadapi tantangan dalam belajar religi. Mereka bisa kesulitan mengolah emosi sosial, sangat sensitif terhadap suara atau cahaya, dan terkadang juga mengalami hambatan dalam berbahasa. Hal-hal ini membuat proses mengenalkan agama perlu pendekatan yang berbeda. 👉Lingkungan yang ramai atau bising sering kali membuat anak cemas. Dalam kondisi seperti itu, mereka sulit berkonsentrasi pada kegiatan keagamaan. Karena itu, penting menyediakan suasana yang tenang dan ramah bagi kebutuhan sensorik mereka. 👉 Salah satu cara yang bisa membantu adalah focusing. Teknik ini mengajak anak lebih sadar pada tubuhnya, sehingga mereka bisa perlahan mengenali perasaan yang ada di dalam diri. 👉Di TML, kami menggunakan Terapi Alam. Anak-anak diajak belajar di ruang terbuka yang tenang, jauh dari hiruk pikuk kota. Di alam, konsep yang abstrak seperti Agama bisa diperkenalkan melalui pengalaman nyata: misalnya lewat suara air, sinar matahari, atau sentuhan tanah. Seperti ditekankan oleh Swanson, pembelajaran iman untuk anak autistik sebaiknya berbasis pengalaman. Dukungan transaksional juga penting: gunakan bahasa sederhana, ekspresi emosi yang jelas, gaya komunikasi yang hangat, serta bantuan visual untuk memudahkan pemahaman. 👉 Dengan adaptasi metode focusing Gendlin, anak bisa belajar menamai pengalaman tubuhnya: misalnya rasa tenang, hangat, atau nyaman, dan menjadikannya bagian dari pengalaman keimanan. Jadi.. mengajarkan iman dan keagamaan pada anak autistik adalah seni. Tapi kita bisa mulai dari satu hal sederhana: belajar hakikat ketenangan. 📚Swanson, S. (2010). Experiential Religion: A Faith Formation Process for Children with Autism. Journal of Religion, Disability & Health, 14(3), 238–255. https://doi.org/10.1080/15228961003622393

About