@xxgirls02: tag orangnya/inisiallnya aja ya

kosong
kosong
Open In TikTok:
Region: ID
Friday 12 September 2025 10:55:44 GMT
479148
69094
967
3910

Music

Download

Comments

uswtnndhra_
˙ :
kapan yaa kamu balik??? ☹️🤍
2025-09-15 11:51:30
501
aaabc1102
zzx :
GALAU KARENA CINTA ❌ GALAU KARENA MASA DEPAN ✔
2025-09-15 23:53:02
332
boas4415
boas :
ijin tag
2025-09-16 18:05:16
1
aismanis8
A R I F F :
izin tag ya
2025-09-15 15:25:39
2
kecukss_zry
ファリ :
izin tag
2025-09-16 17:27:18
0
ardiansyah_951
ᴀʀᴅɪᴀɴꜱʏᴀʜㅤ友々 :
izin taq disini
2025-09-16 05:39:21
3
sell.dutt
cewenya apinn🤍 :
aku udaa balikan niiii udh mau 2 bulannn dri hubungan 1thn 1 bulan kalian kapannn🤭
2025-09-16 08:36:48
7
caca_viral_5menit
—Caca4Ever. :
dia rela meninggalllkan diriku demi perempuan yg dia temui saat main malam☹️☹
2025-09-15 10:35:26
50
queen_0f_justice
raaaaaa :
⦸ 𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘭𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯
2025-09-16 04:46:29
7
muhammad.nur9410
nrmhmmd10 :
yaallah aku hanya ingin pindah ke pesantren karna aku terlalu jauh dari mu😌
2025-09-16 15:45:38
1
sweetly_ndaa3
sweetly_ndaa🐊 :
F🫠
2025-09-15 12:14:10
24
peldi883
peldi98 :
ijin tag
2025-09-16 18:02:18
0
nadyafgwlndri
n :
karna faktanya seberapapun lukanya obatnya tetap yg membuat luka.
2025-09-15 10:53:48
84
citracorazon27
Rchyn :
izin tag
2025-09-16 15:13:29
0
fanss.faye.malisorn
พ.ฟอยเอะ อนค ยเอำะ :
tag di bwh
2025-09-16 14:15:52
0
ni15mo0tt
ni1ssyuu_a4nn🦋 :
zin tagg
2025-09-16 12:49:23
0
pinkiepie6_9
naa⑅ :
boleh tag kan...
2025-09-16 00:11:40
2
_.amaniasri_
amani❤️ :
boleh tag ke
2025-09-15 18:18:17
3
akubila_r
b :
.mengalah demi orang yang dia incar.
2025-09-16 10:08:22
24
cbsdani
dan aje :
aku mencintainya namun dia mencintai pilihannya 😔
2025-09-16 10:37:21
15
oh8106
oh :
dia tega yaa nge blok gw🙂
2025-09-16 13:49:03
1
cen123450
SadVibes🤡 :
ijin tag
2025-09-16 14:02:03
3
rahmasukasusu
🦋🎇 :
S
2025-09-16 02:58:17
2
verotii
neng ra :
d
2025-09-16 09:41:33
3
To see more videos from user @xxgirls02, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Pov: Jay belum pernah seperti ini. Dingin, tertutup, bahkan dalam urusan cinta—dia tidak pernah peduli. Tapi sejak malam itu, sejak tubuhmu menyentuhnya, sejak matamu yang gemetar menatapnya dalam kamar gelap itu… kamu menetap di pikirannya. Menyeretnya ke dalam obsesi yang tak bisa dia kendalikan. Dan sekarang, setiap langkahmu di kantor seperti menarik matanya tanpa izin. Setiap kamu tersenyum sopan, setiap kamu mengikat rambutmu naik, bahkan saat kamu fokus membaca laporan pun... kamu menggoda. Tanpa sadar. Tanpa niat. Tapi sangat, sangat berhasil. Jay tahu kamu mencoba menjaga jarak. Tapi itu justru membuatnya lebih ingin menghancurkan batas itu sendiri. Hari itu jam makan siang. Kantor mulai sepi. Sebagian besar karyawan turun ke kafe belakang gedung, beberapa ke pantry buat ngopi. Kamu memilih ke pantry kecil di dekat ruangan meeting. Cuma buat seduh kopi sachet—penghilang kantuk sebelum lanjut kerja. Kamu berdiri membelakangi pintu pantry, menuang air panas ke dalam cangkir. Sambil mengaduk pelan, kamu menghembuskan napas panjang. Tapi tiba-tiba... Seseorang berdiri di belakangmu. Terlalu dekat. Dan sebelum kamu bisa menoleh, tangan hangat itu melingkar ke pinggangmu dari belakang. Lengan kekar yang langsung kamu kenali. Dada bidangnya menempel ke punggungmu. “Saya udah cukup sabar, Y/N,” bisiknya, suara itu berat dan rendah, tepat di telingamu. Kamu membeku. “Kamu… Pak—” “Jay,” potongnya cepat. “Sebut nama itu. Jangan pura-pura kamu nggak ingat bagaimana saya menyentuhmu malam itu.” Kamu menunduk, tanganmu masih memegang sendok. Tapi kau tak sanggup bergerak. “Aku... aku cuma magang di sini,” suaramu gemetar. Jay mencium pelan di bawah telingamu. “Dan kamu gadis, ralat maksudnya wanita yang berhasil menggoda pria dingin seperti saya untuk pertama kalinya,” katanya. Kamu hampir meletakkan cangkirmu, tapi tangannya makin mengerat di pinggangmu. “Pak jay, kita di kantor…” “Kalau kamu takut ketahuan, kenapa jantungmu berdetak secepat ini?” bisiknya dengan nada menggoda. “Kamu menikmatinya.” Kamu menahan napas. Wajahmu panas. Jay melepas pelukannya perlahan, tapi sebelum pergi, dia menunduk ke telingamu lagi. “Sore nanti, ada meeting divisi. Duduk di samping saya.” Lalu dia pergi. Begitu saja. Meninggalkanmu berdiri dengan napas tak beraturan dan kopi yang sudah mendingin di tangan. Sepanjang siang itu kamu nggak bisa tenang. Wajah Jay terus muncul di kepalamu. Tatapannya. Suaranya. Sentuhannya. Kamu tahu kamu harus menjaga profesionalisme… tapi bagaimana kalau hatimu justru mulai goyah? Dan Jay? Dia duduk di ruangannya, mengetuk-ngetuk meja sambil memikirkan Yn, wanita itu, Jay terpejam, dan berkata dalam hatinya, dia berhasil membuat saya terus memikirkan, cara dia tersenyum, bicara, bibirnya oh damn, saya menyukai. Matanya tajam. Tapi bibirnya tersenyum tipis. “saya akan dapatkan kamu, Y/N. Mau kamu lawan atau tidak.” Sore itu kamu duduk gelisah di meja rapat besar lantai 15. Di ruangan yang biasanya terasa terlalu dingin karena AC, kali ini tubuhmu malah terasa panas. Gerah. Berkeringat dingin. Kamu duduk di sisi kanan meja, sesuai arahan atasanmu. Tapi tak lama kemudian, Jay masuk dengan langkah santai. Semua karyawan langsung berdiri menyambut, menunduk sopan. “Silakan duduk,” ucap Jay tenang, membuka kancing jasnya lalu duduk… Tepat di sebelahmu. Jantungmu langsung tak karuan. Kamu menunduk, membuka laptop, pura-pura fokus pada catatanmu. Tapi kamu bisa mencium parfumnya lagi. Wangi familiar. Lembut dan tajam—menyerang tiap ruang kosong dalam dirimu. Rapat dimulai. Beberapa kepala divisi bergiliran berbicara. Tapi fokusmu terus kabur. Karena tiba-tiba... Tangan besar itu menyentuh pahamu. Kamu refleks kaget sedikit, tapi Jay hanya duduk santai, wajahnya tenang, seolah sedang mendengarkan dengan serius. Tangannya? Masih di sana. Menempel di atas rok kerjamu. Ibu jarinya mengusap pelan, memutar-mutar di kulitmu seperti menenangkan… atau menggoda. NEXT?💋 #povstories #parkjongseong #enhypen #jay #fypviraltiktok🖤シ゚☆♡ #4youpage #fy #pov #bismillahfypシ #ceritapendek
Pov: Jay belum pernah seperti ini. Dingin, tertutup, bahkan dalam urusan cinta—dia tidak pernah peduli. Tapi sejak malam itu, sejak tubuhmu menyentuhnya, sejak matamu yang gemetar menatapnya dalam kamar gelap itu… kamu menetap di pikirannya. Menyeretnya ke dalam obsesi yang tak bisa dia kendalikan. Dan sekarang, setiap langkahmu di kantor seperti menarik matanya tanpa izin. Setiap kamu tersenyum sopan, setiap kamu mengikat rambutmu naik, bahkan saat kamu fokus membaca laporan pun... kamu menggoda. Tanpa sadar. Tanpa niat. Tapi sangat, sangat berhasil. Jay tahu kamu mencoba menjaga jarak. Tapi itu justru membuatnya lebih ingin menghancurkan batas itu sendiri. Hari itu jam makan siang. Kantor mulai sepi. Sebagian besar karyawan turun ke kafe belakang gedung, beberapa ke pantry buat ngopi. Kamu memilih ke pantry kecil di dekat ruangan meeting. Cuma buat seduh kopi sachet—penghilang kantuk sebelum lanjut kerja. Kamu berdiri membelakangi pintu pantry, menuang air panas ke dalam cangkir. Sambil mengaduk pelan, kamu menghembuskan napas panjang. Tapi tiba-tiba... Seseorang berdiri di belakangmu. Terlalu dekat. Dan sebelum kamu bisa menoleh, tangan hangat itu melingkar ke pinggangmu dari belakang. Lengan kekar yang langsung kamu kenali. Dada bidangnya menempel ke punggungmu. “Saya udah cukup sabar, Y/N,” bisiknya, suara itu berat dan rendah, tepat di telingamu. Kamu membeku. “Kamu… Pak—” “Jay,” potongnya cepat. “Sebut nama itu. Jangan pura-pura kamu nggak ingat bagaimana saya menyentuhmu malam itu.” Kamu menunduk, tanganmu masih memegang sendok. Tapi kau tak sanggup bergerak. “Aku... aku cuma magang di sini,” suaramu gemetar. Jay mencium pelan di bawah telingamu. “Dan kamu gadis, ralat maksudnya wanita yang berhasil menggoda pria dingin seperti saya untuk pertama kalinya,” katanya. Kamu hampir meletakkan cangkirmu, tapi tangannya makin mengerat di pinggangmu. “Pak jay, kita di kantor…” “Kalau kamu takut ketahuan, kenapa jantungmu berdetak secepat ini?” bisiknya dengan nada menggoda. “Kamu menikmatinya.” Kamu menahan napas. Wajahmu panas. Jay melepas pelukannya perlahan, tapi sebelum pergi, dia menunduk ke telingamu lagi. “Sore nanti, ada meeting divisi. Duduk di samping saya.” Lalu dia pergi. Begitu saja. Meninggalkanmu berdiri dengan napas tak beraturan dan kopi yang sudah mendingin di tangan. Sepanjang siang itu kamu nggak bisa tenang. Wajah Jay terus muncul di kepalamu. Tatapannya. Suaranya. Sentuhannya. Kamu tahu kamu harus menjaga profesionalisme… tapi bagaimana kalau hatimu justru mulai goyah? Dan Jay? Dia duduk di ruangannya, mengetuk-ngetuk meja sambil memikirkan Yn, wanita itu, Jay terpejam, dan berkata dalam hatinya, dia berhasil membuat saya terus memikirkan, cara dia tersenyum, bicara, bibirnya oh damn, saya menyukai. Matanya tajam. Tapi bibirnya tersenyum tipis. “saya akan dapatkan kamu, Y/N. Mau kamu lawan atau tidak.” Sore itu kamu duduk gelisah di meja rapat besar lantai 15. Di ruangan yang biasanya terasa terlalu dingin karena AC, kali ini tubuhmu malah terasa panas. Gerah. Berkeringat dingin. Kamu duduk di sisi kanan meja, sesuai arahan atasanmu. Tapi tak lama kemudian, Jay masuk dengan langkah santai. Semua karyawan langsung berdiri menyambut, menunduk sopan. “Silakan duduk,” ucap Jay tenang, membuka kancing jasnya lalu duduk… Tepat di sebelahmu. Jantungmu langsung tak karuan. Kamu menunduk, membuka laptop, pura-pura fokus pada catatanmu. Tapi kamu bisa mencium parfumnya lagi. Wangi familiar. Lembut dan tajam—menyerang tiap ruang kosong dalam dirimu. Rapat dimulai. Beberapa kepala divisi bergiliran berbicara. Tapi fokusmu terus kabur. Karena tiba-tiba... Tangan besar itu menyentuh pahamu. Kamu refleks kaget sedikit, tapi Jay hanya duduk santai, wajahnya tenang, seolah sedang mendengarkan dengan serius. Tangannya? Masih di sana. Menempel di atas rok kerjamu. Ibu jarinya mengusap pelan, memutar-mutar di kulitmu seperti menenangkan… atau menggoda. NEXT?💋 #povstories #parkjongseong #enhypen #jay #fypviraltiktok🖤シ゚☆♡ #4youpage #fy #pov #bismillahfypシ #ceritapendek

About