@el_faqih165: Namanya Arif Rahman, seorang pendekar alim yang dikenal di kotanya. Ia bukan hanya menguasai ilmu bela diri tradisi gurunya, tapi juga mendalami pengobatan herbal dan ilmu pernapasan. Banyak orang yang datang kepadanya: ada yang sakit fisik, ada pula yang sakit batin. Dengan sabar, Arif selalu menolong, sambil mengingatkan, > “Sembuhnya bukan dari saya, tapi dari Allah SWT. Saya hanya perantara.” Di balik tubuhnya yang kokoh dan jurus-jurus silatnya yang tajam, Arif adalah seorang ahli dzikir. Setiap malam ia bermeditasi dalam sujud panjang, menahan kantuk hingga tubuhnya serasa ringan. Banyak anak muda menaruh hormat padanya, karena ia tidak hanya mengajarkan jurus, tapi juga mengajarkan akhlak dan doa. Namun, zaman modern penuh jebakan. Media sosial mulai meliput tentang “Pendekar Arif” yang bisa menyembuhkan dengan sekali tepuk, atau meredam kerusuhan hanya dengan tatapan. Videonya viral, jumlah pengikutnya bertambah ribuan. Santri-santri muda yang dulu belajar diam-diam, kini mengangkat kameranya setiap kali latihan. Arif awalnya tidak peduli. Tapi lama-kelamaan, hatinya mulai goyah. Komentar orang-orang membuat dadanya membuncah: “Kiai Arif lebih hebat daripada pendekar manapun.” Ada pula yang menulis: “Ilmunya sudah setingkat wali.” Suatu malam, ketika selesai dzikir, ia merasakan getaran aneh. Ada bisikan lembut masuk ke hatinya: > “Engkau sudah kuat, engkau sudah suci. Masyarakat mencintaimu. Denganmu, dunia bisa berubah cepat…” Arif terperangah. Ia segera sadar: itu bukan bisikan malaikat, tapi ujian halus dari syetan. Ia sadar, bukan hanya pedang yang bisa melukai, pujian pun bisa menjadi racun. Keesokan harinya, datanglah seorang anak kecil menangis membawa ibunya yang sakit. Arif mengobati dengan doa dan ramuan sederhana. Ibu itu perlahan sembuh, dan keluarganya bersujud di kakinya. Arif berdiri kaku, air matanya jatuh. “Jangan sujud padaku,” ucapnya dengan suara bergetar, “sujudlah hanya pada Allah. Kalau aku menolong, itu karena Dia mengizinkan. Jangan sekali-kali mengangkatku di atas-Nya.” Hari itu, Arif berikrar: ia akan tetap menolong masyarakat, tapi ia akan menjaga hatinya lebih keras daripada menjaga jurus silatnya. Karena ia tahu, meski dzikirnya kuat, meditasinya kokoh, tubuhnya tangguh—ia tetap rentan terjerumus jika lupa bahwa semua berasal dari Allah SWT. Dan begitulah, di tengah hiruk pikuk dunia modern, Arif melanjutkan perjuangannya: menolong dengan tangan, menyembuhkan dengan ilmu, membela dengan jurus, namun hatinya tetap tunduk pada Yang Maha Esa. Semangatnya membara bukan karena pujian manusia, melainkan karena cinta kepada Allah yang tak pernah padam.
Nanda Faqih Jien Soe
Region: ID
Friday 12 September 2025 20:09:21 GMT
Music
Download
Comments
Jeka Junior :
ijin post Mas Faqih🙏
2025-09-12 20:47:11
2
Putra Pasker Pasker :
amin🙏
2025-09-14 09:35:37
1
D’COSTA30 :
🙏Amin jien sho
2025-09-13 11:08:09
1
🔥R,68🔥 :
aminnnn 🙏🏻😥
2025-09-16 01:36:15
0
aland screaming factor :
.masuk gans
2025-09-13 17:51:04
1
kera gaul 127👊✋ :
amin
2025-09-15 14:02:14
0
Hamba ALLOH... :
🥰🥰🥰
2025-09-14 09:10:10
1
Anu Ack :
🙏🙏🙏
2025-09-13 12:00:41
1
BLUG WIJOYO :
🙌🙌🙌
2025-09-15 13:59:56
0
To see more videos from user @el_faqih165, please go to the Tikwm
homepage.