@the.real.mswenkowneitor: #shox #fyp #lekompo #lekompo #shebeshxt❤️🔥😭 #nike #shebeshxt

The real mswenkowneitor🇿🇦
The real mswenkowneitor🇿🇦
Open In TikTok:
Region: ZA
Wednesday 24 September 2025 15:58:26 GMT
1522
180
0
0

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @the.real.mswenkowneitor, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Do Karim dengan nama aslinya Abdul Karim, satu diantara sejumlah sastrawan yang mengambil peran perlawanan terhadap kolonial Belanda melalui jalur sastra, Khususnya Hikayat Perang yang bertujuan untuk memompa semangat para pejuang Acheh di medan juang.  Abdul Karim berasal dari Keutapang II, Mukim VI, Sagie XXV Mukim, Acheh Besar. Tidak diketahui tahun kelahiran Do Karim. Menurut Ali Hasjmy, Do Karim dilahirkan sebelum Perang Aceh (1873) dan meninggal sebelum 1903.  Do Karim adalah sosok pejuang Acheh yang memilih jalur sastra hikayat yang sesuai dengan jiwa zamannya, dimana pada saat itu salah satu kesenian yang sangat digemari masyarakat adalah menonton pagelaran hikayat di berbagai daerah yang ditampilkan oleh figur-figur yang melegenda, sekelas Teungku Chik Pante Kulu, dan sebagainya.  Do Karim adalah seorang sastrawan  Acheh yang fundamental, karena banyak mengarang hikayat-hikayat dan syair.  Beliau juga dikenal sebagai sosok yang multidimensional, dalam artian dia sebagai anak manusia serba bisa.  Do Karim sangat ahli dan mahir dalam berpidato dan pengetahuannya yang luas tentang bahasa daerah dalam bentuk prosa, puisi, dan pantun. Oleh karena itu, sisi yang unik dari kesastrawanan beliau adalah dia mampu menyampaikan pesan-pesan moral dalam bahasa yang komunikatif dengan masyarakat Acheh, yaitu lewat bahasa sastra, berupa syair dan hikayat.  Kecintaan Do Karim terhadap tanah Acheh dan Islam demikian besar. Salah satu hikayatnya yang sarat dengabn pesan-pesan moral adalah hikayat yang berjudul “Prang Kompeuni”.  Hikayat Prang Kompeuni—mengandung beberapa latar belakang. diawali dengan cerita tentang Acheh sebelum perang yang kaya raya, makmur, dan diperintah oleh raja yang adil. Acheh sebuah negeri yang kaya rempah-rempah seperti lada, cengkeh, kemiri, kapur barus, kemenyan,yang harganya sangat mahal di Eropa. Ia juga menceritakan rapat-rapat di Den Haag, yang menyusun rencana penyerangan terhadap Acheh. Dalam hikayat Prang Gompeuni juga dikisahkan kekejaman Belanda yang membunuh rakyat Acheh dengan sangat keji.  Penjajah membakar perkampungan, menjarah isi rumah, dan menghancurkan sumber-sumber pangan rakyat. Pun demikian, Rakyat Acheh tidak gentar. Wanita-wanita Acheh melawan Belanda. Menghina tentara Belanda dengan cara meludahi mereka dengan air kunyahan sirih. Rakyat melarikan diri ke gunung-gunung, bercerai-berai dengan sanak saudara. Rakyat yang tidak lari, diawasi secara ketat oleh marsose. Mereka diperiksa tatkala masuk dan keluar kampung.  Setiap warga harus menyertai diri dengan surat keterangan, dan tidak diperkenankan membeli barang dalam jumlah banyak. #atjeh #sejarahaceh #dokarim#sastraaceh #hikayataceh
Do Karim dengan nama aslinya Abdul Karim, satu diantara sejumlah sastrawan yang mengambil peran perlawanan terhadap kolonial Belanda melalui jalur sastra, Khususnya Hikayat Perang yang bertujuan untuk memompa semangat para pejuang Acheh di medan juang. Abdul Karim berasal dari Keutapang II, Mukim VI, Sagie XXV Mukim, Acheh Besar. Tidak diketahui tahun kelahiran Do Karim. Menurut Ali Hasjmy, Do Karim dilahirkan sebelum Perang Aceh (1873) dan meninggal sebelum 1903. Do Karim adalah sosok pejuang Acheh yang memilih jalur sastra hikayat yang sesuai dengan jiwa zamannya, dimana pada saat itu salah satu kesenian yang sangat digemari masyarakat adalah menonton pagelaran hikayat di berbagai daerah yang ditampilkan oleh figur-figur yang melegenda, sekelas Teungku Chik Pante Kulu, dan sebagainya. Do Karim adalah seorang sastrawan Acheh yang fundamental, karena banyak mengarang hikayat-hikayat dan syair. Beliau juga dikenal sebagai sosok yang multidimensional, dalam artian dia sebagai anak manusia serba bisa. Do Karim sangat ahli dan mahir dalam berpidato dan pengetahuannya yang luas tentang bahasa daerah dalam bentuk prosa, puisi, dan pantun. Oleh karena itu, sisi yang unik dari kesastrawanan beliau adalah dia mampu menyampaikan pesan-pesan moral dalam bahasa yang komunikatif dengan masyarakat Acheh, yaitu lewat bahasa sastra, berupa syair dan hikayat. Kecintaan Do Karim terhadap tanah Acheh dan Islam demikian besar. Salah satu hikayatnya yang sarat dengabn pesan-pesan moral adalah hikayat yang berjudul “Prang Kompeuni”. Hikayat Prang Kompeuni—mengandung beberapa latar belakang. diawali dengan cerita tentang Acheh sebelum perang yang kaya raya, makmur, dan diperintah oleh raja yang adil. Acheh sebuah negeri yang kaya rempah-rempah seperti lada, cengkeh, kemiri, kapur barus, kemenyan,yang harganya sangat mahal di Eropa. Ia juga menceritakan rapat-rapat di Den Haag, yang menyusun rencana penyerangan terhadap Acheh. Dalam hikayat Prang Gompeuni juga dikisahkan kekejaman Belanda yang membunuh rakyat Acheh dengan sangat keji. Penjajah membakar perkampungan, menjarah isi rumah, dan menghancurkan sumber-sumber pangan rakyat. Pun demikian, Rakyat Acheh tidak gentar. Wanita-wanita Acheh melawan Belanda. Menghina tentara Belanda dengan cara meludahi mereka dengan air kunyahan sirih. Rakyat melarikan diri ke gunung-gunung, bercerai-berai dengan sanak saudara. Rakyat yang tidak lari, diawasi secara ketat oleh marsose. Mereka diperiksa tatkala masuk dan keluar kampung. Setiap warga harus menyertai diri dengan surat keterangan, dan tidak diperkenankan membeli barang dalam jumlah banyak. #atjeh #sejarahaceh #dokarim#sastraaceh #hikayataceh

About