Language
English
عربي
Tiếng Việt
русский
français
español
日本語
한글
Deutsch
हिन्दी
简体中文
繁體中文
Home
How To Use
Language
English
عربي
Tiếng Việt
русский
français
español
日本語
한글
Deutsch
हिन्दी
简体中文
繁體中文
Home
Detail
@kieudiemxt: 🤫🤫🤫#motmilot #xhtiktok #trend #xuhuong
motmilot__
Open In TikTok:
Region: VN
Tuesday 30 September 2025 13:22:06 GMT
9045
615
4
39
Music
Download
No Watermark .mp4 (
3.41MB
)
No Watermark(HD) .mp4 (
3.41MB
)
Watermark .mp4 (
3.71MB
)
Music .mp3
Comments
Anh Tứn :
mlem mlem quá
2025-10-01 05:56:45
0
Suneo mỏ nhọn :
Người xinh như này có thật àaa 😳
2025-10-01 03:09:12
0
zai đẹp bị điên :
sớm aaa
2025-09-30 13:28:18
0
NgMInh Thành :
🥰🥰🥰
2025-10-01 00:16:48
0
Minh Chelsea142 :
❤❤❤
2025-09-30 13:28:04
0
To see more videos from user @kieudiemxt, please go to the Tikwm homepage.
Other Videos
o Saulo tem tanta paciência com a Açucena ☝🏻 #saulo #vladimirputin #acucena #engracado #fyp @Açucena Guirra
Intelijen negara, media, dan influencer berhasil membuat rakyat takut dengan isu darurat militer. Pertanyaan pentingnya, bagaimana rakyat bisa menegakkan kedaulatan, jika sekadar isu saja sudah cukup untuk membungkam keberanian? Sejarah memberi kita pola yang sama. Kekuasaan tidak hanya bertahan lewat senjata, tapi juga lewat imajinasi. Negara modern bekerja bukan hanya dengan polisi dan tentara, tapi dengan apa yang Antonio Gramsci sebut hegemoni kultural yaitu kemampuan mencetak cara berpikir publik agar ketundukan terasa alami (Gramsci, 1971). Intelijen adalah aktor utama dalam permainan ini. Tugas mereka tidak sekadar mengumpulkan informasi, tapi mengarahkan persepsi. Pertama, mereka identifikasi titik lemah publik yaitu rasa takut pada kekacauan dan militer. Kedua, mereka menyusupkan narasi ke media, agar ‘darurat militer’ terdengar sebagai solusi yang akan dilakukan pemerintah dan jika terjadi maka rakyat akan kalah. Ketiga, mereka menggunakan influencer sebagai amplifier; di era digital, figur populer sering lebih dipercaya dibanding pejabat resmi (Tufekci, 2017). Dalam psikologi politik, ini disebut penciptaan persetujuan lewat rekayasa informasi atau bahasa lainnya adalah manufacturing consent (Herman & Chomsky, 1988). Rakyat akhirnya tidak merasa dipaksa, mereka merasa ‘memilih sendiri’ untuk tunduk. Masalahnya, jika sekadar kata ‘darurat militer’ sudah cukup untuk melumpuhkan protes, maka kedaulatan rakyat hanya hidup di atas kertas. Demokrasi menjadi ritual kosong. Rakyat memilih setiap lima tahun, tapi ketakutan sehari-hari membuat mereka tidak pernah benar-benar berdaulat. Carl Schmitt pernah menulis, penguasa sejati adalah dia yang bisa menentukan keadaan darurat (Schmitt, 1922). Dengan kata lain, kedaulatan rakyat akan selalu rapuh selama definisi ancaman tidak ditentukan oleh rakyat sendiri, tetapi oleh intelijen, media, dan influencer yang bekerja untuk kekuasaan. Inilah paradoks demokrasi modern, kita berbicara tentang rakyat sebagai pemegang kedaulatan, tetapi dalam praktiknya, ketakutan yang diproduksi secara sistematis membuat rakyat enggan menggunakan hak berdaulatnya. Selama ketakutan lebih kuat daripada keberanian, demokrasi hanya akan menjadi bayangan dari dirinya sendiri. Referensi 1. Gramsci, A. (1971). Selections from the Prison Notebooks. International Publishers. 2. Herman, E.S., & Chomsky, N. (1988). Manufacturing Consent: The Political Economy of the Mass Media. Pantheon Books. 3. Schmitt, C. (1922). Political Theology: Four Chapters on the Concept of Sovereignty. Duncker & Humblot. 4. Tufekci, Z. (2017). Twitter and Tear Gas: The Power and Fragility of Networked Protest. Yale University Press.
Los estoy subiendo en orden 🤓 #astrologia #astrology #signszodiac #signoszodiacales #lunaenleo #leo #moon #luna #zodiachouse
We are all obsessed! So precious and realistic looking. Thank you so much @ChongkerUS! You made our day. 🥰😍😊 #chongkercat #chongkerbackpack #chongkerplush
Thích kiểu này í #met53
About
Robot
Legal
Privacy Policy