@saputri.wahyu:

Saputri Wahyu
Saputri Wahyu
Open In TikTok:
Region: ID
Wednesday 01 October 2025 14:01:04 GMT
31
6
0
1

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @saputri.wahyu, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV | Hari itu sama seperti biasanya. Kamu duduk di kelas, sibuk dengan catatanmu, kadang bercanda kecil dengan teman sebangku. Dan di sudut ruangan, seorang pria bernama Jungwon hanya diam memperhatikan. Dia tidak pernah ikut bercanda, tidak pernah mencoba mengobrol dengan siapapun. Tapi ada satu hal yang tidak disadari siapa pun: matanya selalu mengikutimu.  Setiap gerakmu—dari ketika kamu masuk kelas, menaruh tas di kursi, hingga sekadar memutar pulpen di jari—selalu jadi pusat perhatiannya. Kamu tidak pernah menoleh. Atau lebih tepatnya, kamu memilih untuk mengabaikannya. Bagimu, Jungwon hanyalah bayangan di sudut kelas. Tidak penting, tidak menonjol. ----- Bel pulang sekolah berbunyi. Kamu langsung berkemas, berjalan keluar bersama teman-teman. Jungwon hanya menunduk, memasukkan buku ke tasnya, seolah tak ada yang menarik. Tapi dalam hatinya, ia menyimpan sesuatu yang berbeda. Sore itu, Jungwon sampai di rumah. Rumahnya sepi, tenang, nyaris hampa suara. Ia meletakkan tas di sofa, melepas seragam dengan santai. Dari luar, ia terlihat seperti anak laki-laki normal, pendiam, tidak mencolok. Tapi kemudian, langkahnya berhenti di depan sebuah pintu. Pintu itu berbeda—terkunci rapat, gemboknya berat. Ia mengeluarkan kunci kecil dari saku, memutarnya perlahan, dan membuka pintu itu. Ruangan gelap. Hanya ada deru mesin pendingin, lalu… puluhan layar menyala bersamaan. Cahaya putih dari monitor menerangi wajahnya. Dan di layar-layar itu—semua hanya menampilkan satu hal: dirimu. Ada rekaman CCTV dari berbagai sudut: halaman sekolah, koridor, bahkan di sekitar rumahmu. Ada foto-foto yang tertempel di dinding, sebagian besar candid—saat kamu tertawa, saat kamu menyisir rambut, bahkan saat kamu termenung sendirian. Jungwon berdiri di tengah ruangan, matanya menatap layar utama yang menampilkan wajahmu paling jelas. Perlahan, bibirnya melengkung membentuk senyum lebar. “Cantik banget hari ini, sayang…” bisiknya. Suaranya lirih, hampir seperti doa, tapi ada ketegangan menyeramkan di baliknya. Ia berjalan mendekat ke layar, jari-jarinya menyentuh kaca monitor, seolah bisa menyentuh pipimu lewat sana. “Aku suka banget senyummu tadi… waktu kamu ngobrol sama temanmu. Tapi aku nggak suka kalau kamu senyum ke orang lain. Senyummu cuma buat aku, kan?” Matanya berkilat. Senyum itu semakin melebar. “Aku janji, suatu hari kamu bakal ngerti… kamu tuh punyaku. Dari dulu, sekarang, sampai nanti.” Dan di ruangan itu, hanya ada suara mesin dan ocehan Jungwon yang terdengar seperti campuran antara cinta, doa, dan ancaman. ----- Keesokan harinya di sekolah, guru mengumumkan tugas kelompok besar. Nama-nama dipanggil, dan tanpa diduga, kamu serta Jungwon berada di kelompok yang sama, bersama beberapa murid lain. Kamu hanya mengangguk kecil, sementara Jungwon—meski wajahnya tetap datar—di dalam hatinya bergolak. Ini kesempatan. Akhirnya, dia bisa duduk lebih dekat, bicara langsung, tanpa terlihat aneh. Kalian memutuskan bertemu di perpustakaan sepulang sekolah. Awalnya suasana canggung. Beberapa temanmu mulai membuka pembicaraan agar lebih akrab. “Eh, biar nggak kaku, coba kita ceritain hobi masing-masing aja, gimana?” Satu per satu mulai bercerita: ada yang suka main game, ada yang suka menulis, ada yang suka melukis. Sampai giliran Jungwon. Dia menunduk sebentar, jemarinya meremas ujung buku. Dengan suara rendah ia berkata, “Aku… suka bernyanyi.” Semua orang hanya mengangguk biasa, tapi kamu tiba-tiba menoleh. Dengan senyum polos, kamu berkata, “Aku tau.” Sekejap, ruangan jadi hening. Tatapan Jungwon langsung terkunci padamu. Matanya melebar samar, seperti tak percaya apa yang baru kamu katakan. “Eh? Dari mana kamu tau?” salah satu temanmu bertanya heran. Kamu hanya tersenyum samar, mengangkat bahu seolah hal itu bukan masalah besar. “Aku cuma tau aja.” Yang lain menertawakan jawabanmu, menganggapnya bercanda. Tapi Jungwon tidak bisa tertawa. Dalam kepalanya, kalimat itu bergaung—menghantui. Bagaimana kamu bisa tau? Dari mana? [lanjut dikomen>>] #jungwon #enhypen #pov #foryou #fyp
POV | Hari itu sama seperti biasanya. Kamu duduk di kelas, sibuk dengan catatanmu, kadang bercanda kecil dengan teman sebangku. Dan di sudut ruangan, seorang pria bernama Jungwon hanya diam memperhatikan. Dia tidak pernah ikut bercanda, tidak pernah mencoba mengobrol dengan siapapun. Tapi ada satu hal yang tidak disadari siapa pun: matanya selalu mengikutimu. Setiap gerakmu—dari ketika kamu masuk kelas, menaruh tas di kursi, hingga sekadar memutar pulpen di jari—selalu jadi pusat perhatiannya. Kamu tidak pernah menoleh. Atau lebih tepatnya, kamu memilih untuk mengabaikannya. Bagimu, Jungwon hanyalah bayangan di sudut kelas. Tidak penting, tidak menonjol. ----- Bel pulang sekolah berbunyi. Kamu langsung berkemas, berjalan keluar bersama teman-teman. Jungwon hanya menunduk, memasukkan buku ke tasnya, seolah tak ada yang menarik. Tapi dalam hatinya, ia menyimpan sesuatu yang berbeda. Sore itu, Jungwon sampai di rumah. Rumahnya sepi, tenang, nyaris hampa suara. Ia meletakkan tas di sofa, melepas seragam dengan santai. Dari luar, ia terlihat seperti anak laki-laki normal, pendiam, tidak mencolok. Tapi kemudian, langkahnya berhenti di depan sebuah pintu. Pintu itu berbeda—terkunci rapat, gemboknya berat. Ia mengeluarkan kunci kecil dari saku, memutarnya perlahan, dan membuka pintu itu. Ruangan gelap. Hanya ada deru mesin pendingin, lalu… puluhan layar menyala bersamaan. Cahaya putih dari monitor menerangi wajahnya. Dan di layar-layar itu—semua hanya menampilkan satu hal: dirimu. Ada rekaman CCTV dari berbagai sudut: halaman sekolah, koridor, bahkan di sekitar rumahmu. Ada foto-foto yang tertempel di dinding, sebagian besar candid—saat kamu tertawa, saat kamu menyisir rambut, bahkan saat kamu termenung sendirian. Jungwon berdiri di tengah ruangan, matanya menatap layar utama yang menampilkan wajahmu paling jelas. Perlahan, bibirnya melengkung membentuk senyum lebar. “Cantik banget hari ini, sayang…” bisiknya. Suaranya lirih, hampir seperti doa, tapi ada ketegangan menyeramkan di baliknya. Ia berjalan mendekat ke layar, jari-jarinya menyentuh kaca monitor, seolah bisa menyentuh pipimu lewat sana. “Aku suka banget senyummu tadi… waktu kamu ngobrol sama temanmu. Tapi aku nggak suka kalau kamu senyum ke orang lain. Senyummu cuma buat aku, kan?” Matanya berkilat. Senyum itu semakin melebar. “Aku janji, suatu hari kamu bakal ngerti… kamu tuh punyaku. Dari dulu, sekarang, sampai nanti.” Dan di ruangan itu, hanya ada suara mesin dan ocehan Jungwon yang terdengar seperti campuran antara cinta, doa, dan ancaman. ----- Keesokan harinya di sekolah, guru mengumumkan tugas kelompok besar. Nama-nama dipanggil, dan tanpa diduga, kamu serta Jungwon berada di kelompok yang sama, bersama beberapa murid lain. Kamu hanya mengangguk kecil, sementara Jungwon—meski wajahnya tetap datar—di dalam hatinya bergolak. Ini kesempatan. Akhirnya, dia bisa duduk lebih dekat, bicara langsung, tanpa terlihat aneh. Kalian memutuskan bertemu di perpustakaan sepulang sekolah. Awalnya suasana canggung. Beberapa temanmu mulai membuka pembicaraan agar lebih akrab. “Eh, biar nggak kaku, coba kita ceritain hobi masing-masing aja, gimana?” Satu per satu mulai bercerita: ada yang suka main game, ada yang suka menulis, ada yang suka melukis. Sampai giliran Jungwon. Dia menunduk sebentar, jemarinya meremas ujung buku. Dengan suara rendah ia berkata, “Aku… suka bernyanyi.” Semua orang hanya mengangguk biasa, tapi kamu tiba-tiba menoleh. Dengan senyum polos, kamu berkata, “Aku tau.” Sekejap, ruangan jadi hening. Tatapan Jungwon langsung terkunci padamu. Matanya melebar samar, seperti tak percaya apa yang baru kamu katakan. “Eh? Dari mana kamu tau?” salah satu temanmu bertanya heran. Kamu hanya tersenyum samar, mengangkat bahu seolah hal itu bukan masalah besar. “Aku cuma tau aja.” Yang lain menertawakan jawabanmu, menganggapnya bercanda. Tapi Jungwon tidak bisa tertawa. Dalam kepalanya, kalimat itu bergaung—menghantui. Bagaimana kamu bisa tau? Dari mana? [lanjut dikomen>>] #jungwon #enhypen #pov #foryou #fyp

About