@trinityellen.xo: late birthday post 🥳🤪 #21 #21stbirthday

Trinity LaFountain
Trinity LaFountain
Open In TikTok:
Region: US
Tuesday 22 July 2025 02:08:54 GMT
749
192
2
0

Music

Download

Comments

neivedraves
Neive Draves :
you're so pretty 💓💓💓
2025-07-25 18:21:23
0
fatima_bjj
fatima <3 :
Happy birthdayyy!!
2025-07-22 04:07:09
0
To see more videos from user @trinityellen.xo, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Aku menyebut namamu dalam setiap hisapan—bukan sebagai zikir yang menenteramkan, melainkan sebagai residu dari cinta yang terbakar, menjelma asap dan melayang tanpa alamat pulang. Sebatang rokok di tanganku tak lagi sekadar candu, ia adalah mantra tembakau, ritual harian untuk merawat absensimu yang tak mau mati. Nikotin adalah bahasa tubuh yang gagal bicara: ia merambati paru-paruku bukan untuk hidup, tetapi untuk menyampaikan kabar duka yang tak sanggup kuucapkan lewat suara. Sementara kopi… di cangkir yang tak lagi mengepul itu, aromanya adalah sugesti waktu yang beku, dan setiap teguknya adalah konsonan getir dari sebuah surat cinta yang tak sempat kutulis. Kafein di nadiku tak membuatku terjaga dari mimpi buruk, justru menancapkan ingatan akan percakapan-percakapan yang tak selesai, di antara denting sendok dan kepulan kopi hitam yang tak pernah benar-benar kita bagi sampai habis. Aku duduk di meja kayu tua yang permukaannya masih menyimpan bekas sidik jarimu—sidik jari seorang pengkhianat yang pernah bersumpah tak akan pergi, namun pulang kepada orang lain dengan tubuh utuh, meninggalkanku sebagai serbuk ampas yang bahkan enggan kau bersihkan dari dasar cangkir. Asbakku kini menyerupai museum kecil: berisi artefak luka, sisa-sisa perjanjian yang kau tinggalkan dalam bentuk puntung dan abu. Setiap abu yang jatuh adalah pengakuan: bahwa aku telah menjadi altar bagi segala yang tak selesai, dan tubuhku ini adalah rumah ibadah bagi roh-roh cinta yang mati mendadak. Dan jika cinta itu masih hidup—maka ia kini tinggal di sela-sela gusi yang menghitam, di napas yang sesak oleh rindu yang berkarat, dan di ruang dada yang telah menjadi katedral kenangan, di mana kau masih kukenang, bukan sebagai kekasih, tapi sebagai dewa kecil yang pernah kusembah dan kini kutinggalkan dengan bekas luka di altar.
Aku menyebut namamu dalam setiap hisapan—bukan sebagai zikir yang menenteramkan, melainkan sebagai residu dari cinta yang terbakar, menjelma asap dan melayang tanpa alamat pulang. Sebatang rokok di tanganku tak lagi sekadar candu, ia adalah mantra tembakau, ritual harian untuk merawat absensimu yang tak mau mati. Nikotin adalah bahasa tubuh yang gagal bicara: ia merambati paru-paruku bukan untuk hidup, tetapi untuk menyampaikan kabar duka yang tak sanggup kuucapkan lewat suara. Sementara kopi… di cangkir yang tak lagi mengepul itu, aromanya adalah sugesti waktu yang beku, dan setiap teguknya adalah konsonan getir dari sebuah surat cinta yang tak sempat kutulis. Kafein di nadiku tak membuatku terjaga dari mimpi buruk, justru menancapkan ingatan akan percakapan-percakapan yang tak selesai, di antara denting sendok dan kepulan kopi hitam yang tak pernah benar-benar kita bagi sampai habis. Aku duduk di meja kayu tua yang permukaannya masih menyimpan bekas sidik jarimu—sidik jari seorang pengkhianat yang pernah bersumpah tak akan pergi, namun pulang kepada orang lain dengan tubuh utuh, meninggalkanku sebagai serbuk ampas yang bahkan enggan kau bersihkan dari dasar cangkir. Asbakku kini menyerupai museum kecil: berisi artefak luka, sisa-sisa perjanjian yang kau tinggalkan dalam bentuk puntung dan abu. Setiap abu yang jatuh adalah pengakuan: bahwa aku telah menjadi altar bagi segala yang tak selesai, dan tubuhku ini adalah rumah ibadah bagi roh-roh cinta yang mati mendadak. Dan jika cinta itu masih hidup—maka ia kini tinggal di sela-sela gusi yang menghitam, di napas yang sesak oleh rindu yang berkarat, dan di ruang dada yang telah menjadi katedral kenangan, di mana kau masih kukenang, bukan sebagai kekasih, tapi sebagai dewa kecil yang pernah kusembah dan kini kutinggalkan dengan bekas luka di altar.

About