@iiamsoonie:

iamnydi
iamnydi
Open In TikTok:
Region: US
Sunday 31 August 2025 21:11:14 GMT
146181
50405
96
611

Music

Download

Comments

adymg
adyson :
ur beautiful
2025-09-04 21:24:21
0
2pocketsoframa
rama :
girl u are MESMERIZING WHATTT
2025-08-31 22:52:59
851
kate_kelson
️🎋ate :
ok
2025-09-04 05:02:31
0
summweirdo._
𝔫𝔢𝔳𝔞𝔢𝔥𝔥✞❦ :
2025-09-01 04:51:15
233
igettummyaches
️sophiaa :
but it’s only ok when I ok
2025-09-01 02:12:09
158
yk.nada
. :
2025-09-01 20:24:12
33
zanotanic
zanotanic :
i just know you went thru hell and back
2025-09-03 00:10:54
28
bratzbarbiex0x0
bratzbarbiex0x0 :
What’s that piece between ur eyes it’s so pretty is it a piercing or sum u glued to ur face
2025-09-03 01:17:14
3
zxhii32
WnOfWn :
You’re stunning
2025-08-31 21:14:52
42
miawoodbury5
✨ :
2025-08-31 21:14:26
117
username369373267
• :
Giving prettier princess jasmine
2025-09-01 06:21:46
44
c444mi._
𝓒 :
im actually inlove
2025-09-01 16:42:06
0
blessedbysaraa
𝒮𝒶𝓇𝒶𝜗𝜚 :
oh my days you are beautiful
2025-09-02 00:41:25
0
cali.mainn
𝖈𝖆𝖑𝖎🤍 :
ouu cutiee💕
2025-09-03 01:04:55
0
yudtknowme
𖣂 :
2025-09-01 10:55:21
11
bleudiamondsonmywrist
🍀 :
you’re so incandescently beautiful bro
2025-09-02 22:35:49
0
he..loves..k
️🌘🐈‍⬛ :
2025-09-01 05:54:44
0
blondeheadweirdo
blondeheadweirdo :
Ik you have a pretty soul
2025-09-02 03:16:10
0
m3x5b
. :
I wanna be this pretty 😩
2025-09-01 21:04:20
0
wavesmal
m :
wow ur gorgeous
2025-08-31 21:13:59
0
i.cant.stand.men2000
Kayanna.2009 :
2025-09-02 01:10:47
0
zo2ndmain
zo 👻 :
You are so gorgeous
2025-09-01 23:55:38
0
tryagainanotherday
￶ :
2025-09-03 05:00:14
0
parmeseancheese603
Vennela :
ur so cool damnn
2025-09-03 05:16:19
1
fivestarleka
⭐️ :
very majestic 😍😍😍
2025-09-01 22:19:56
0
To see more videos from user @iiamsoonie, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV: Sore itu, Y/N baru saja selesai rapat. Matanya terasa berat, tubuhnya lelah, tapi ia tetap melangkah keluar dari gedung fakultas dengan langkah tenang. Seperti biasanya, ia memilih menunggu kendaraan umum di halte dekat kampus. Dari kejauhan, Y/N sempat melihat seorang anak kecil berdiri di halte yang sama. Rambutnya rapi, seragam sekolahnya masih melekat, tapi wajahnya basah oleh air mata. Y/N berhenti, ragu sejenak. Kenapa dia sendirian? batinnya. Akhirnya, rasa iba mengalahkan rasa canggung. Y/N mendekat lalu bertanya dengan suara hati-hati “Dek… kamu kenapa nangis? Nunggu jemputan, ya?” Anak itu tersentak, wajahnya tegang seolah ketakutan. Y/N segera menyadari perubahan ekspresinya. Ia buru-buru menambahkan.  “Tenang… aku bukan orang jahat, kok. Kakak cuma khawatir lihat kamu sendirian.” Butuh beberapa detik sebelum anak itu akhirnya membuka suara, lirih tapi jelas.  Dari ceritanya, Y/N baru tahu—anak itu ternyata buta. Ia baru pulang sekolah dan sudah lama menunggu, tapi tidak ada jemputan. Y/N terdiam, hatinya seketika tercekat. Pandangannya jatuh pada tas kecil yang dipeluk erat si anak.  “Nama jalan rumahku ada di dalam tas, biasanya kalau aku naik taksi atau ojol, mereka tinggal baca. Jadi aku nggak nyasar…” katanya polos, membuat Y/N semakin merasa kasihan. “Kalau gitu, biar kakak yang anterin, ya? Aman kok. Kakak janji,” ucap Y/N lembut. Anak itu menoleh, tersenyum tipis meski matanya tak bisa melihat. Wajah putihnya terlihat begitu polos, menggemaskan. Y/N pun akhirnya memutuskan untuk menemaninya pulang—tanpa sadar, pertemuan sore itu akan menjadi awal cerita yang tak pernah ia duga. Y/N akhirnya mengantarkan anak kecil itu hingga ke rumahnya. Begitu sampai di depan pintu, seorang wanita paruh baya langsung membukanya dengan wajah panik. “Rara!” serunya, lalu buru-buru memeluk anak itu erat-erat. “Bu…” Rara menyahut pelan, seolah menemukan kembali tempat paling aman di dunia. Y/N hanya bisa terdiam, menyaksikan pemandangan itu. Ada rasa hangat yang menyelinap ke dalam hatinya, tapi sekaligus menusuk dengan pedih yang tak ia kenal sebelumnya. Ia belum pernah merasakan pelukan penuh kasih dari seorang ibu. Namun, sebelum perasaan itu terlalu menyesakkan dadanya, Y/N buru-buru menepisnya dengan senyum tipis.  “Terima kasih sudah mengantarkan anak saya…” ucap ibu Rara dengan tulus. “Sebagai gantinya, ayo mampir makan malam di sini. Saya baru akan mulai masak.” “Oh, tidak usah, Bu. Sudah sore, saya—”  “Tidak bisa ditolak,” potong sang ibu sambil menatapnya penuh rasa syukur. “Kamu sudah sangat berjasa hari ini.” Akhirnya, Y/N luluh juga. Ia melepas sepatunya dan melangkah masuk ke rumah sederhana yang terasa begitu hangat. Rara segera mengajaknya duduk, dengan suara riang memperkenalkan diri.  “Namaku Rara. Kakak siapa namanya?”  “Aku Y/N,” jawabnya sambil tersenyum lembut.  “Lucu ya, Kak. Namanya gampang diingat,” Rara terkekeh kecil, tingkahnya polos membuat Y/N ikut tersenyum hangat. Sementara sang ibu sibuk di dapur, Rara bercerita tentang banyak hal. Tentang sekolahnya, pelajaran yang ia sukai, bahkan tentang keluarganya.  “Aku punya abang, Kak,” katanya dengan mata berbinar.  “Oh ya? Kok tadi nggak kelihatan?” Y/N menoleh penasaran. “Katanya lagi menginap di rumah temannya, ada tugas. Tapi aku nggak tahu jelas,” Rara mengangkat bahu mungilnya, wajahnya tetap ceria. Y/N hanya mengangguk pelan, membiarkan pembicaraan itu berlalu. Tak lama, aroma masakan mulai memenuhi ruangan, menambah rasa hangat yang sudah terasa nyaman. Mereka makan bersama, sementara Rara terlihat begitu bahagia, meski terkadang masih meraba piringnya dengan hati-hati. Setelah selesai, Y/N berdiri, bersiap berpamitan. “Terima kasih banyak, Bu. Kalau begitu, saya pamit pulang dulu,” ucapnya dengan senyum hangat. “Tunggu sebentar, Nak. Boleh saya minta nomor kamu? Supaya kalau Rara butuh bantuan, saya bisa menghubungi,” kata ibu Rara lembut. Y/N sempat ragu sejenak, tapi akhirnya memberikannya. ( lanjut dikomen yaa ) #fyp #FYP #JAY #jay #jayenhypen
POV: Sore itu, Y/N baru saja selesai rapat. Matanya terasa berat, tubuhnya lelah, tapi ia tetap melangkah keluar dari gedung fakultas dengan langkah tenang. Seperti biasanya, ia memilih menunggu kendaraan umum di halte dekat kampus. Dari kejauhan, Y/N sempat melihat seorang anak kecil berdiri di halte yang sama. Rambutnya rapi, seragam sekolahnya masih melekat, tapi wajahnya basah oleh air mata. Y/N berhenti, ragu sejenak. Kenapa dia sendirian? batinnya. Akhirnya, rasa iba mengalahkan rasa canggung. Y/N mendekat lalu bertanya dengan suara hati-hati “Dek… kamu kenapa nangis? Nunggu jemputan, ya?” Anak itu tersentak, wajahnya tegang seolah ketakutan. Y/N segera menyadari perubahan ekspresinya. Ia buru-buru menambahkan. “Tenang… aku bukan orang jahat, kok. Kakak cuma khawatir lihat kamu sendirian.” Butuh beberapa detik sebelum anak itu akhirnya membuka suara, lirih tapi jelas. Dari ceritanya, Y/N baru tahu—anak itu ternyata buta. Ia baru pulang sekolah dan sudah lama menunggu, tapi tidak ada jemputan. Y/N terdiam, hatinya seketika tercekat. Pandangannya jatuh pada tas kecil yang dipeluk erat si anak. “Nama jalan rumahku ada di dalam tas, biasanya kalau aku naik taksi atau ojol, mereka tinggal baca. Jadi aku nggak nyasar…” katanya polos, membuat Y/N semakin merasa kasihan. “Kalau gitu, biar kakak yang anterin, ya? Aman kok. Kakak janji,” ucap Y/N lembut. Anak itu menoleh, tersenyum tipis meski matanya tak bisa melihat. Wajah putihnya terlihat begitu polos, menggemaskan. Y/N pun akhirnya memutuskan untuk menemaninya pulang—tanpa sadar, pertemuan sore itu akan menjadi awal cerita yang tak pernah ia duga. Y/N akhirnya mengantarkan anak kecil itu hingga ke rumahnya. Begitu sampai di depan pintu, seorang wanita paruh baya langsung membukanya dengan wajah panik. “Rara!” serunya, lalu buru-buru memeluk anak itu erat-erat. “Bu…” Rara menyahut pelan, seolah menemukan kembali tempat paling aman di dunia. Y/N hanya bisa terdiam, menyaksikan pemandangan itu. Ada rasa hangat yang menyelinap ke dalam hatinya, tapi sekaligus menusuk dengan pedih yang tak ia kenal sebelumnya. Ia belum pernah merasakan pelukan penuh kasih dari seorang ibu. Namun, sebelum perasaan itu terlalu menyesakkan dadanya, Y/N buru-buru menepisnya dengan senyum tipis. “Terima kasih sudah mengantarkan anak saya…” ucap ibu Rara dengan tulus. “Sebagai gantinya, ayo mampir makan malam di sini. Saya baru akan mulai masak.” “Oh, tidak usah, Bu. Sudah sore, saya—” “Tidak bisa ditolak,” potong sang ibu sambil menatapnya penuh rasa syukur. “Kamu sudah sangat berjasa hari ini.” Akhirnya, Y/N luluh juga. Ia melepas sepatunya dan melangkah masuk ke rumah sederhana yang terasa begitu hangat. Rara segera mengajaknya duduk, dengan suara riang memperkenalkan diri. “Namaku Rara. Kakak siapa namanya?” “Aku Y/N,” jawabnya sambil tersenyum lembut. “Lucu ya, Kak. Namanya gampang diingat,” Rara terkekeh kecil, tingkahnya polos membuat Y/N ikut tersenyum hangat. Sementara sang ibu sibuk di dapur, Rara bercerita tentang banyak hal. Tentang sekolahnya, pelajaran yang ia sukai, bahkan tentang keluarganya. “Aku punya abang, Kak,” katanya dengan mata berbinar. “Oh ya? Kok tadi nggak kelihatan?” Y/N menoleh penasaran. “Katanya lagi menginap di rumah temannya, ada tugas. Tapi aku nggak tahu jelas,” Rara mengangkat bahu mungilnya, wajahnya tetap ceria. Y/N hanya mengangguk pelan, membiarkan pembicaraan itu berlalu. Tak lama, aroma masakan mulai memenuhi ruangan, menambah rasa hangat yang sudah terasa nyaman. Mereka makan bersama, sementara Rara terlihat begitu bahagia, meski terkadang masih meraba piringnya dengan hati-hati. Setelah selesai, Y/N berdiri, bersiap berpamitan. “Terima kasih banyak, Bu. Kalau begitu, saya pamit pulang dulu,” ucapnya dengan senyum hangat. “Tunggu sebentar, Nak. Boleh saya minta nomor kamu? Supaya kalau Rara butuh bantuan, saya bisa menghubungi,” kata ibu Rara lembut. Y/N sempat ragu sejenak, tapi akhirnya memberikannya. ( lanjut dikomen yaa ) #fyp #FYP #JAY #jay #jayenhypen

About